Aku Membutuhkannya Sekarang.

Bai Ran hampir saja menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal, tapi tiba-tiba Luo Wei yang sedari tadi hanya melihat dari samping akhirnya mendekati Bai Ran dan menyerahkan satu kartu nama pada Bai Ran. "Nona Bai, jika ada yang Anda butuhkan, tolong hubungi nomor saya. Saya akan mengatur waktu untuk Nona bertemu dengan Bos."

Bai Ran berbalik dan langsung terkejut saat melihat masih ada orang yang berdiri di belakangnya. Ia segera tersadar dan mengambil kartu nama yang diserahkan Luo Wei. Namun, ia tidak melihat kartu itu sama sekali dan langsung meremasnya hingga menjadi gumpalan bola. "Saya membutuhkannya sekarang. Bawa saya pergi untuk menemui bajingan itu!"

"Maaf, Nona Bai. Saya hanya bisa membawa Nona untuk bertemu dengan Bos, tapi tidak bisa membawa Nona bertemu dengan Bajingan."

Bai Ran hanya bisa terdiam. Ia mengepalkan tangannya, lalu mengambil napas dalam-dalam dan perlahan membuangnya. Lalu, ia membuka matanya lagi dan mengucapkan kata demi kata dengan penuh penekanan, "Saya mau bertemu Tuan Quan sekarang!"

"Baik, Nona Bai. Silakan masuk ke mobil," angguk Luo Wei. Ia membungkuk ke Bai Ran dan memberikan gestur tangan untuk mempersilakan Bai Ran masuk ke mobi.

Bai Ran baru sempat melihat dengan jelas bahwa ternyata masih ada satu mobil terparkir di belakang Luo Wei. Ini… Apa jangan-jangan mobil ini sudah disiapkan sejak awal? Apakah Quan Rui sudah menduga bahwa aku akan mengikutinya? Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan orang ini? pikir Bai Ran sambil menggertakkan giginya. Meskipun ia benar-benar sangat ingin merobek bajingan itu dalam hati, sekarang ia hanya bisa diam dan ikut masuk ke mobil.

Sebelumnya Bai Ran benar-benar buta dan bahkan berjanji untuk membantu bajingan itu memenangkan perjudian. Setelah Quan Rui mendapatkan apa yang diinginkannya, ia langsung berubah dan menunjukkan sifat aslinya dalam sekejap mata dan malah mencuri cincin Bai Ran.

———

Quan Rui sudah tahu bahwa Bai Ran sudah masuk ke mobil. Setelah George menerima telepon dari Luo Wei, ia segera menoleh ke arah Quan Rui yang duduk di belakang dan melaporkan, "Bos, Nona Bai sudah masuk mobil."

"Hm," Quan Rui tidak membuka matanya dan hanya menanggapi dengan acuh tak acuh. Tampaknya semua berada di bawah kendalinya, tapi ia juga tidak terlihat begitu peduli terhadap semuanya.

George duduk di kursi pengemudi di depan, tapi ia terus melirik ke arah kursi belakang dari waktu ke waktu. Ia benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan Quan Rui. Quan Rui jelas-jelas sedang memejamkan mata, tapi akhirnya ia membuka mulutnya saat George melihat ke arah spion untuk kelima kalinya. "George, apa akhir-akhir ini kamu terlalu sibuk di perusahaan?" Quan Rui bertanya dengan dingin. Suaranya masih terdengar tenang, namun tetap membawa aura dominasi yang kuat.

George langsung gugup mendengar suara Quan Rui sampai ia bahkan tidak berani bernapas terlalu kuat. Ia hanya bisa meminta maaf dengan hati-hati, "Maaf Bos."

"Pergi dan selidiki ibu Bai Ran," perintah Quan Rui, masih sambil memejamkan mata.

"Baik, Bos," George cepat-cepat menjawab karena takut Quan Rui menjadi semakin tidak senang.

Suasana mobil menjadi sunyi dan Quan Rui perlahan-lahan membuka matanya. Ia menoleh dan melihat sisa rintik hujan di luar jendela mobil. Matanya yang gelap menunjukkan sedikit rasa tidak senang. Tampaknya, Quan Rui melakukan sedikit terlalu banyak hal malam ini. Bahkan, George juga bisa melihat bahwa malam ini ia bersikap berbeda dari biasanya. Kemunculan wanita bernama Bai Ran itu membuat Quan Rui melakukan hal-hal yang melanggar prinsip-prinsipnya sendiri. Namun, melanggar prinsip sendiri ternyata tidak seburuk dan sesakit yang ia bayangkan. Bahkan, hal itu terasa agak menyenangkan bagi Quan Rui.

Setengah jam kemudian, mobil Quan Rui sudah terlebih dahulu sampai dan masuk ke sebuah kediaman mewah yang sunyi. Lalu, mobilnya disusul oleh mobil yang ditumpangi Bai Ran. Hujan deras telah berlalu dan hanya tersisa sedikit gerimis. Ketika Bai Ran turun dari mobil, ia masih bisa mencium bau tanah di udara.