Satu-satunya yang menarik dalam perjalanan commuter line di siang hari adalah beberapa kursi yang tampak kosong, tanpa desakan, tanpa unjuk rasa protes juga tanpa dorongan kuat dari segala arah. Gerbong umum masih menjadi favorit, walaupun gerbong khusus wanita juga Nampak sepi namun hanya ada sedikit kursi kosong disana. Tentu saja harus siap-siap berdiri untuk memberi kursi prioritas ke penumpang yang butuh. Bagi penumpang yang butuh ketenangan dan tempat peristirahatan yang nyaman, gerbong umum cukup nyaman. Apalagi bagi penumpang wanita, karena jika ada penumpang prioritas tentu saja penumpang pria yang akan lebih dulu berdiri, kecuali mereka yang suka pura-pura tidur atau mendadak rabun.
Salah satu penggemar gerbong umum adalah Andira, gadis remaja dengan seragam putih abu-abunya yang setiap hari menghabiskan tiga jam kehidupannya di dalam kereta. Tentu ini jadi pilihan terakhirnya akibat pria yang ia cintai selama seumur hidupnya ini mendadak disabotase oleh wanita asing sejak dua tahun terakhir. Membuatnya kini bergantung pada transportasi umum dengan alasan, wanita harus belajar mandiri. Padahal memang saja wanita itu sirik jika sedikit saja Ayahnya memanjakan dirinya. Apalagi semenjak wanita itu mengandung anak dari Ayahnya, sikap manjanya makin menjadi. Sekarang entah siapa anak dan siapa orangtuanya. Wanita yang bahkan tidak rela Andira panggil sebagai Mamah.
Iklan-iklan yang lewat di setiap layar dalam gerbong memecah pikirannya soal wanita yang tak pernah diundang masuk ke kehidupannya itu. Iklan yang sedang gencar hampir satu bulan terakhir ini. Soal masker, soal cuci tangan yang benar, bahkan cara batuk yang baik. Hampir saja ia lupa akan terlewat dari gerbong tujuannya jika saja suara masinis pria yang mengudara di sepanjang gerbong kereta ini terdengar. Ia pun bersiap untuk turun dengan tubuh yang terasa ringan.
Hingga saat Andira turun dari kereta dan berjalan kearah pintu keluar, barulah ia merasa bawaannya ringan sekali. Perasaannya tadi ia membawa tentengan tas laptopnya. Panic pun segera melandanya, tapi sayang kereta yang baru saja dinaikinya tadi sudah pergi sebelum ia sempat masuk kesana lagi. Setidaknya terlewat satu stasiun tidaklah berarti dibanding kehilangan laptop kesayangannya. Laptop pemberian mendiang Ibunya tiga tahun yang lalu.
"Mampus gue!" Andhira menepuk jidatnya. Ingin menangis tapi percuma. Kereta bukanlah transportasi umum seperti bus yang bisa seenaknya berhenti apalagi hanya karena tas salah satu penumpangnya ketinggalan. Untung-untung jika ta situ ditemukan petugas keamanan yang suka keliling gerbong, kalo ditemukan orang lain yang tidak bertanggung jawab, lenyap sudah laptop beserta data-data penting disana. Bukan tugas sekolah apalagi kumpulan soal yang biasa dicari siswi seusianya yang satu tahun lagi menghadapi ujian sekolah. Melainkan kumpulan novel buatannya, bukan novel juga sih. Hanya cerita absurd buatannya sendiri. Buah dari keisengannya dikala bosan.
Gadis itu akhirnya duduk di pelataran stasiun, tak memperdulikan lalu lalang orang yang memperhatikannya hingga seorang security menghampirinya. Dikira Andhira sedang tidak enak badan. Untung gak langsung dibopong ke ruang kesehatan. Bisa-bisa ia makin menjadi sorotan hari itu.
"Kalo gitu saya buatkan laporan nanti biar di setiap stasiun diumumkan. Semoga masih rejeki kamu." Ucap security itu akhirnya setelah Andhira berusaha menjelaskan kesialannya hari ini.
Merasa sedikit lega, Andhira akhirnya memilih untuk pulang, berharap besok ada kabar baik dari salah satu petugas di stasiun ini sembari menunjukkan tas abu-abu yang berisi laptopnya. Ya, semoga saja.
......
Pria berambut kecoklatan dengan bola mata yang sama disertai hidung mancung dan bibir tipis kemerahan yang membuat setiap wanita iri melihatnya karena tanpa memoles lipstick atau liptint, bibir Zafran sudah kemerahan. Tangan kirinya menenteng tas abu-abu yang ditemukannya tadi di gerbong kereta. Setelah turun dari kereta, ia sempat mendengar pengumuman perihal tas yang ia temukan, namun ia memilih untuk tidak melapor. Bukan bermaksud jahat, ia hanya punya niat baik untuk mengembalikan langsung ke si pemilik berseragam putih abu-abu yang sempat menarik perhatiannya tadi saat mau naik ke gerbong yang sama. Gadis itu Nampak manis, duduk anteng sambil memainkan ponselnya yang menyambungkan airpods ke telinganya. Sekali lagi, niatnya hanya ingin mengembalikan langsung.
Kejadian tak umum diantara mereka yang ternyata berpengaruh besar di masa depan, terutama pada hati seseorang yang telah lama dimatikan sebelumnya. Karena ia tidak ingin berharap besar, takut harapannya sendiri yang akan menjatuhkannya.