BAB 3

Hari yang ditunggu tiba, Aleta mengetuk setiap pintu. Namun baru saja ia sampai di pintu ketiga, nyonya Ramses mendekatinya tiba – tiba.

"Sedang apa Aleta?"

"Emmh,,ini,,,anu eh saya ingin berkenalan dengan mereka nyonya." Jawab Aleta terbata.

"Mereka semua sedang dalam masa liburan. Beberapa ada yang pulang kerumah, sebagian lagi ada yang pergi menginap diluar kota."

"Oh begitu, sudah berapa lama nyonya?"

"Sudah dua bulan. Apa kau merasa kesepian?"

"Tidak juga, hanya saja saya merasa asing dengan lingkungan yang sepi."

"Hanya belum terbiasa. Lama – lama kau juga akan menikmati betapa indahnya kesunyian."

Aleta pun mengangguk. Ia berjalan kembali ke dalam kamar. Wajah nyonya Ramses jauh dari kata bersahabat. Begitu kaku. Di dalam kamar Aleta mulai membuka beberapa buku koleksinya yang rata – rata begenre horror. Sampai akhirnya ada sebuah buku yang sama sekali tak ia kenali. Ia merasa sangat asing dengan covernya. Sebuah tangan besar mencengkram tubuh manusia berukuran kecil.

"Buku siapa ini? rasanya aku tak pernah membeli ini."

Aleta mulai membuka halaman demi halaman. Aleta menikmati tiap kalimatnya. Ia terus membaca, sampai di halaman tengah ada sebuah mantra. Mantra tersebut menuliskan bagaimana agar kita bisa merasakan bagaimana menikmati hidup dalam kegelapan seperti hantu – hantu yang bergentayangan. Intinya mantra itu bisa membuat kita merasakan bagaimana menjadi makhluk Ghaib. Di situ dituliskan bahwa si pembaca mantra harus ikhlas. Tak boleh menyimpan dendam dan penyesalan.

Aleta mulai tertarik dengan mantra tersebut, dan ia ingin mencobanya.

Aleta duduk bermeditasi. Ia sedang mengosongkan hati dan pikirannya. Kemudian Aleta mulai membaca mantra tersebut.

Lepas aku dari bumi, biar aku melayang dengan jasad hilang

Ruang - ruang sunyi jadi tempatku antara gelap dan angin jahat

Tak biarkan mata awam menangkap bayanganku

Hanya Yang sama yang mampu menjadi kawanku

Hilang aku bersama aromaku tanpa jejak tanpa salam

Kembali aku bukan padaNya tapi pada mereka yang memintaku

Aku lepas napas dan napsuku

untuk pergumulan dalam kegelapan

Perlahan dengan hitungan yang pasti ia membaca dengan hati – hati. Sampai di kalimat terakhir. Aleta mulai merasakan kepalanya berat. Pandangannya mulai kabur. Sampai kemudian, "jlebb" ia pun tertidur.