"Aku belum pernah mengukur wanita lain," kata Mo Chenyan. Tampaknya ia tahu apa yang sedang Ye Banxia pikirkan sehingga ia menambahkan dengan suara rendah. Kemudian, ia berhenti sejenak dan lanjut berkata, "Jika kau ingin mencari alasan, kau bisa menganggap suamimu lebih pintar."
Ye Banxia hanya terdiam sambil menatap logo Chanel dan tanpa sadar jari-jarinya meraih salah satu kantong belanjaan. Kemudian, ia mengeluarkan selembar pakaian dan meletakkannya di atas sofa. Ia melihat pola putih pakaian itu dengan saksama, lalu sebuah senyuman perlahan mengembang di wajahnya. Ia mengira bahwa Mo Chenyan mungkin tahu bahwa suasana hatinya sedang tidak baik sehingga pria itu jadi ingin menggodanya.
"Terima kasih Tuan Mo," ucap Ye Banxia. Lalu, ia menghela napas sejenak untuk menghilangkan perasaan tidak enak di hatinya. Wajah cemberutnya berangsur-angsur menjadi rileks. "Apakah nanti ingin makan malam sepulang kerja?" tanya Ye Banxia.
Mo Chenyan berdiri dan berjalan ke depan jendela besar. Ia menatap pemandangan langit di luar, lalu tatapan dalamnya membeku. "Masih belum tahu. Jika nanti aku pulang, aku akan meneleponmu lagi," jawabnya.
"Baiklah, tapi kau harus segera memutuskan. Li Shen harus segera memasak."
"Ya."
Chi Yu diam-diam berdiri di belakang Mo Chenyan sedari tadi dan hatinya tersentuh saat melihat kehangatan yang jarang ditunjukkan oleh presidennya. Ia sudah cukup lama bekerja dengan Presiden Mo, tapi ia belum pernah melihat pria itu bersikap seperti ini. Singkatnya, Mo Chenyan terlihat seperti seorang lajang, apalagi ditambah dengan sifatnya yang kekanak-kanakan. Jelas rapat sudah selesai, tapi kenapa Presiden Mo masih belum yakin akan pulang atau tidak? Apa mungkin ini agar Presiden Mo dapat meneleponnya lagi? Atau mungkin, karena hal lain yang tidak aku ketahui? Chi Yu bertanya-tanya dalam hati.
"Chi Yu, tukar tiket untuk malam ini dengan tiket untuk besok pagi," kata Mo Chenyan. Suara dinginnya tiba-tiba terdengar di ruangan itu dan nada bicaranya kali ini sangat berbeda dari yang tadi Chi Yu dengar.
Begitu Chi Yu mendongak, ia melihat bahwa Mo Chenyan yang sedari tadi berdiri membelakanginya kini telah berbalik badan dan menatapnya dengan angkuh. Alisnya terangkat, wajahnya tampak lebih serius, dan tidak tergambar sedikitpun kehangatan seperti saat ia sedang bicara di telepon tadi. Jelas, itulah yang membedakan Chi Yu dengan Ye Banxia. Dengan hati-hati, Chi Yu yang agak gemetar pun menundukkan kepalanya dan berkata dengan hormat, "Jika harus merubah jadwal pesawat, maka kira-kira jam lima pagi Tuan Mo sudah harus berangkat."
Mo Chenyan hanya berdeham singkat dengan suara yang sengau sehingga Chi Yu tahu bahwa masih belum ada ekspresi di wajah pria itu. Chi Yu pun tidak berdaya. Pernikahan baru pasti masih terasa sangat manis dan Presiden Mo sama ganasnya dengan serigala sehingga tidak akan melewatkan satu malam pun. Chi Yu pun akhirnya menjawab, "Baik, Tuan Mo, Saya mengerti."
———
Pada pukul lima sore, Ye Banxia menerima telepon dari Mo Chenyan. Ia cemberut saat melihat layar ponsel yang tiba-tiba menyala. Jika Mo Chenyan tidak menelepon lagi, ia hampir mengira bahwa pria itu sudah lupa. "Bagaimana keputusannya?"
Wajah Mo Chenyang yang tampan namun cuek perlahan melembut saat ia mendengar suara lembut dari ujung telepon. Ia sedikit berdeham sambil mengeluarkan kunci mobil, lalu berjalan menuju Bentley hitamnya. Setelah masuk ke dalam mobil. Ia mulai mengemudi sambil tak lupa menjawab, "Aku sudah di tempat parkir dan sebentar lagi aku akan kembali."
Ye Banxia meringkuk di sofa, lalu menyesuaikan postur tubuhnya dan memiringkan kepalanya untuk meletakkan pipinya di sandaran sofa. Kini, ia terlihat seperti kucing yang sangat lucu, "Tapi, kau baru menelepon sekarang. Li Shen sudah mulai memasak. Apa yang harus aku lakukan?"
Mo Chenyan sedikit tertawa. Kemarin, wanita itu takut ia akan mati. Sekarang, ia telah belajar mengolok-olok Mo Chenyan. "Pergi makan keluar?" tawar Mo Chenyan.
"Tapi, Li Shen sudah memasak untukku. Bukankah ini akan mubazir jika kita pergi makan di luar?"
