Aku tidak tahu harus melakukan apa, dengan adanya Shi di sampingku membuat jantungku berdegup degup sangat kencang. Dan keraguanku mulai muncul. Aku tidak bisa berpikir jernih ataupun menduh yang tidak tidak pada Shi, karena ia telah melakukan hal yang sangat baik padaku.
"Apakah kau ingin pulang. Sora?"
"Umm.. ya tentu saja."
"Baiklah akan kuantarkan."
"Baiklah....."
Tanpa ada pikir panjang dan keraguan akupun meng-iyakan ajakan Shi untuk mengantarkanku pulang. Sesampai kami di stasiun Shi mengatakan bahwa ia ingin ikut kerumahku.
"Apa!?!? Kau ingin kerumahku?"
"iya..."
"Untuk apa!?!?"
"Memastikan saja..."
Aku tidak mengerti maksud dari perkataan Shi, tetapi biarlah. Aku menyetujuinya saja.
Di saat perjalanan kami kerumahku aku melihat adanya sekelompok orang dengan pakaian yang penuh dengan warna hitam. Aku menyadari bahwa salah satu dari sekelompok orang itu adalah Tori. Shi juga menyadarinya dan menanyaiku.
"Sora, apakah kau lihat orang-orang itu?"
"Ya, tentu saja."
"Bukankah salah satu dari mereka adalah teman sekelas kita."
"Iya, kau mengingatnya?"
"Tentu saja, dia adalah Tori bukan?"
"Apakah kau ingin mengikutinya?"
"Apa maksudmu, Shi?"
Aku kaget karena Shi ingin mengikuti Tori.
"Tapi, bagaimana caranya?"
"Ada benarnya juga, bagaimana kalau kau menelponnya?"
"Umm, okeh..."
Akupun menelpon Tori untuk memastikan apakah salah satu orang dari kelompok tadi adalah dirinya atau bukan. Sayangnya dia tidak mengangkat telpon dariku.
Akhirnya kami sampai di stasiun terakhir. Kamipun turun dari kereta, dan melihat Tori disana. Dia tidak memakai baju berwarna hitam seperti orang orang yang aku dan Shi lihat dari kereta barusan.
"Tori!?!? Mengapa kau berada di sini?"
"Aku ingin mengambil motorku yang tertinggal di sekolah."
Sepertinya Shi menyadari Tori ada di depan pintu kereta, diapun keluar melalui pintu yang ramai.
"Oh ya Tori, mengapa kamu cabut dari sekolah?"
"Cabut? Maksudmu keluar dari jam pelajaran."
"Iya."
"Aku mempunyai alasan sendiri."
"Alasan apa? Bisa kau memberitahuku?"
"Alasan keluarga, aku tidak enak jika memberitahumu. Jadi maaf ya."
"Oh iya tidak apa apa. Maaf telah menanyakan hal itu.
Aku baru teringat tentang perkataan ibuku. Tetapi karena kondisi Tori tidak terlalu bagus hari ini, maka aku putuskan untuk nanti saja memberitahu-nya.
"Apakah kau ingin kutemani mengambil motor, Tori?"
"Tidak usah, aku ingin sendiri saja."
"Baiklah kalau begitu."
Akupun berjalan keluar stasiun dan lupa bahwa aku membawa Shi kemari.
"Astaga, aku lupa kalau aku bersama Shi barusan."
Tiba tiba Shi memanggilku dengan suara yang sangat enak didengar.
"Sora! Aku disini."
Rupanya Shi telah keluar dari stasiun. Akupun langsung menyusulnya.
"Maafkan aku Shi, tadi aku berbicara sebentar dengan Tori..."
"Iya, tidak apa-apa."
Aku dan Shi berjalan bersama kerumahku, dan disaat perjalanan aku bertemu dengan Ame.
"Cieee.. ada yang sedang kencan."
"Tidak! Kami tidak sedang berkencan!"
"Tidak! Kami tidak sedang berkencan!"
Aku dan Shi mengatakan hal yang sama di saat yang bersamaan pula. Kami bertigapun tertawa bersama seakan akan tidak ada penghalang di antara kami. Tiba-tiba suasana menjadi serius karena Ame memulai pembicaraan.
"Jadi begini Sora."
"Hah?"
"Aku yang menyuruh Shi untuk mejemputmu."
"Kok bisa??"
"Ya, karena selama ini kami bekerja sama untuk melawan Tori."
"Tori? Apa maksudmu??"
Ame menjelaskan bahwa saat ia pertama kali bertemu dengan Shi, dia tidak merasakan hawa yang jahat darinya. Mungkin ada beberapa dendam masa lalunya. Tetapi saat mulai berbincang dengan Shi, Ame tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya.
Kejadian yang sebenarnya adalah seperti berikut.
Ame benar melihat Shi di tkp pembunuhan. Yaitu toilet laki laki. Tetapi ternyata Shi juga terkejut melihat Tori membunuh kedua kakak kelas dengan sangat kesal. Maka dari itu Shi berlari dengan ketakutan. Ame ternyata salah paham dan ternyata Shi adalah orang yang baik.
Setelah mendengar kejadian yang sebenarnya aku merasa telah di bodohi oleh Tori. Aku tidak bisa kesal karena tidak bisa berbuat apa apa.
"Jadi, apa rencana kalian berdua berikutnya?"
"Kami akan berusaha membuatnya mengaku, apakah kau ingin ikut?"
Akupun setuju dan memutuskan untuk bergabung dengan mereka.