Berikan Putri Keluarga Jiang Kepadaku

"Ya," Jiang Bangyuan mengangguk. Ia sebenarnya tidak tahu apa yang dipikirkan Quan Rui saat bertanya begitu, tapi ia hanya bisa menjawab dengan jujur. Lagi pula, Quan Rui sudah mempunyai hasil tes paternitas. "Tapi, dia tidak memiliki status atau saham apa pun dalam keluarga Jiang. Dia hanya..." terangnya, lalu melanjutkan dalam hati, ...Cacing malang yang tidak diinginkan siapapun.

Jiang Bangyuan belum menyelesaikan perkataannya, tapi Quan Rui langsung menyela, "Karena dia adalah putri keluarga Jiang juga, bukannya itu berarti kontrak pernikahan kita sudah bisa diakhiri?" Quan Rui sama sekali tidak peduli dengan apa yang ingin dikatakan Jiang Bangyuan. Ia hanya peduli dengan apa yang ingin ia sendiri lakukan. "Dulu waktu menetapkan kontrak pernikahan ini, Tuan Besar Jiang hanya mengatakan, bahwa beliau akan memberikan putri keluarga Jiang kepadaku. Tuan Besar Jiang tidak menyebutkan secara spesifik anak perempuannya yang mana."

Hanya dengan beberapa kata singkat, Quan Rui langsung merubah persepsi yang dipahami semua orang. Semua orang yang berada di sana menahan napas dan dibuat agak pusing oleh perkataan Quan Rui ini. Mereka saling memandang dengan linglung dan merasa bodoh. Bahkan, Jiang Bangyuan juga dibuat bingung oleh perkataan Quan Rui, ia melihat ke arah Quan Rui dan bertanya dengan suara sedikit gemetar karena agak ragu, "Rui, maksudmu itu…"

"Selain itu, aku juga sudah berjanji pada Jiang Yuexi untuk tidak menikahimu. Jika ada sesuatu di antara Jiang Yuexi dan aku, memangnya kenapa?" tanya Quan Rui sambil sedikit tersenyum. Ia melihat sekilas Jiang Hao yang benar-benar terlihat bodoh, lalu berkata lagi, "Mungkin orang yang akan menikah denganku di masa depan adalah dia. Jadi, aku tidak ingin mendengar kata 'tidak tahu malu' lagi."

Setelah Quan Rui selesai berbicara, ia berdiri dan langsung pergi tanpa sekalipun melihat Jiang Bangyuan serta meninggalkan semua orang yang masih sangat terkejut. Mereka nyaris tidak bisa mempercayai apa yang baru saja mereka dengar. Apa benar Quan Rui tadi mengatakan bahwa ia tidak akan menikahi Jiang Bangyuan? Ia juga mengatakan bahwa Jiang Yuanshan dulu hanya menyerahkan anak perempuan keluarga Jiang pada Quan Rui, tapi tidak menyebutkan anak perempuan yang mana. Bahkan, Jiang Yuan Shan memiliki satu anak perempuan yang tidak sah. Bermacam-macam tanda ini menunjukkan bahwa sepertinya Quan jatuh cinta kepada putri tidak sah itu. Semua orang pun bertanya-tanya dalam hati, Apakah hubungan antara Tuan Quan dan keluarga Jiang benar-benar sebagus yang dikatakan rumor?

Sama halnya dengan mereka, pikiran Jiang Bangyuan tak kalah kacau. Ia awalnya berstatus sebagai calon Nyonya Quan, tapi mengapa satu set perjudian dan beberapa kata yang diucapkan Quan Rui langsung membuatnya kehilangan status itu? Apa maksud Rui? Apakah dia ingin menikahi Bai Ran, putri tidak sah itu? Benar-benar... Tidak bisa dibiarkan! Benar-benar keterlaluan! batin Jiang Bangyuan geram.

Sementara perhatian semua orang terpusat pada hubungan pernikahan keluarga Quan dan keluarga Jiang, Meng Fan yang sedari tadi diabaikan akhirnya diam-diam menyelinap pergi. Aku tidak punya dua ratus juta! Dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Jika aku tidak kabur sekarang, apa aku harus menunggu sampai dijebloskan ke penjara? pikir Meng Fan dengan panik.

Quan Rui berjalan keluar dari aula dan saat ia baru saja sampai di luar pintu vila, terdengar suara hujan dan guntur di kejauhan. Hujan sudah turun dengan begitu derasnya. Luo Wei segera membuka sebuah payung dan berdiri dengan hormat di samping Quan Rui. Namun, Quan Rui tidak lekas pergi dan malah bertanya, "Di mana Bai Ran?"

"Nona Bai tidak pergi. Dia masih sedang mencari barang di taman rumput tadi," jawab Luo Wei sambil menunjuk ke satu sudut halaman.

Quan Rui melihat ke arah yang ditunjuk Luo Wei dan benar saja, ia samar-samar bisa melihat sesosok bayangan kurus yang sedang bergerak di bawah hujan deras. Ah… Tidak kusangka dia adalah wanita yang begitu gigih, pikir Quan Rui sambil mengerutkan kening. Ia mengambil alih payung di tangan Luo Wei, lalu mulai melangkahkan kakinya yang ramping dan bergegas berjalan ke arah sosok itu.