Nada penyesalan Ye Banxia jelas membuat sebuah senyum tipis terbit di wajah Mo Chenyan. Bentley hitam itu perlahan-lahan melaju keluar dari tempat parkir. Sinar matahari yang cerah menyinari mobil hingga membuat wajah pria itu tampak semakin tampan. "Simpan saja untuk jatah Nyonya Mo," kata Mo Chenyan.
Ye Banxia awalnya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menolak dan mengungkapkan kekesalannya karena telah lama menunggu lama telepon dari Mo Chenyan. Namun, ia tidak terpikir bahwa perkataan sederhana Mo Chenyan bisa membuatnya tersedak dan tiba-tiba merasa sedikit malu. Layar ponsel juga mulai terasa panas. "Aku tadi sudah meminta Li Shen untuk membuatkan bagianmu juga," Banxia berbicara dengan cepat, "Hati-hatilah mengemudi. Aku tutup dulu teleponnya. Sampai jumpa."
Mo Chenyan mendengar Ye Banxia yang menutup telepon dengan tergesa-gesa dan ia dapat membayangkan jika wanita itu sekarang berada di depannya. Mungkin Ye Banxia akan menatap Mo Chenyang dengan malu, atau memalingkan wajahnya dengan malu-malu. Bibir tipis Mo Chenyan perlahan-lahan kembali tersenyum. Ia memegang kemudi di satu tangan, lalu mengambil sebatang rokok dengan tangan satu lagi dan menyalakannya. Ia memegang rokok di antara jari-jarinya dan ujung rokok itu dikelilingi oleh kepulan asap.
———
Ye Banxia berjalan ke dapur dan membantu Li Shen mengambil piring yang sudah disiapkan. Li Shen menghampirinya dari belakang dan berkata, "Nyonya, biar saya saja yang melakukannya. Saya akan menyelesaikan hidangan dan menyajikannya nanti."
"Tidak apa-apa, Li Shen. Biar aku saja."
Ye Banxa terlalu sibuk hari ini, tapi menyajikan hidangan bukanlah pekerjaan yang berat. Li Shen pun hanya bisa mengangguk dengan senang dan berkata, "Baiklah. Hati-hati, Nyonya."
Ye Banxia dan Li Shen sibuk di dapur sehingga tidak mendengar suara pintu terbuka. Mo Chenyan berdiri di pintu masuk dan berganti sepatu, tepat saat Li Shen menyelesaikan hidangan terakhir. Ye Banxia sedang berjalan ke ruang makan ketika ia melihat Mo Chenyan yang baru saja kembali. Ia langsung tersenyum dan segera berjalan menghampiri Mo Chenyan. "Kau sudah kembali. Semua makanan sudah siap, cepat pergi cuci tangan dan makan."
Mata Mo Chenyan sedikit bergetar dan pupil matanya menjadi lebih gelap dari biasanya. Ia menatap Ye Banxia dan pikirannya spontan teringat pada piyama yang dikenakan Ye Banxia saat membukakan pintu untuknya pagi ini. Nyonya Mo. Jakunnya sedikit naik turun, lalu ia perlahan menurunkan pandangannya dan berkata, "Oke."
Li Shen menyiapkan peralatan makan untuk mereka, lalu segera meninggalkan vila dan tidak lagi menunggu mereka yang sedang makan malam dengan ditemani cahaya lilin. Li Shen telah membeli semua bahan makanan yang kini telah ia masak dan hidangkan sebelum Ye Banxia datang. Karenanya, Li Shen baru bisa menyajikan kentang ubi jalar kesukaan Ye Banxia untuk besok. Ye Banxia sudah makan begitu banyak makanan laut, tapi entah mengapa ia masih lebih menyukai cabai kentang hijau saja dan makanan favoritnya tidak pernah berubah sejak dulu.
"Akhir-akhir ini kapan kau ada waktu kosong? Kakek dan Nenek ingin bertemu denganmu," kata Mo Yenchan tiba-tiba.
"Oh," Ye Banxia mengangguk tanpa sadar. Namun, ia kemudian langsung sadar dan segera menatap Mo Chenyan. "Apa yang kau bicarakan?" tanyanya dengan bingung. Kakek dan Nenek? Bukankah kakek-nenek pria ini kepala di komplek militer ini dan istrinya? pikir Ye Banxia. Mata indahnya langsung terbelalak lebar.
Ye Banxia dan Mo Chenyan menikah dengan begitu tergesa-gesa sampai tidak sempat mengunjungi orang tua masing-masing sebelum mendaftarkan pernikahan. Mulanya Ye Banxia mengira bahwa Mo Chenyan tidak ingin ada orang orang lain yang tahu soal keberadaanya. Tetapi, kenapa sekarang tampaknya bukan seperti itu?
Tangan Ye Banxia memegang mangkuk dengan sedikit lebih erat hingga buku-buku jarinya agak memutih dan sumpit di tangannya agak bergetar. Mo Chenyan melirik Ye Banxia dengan samar dan melihat kegugupan wanita itu. "Menantu yang jelek harus bertemu dengan mertuanya," ujar Mo Chenyan sambil meletakkan ikan asam manis di mangkuk Ye Banxia. Kemudian, bibir tipisnya kembali bergerak sedikit dan ia berkata, "Terlebih lagi, kau tidak jelek."
Sayangnya, Ye Banxia hanya bisa terdiam dan tidak mengucapkan apapun. Kenapa ia tidak merasa terhibur sama sekali?
——
Catatan penulis: Masih ada dua ribu kata yang diperbarui hari ini. Terima kasih, semuanya.