Perang telah usai dan keadaan kerajaan telah stabil kembali, Darissa hari ini telah melahirkan seorang putri yang kecil dan mungil yang diberikan nama Fridolin. Kabar kelahiran putri dari kerajaan Sapientia et Fortitude telah tersebar dari kalangan rakyat biasa sampai para bangsawan, banyak dari mereka yang memberikan selamat maupun kiriman untuk merayakan kelahiran putri kecil ini. Abelard sangat senang akan kelahiran putri mungilnya, apalagi Cleandro yang tak henti hentinya berlari larian di kastil hanya untuk memberi tahu akan kelahiran adiknya itu.
Semua penduduk bersuka ria akan kabar ini, tapi tentu saja disetiap kesenangan pasti ada yang membencinya. Itulah dia yaitu Raja Arfid serta kekasihnya Ratu Aylin dari Kerajaan Cupiditas, Kerajaan Cupiditas adalah musuh bebuyutan Kerajaan Sapientia et Fortitude. Sejak dari masa pendahulu, mereka telah menjadi musuh karena pernah terjadi perebutan kekuasaan antara kerajaan mereka. Pada masa dahulu, adalah masa dimana orang yang lemah akan mati dan orang yang kuat akan berkuasa. Semua kerajaan akan mencoba untuk menguasai kerajaan lainnya, karena mereka yang mempunyai banyak daerah kekuasaan akan dianggap paling kuat dan hebat. Itulah yang terjadi antara Kerajaan Cupiditas dengan Kerajaan Sapientia et Fortitude, mereka adalah dua raja yang paling banyak mendapatkan daerah kekuasaan. Kerajaan mereka akhirnya mengadakan perang untuk menentukan siapa yang paling kuat, tetapi saat perang sedang berlangsung kedua belah pihak kehilangan sangat banyak pasukan dari kerajaan mereka masing-masing. Oleh karena itu mereka menganggap bahwa hasil peperangan ini seri, tentu saja ini tidak dapat menghapus rasa dendam di lubuk hati mereka. Akhirnya mereka hanya memendam itu dan tidak mengadakan perang kembali karena itu hanya akan merugikan kerajaan satu sama lain.
Disisi lain Abelard pun merasa khawatir akan kelahiran putrinya itu, dia takut Kerajaan Cupiditas akan memberontak dan mengadakan perang hanya karena tidak suka akan kelahiran putri dari kerajaannya. Sudah lama Abelard ingin mengajukan perdamaian kepada Raja Arfid, tapi setiap melihat wajahnya selalu saja terpancar kebencian dari matanya yang tajam itu. Namun hari ini dia tidak ingin memikirkan itu, dia hanya ingin melihat wajah putrinya yang kecil serta wajah istrinya yang bahagia dan wajah anak sulungnya yang sangat ceria.