Gaea tidak menyangka Eryk akan menunggu di bandara, dan tampilan Eryk begitu berbeda dari biasanya, hanya mengenakan jaket kulit hitam dengan dalaman turtle neck abu-abu membuat dada bidangnya tercetak di sana, celana yang membalut kaki kokoh Eryk pun hanyalah celana jeans biasa dipadu sepatu hitam bersih yang pas dengan ukuran kaki pria itu.
Eryk terlihat lebih muda dengan penampilan seperti itu dan terlihat lebih manusiawi.
Eryk melirik Gaea, diambilnya buket bunga yang dibelinya dari sebuah toko kecil berjarak jauh tempat hotelnya, di sanalah tempat ia sering beli bunga, terdapat seorang ibu yang sudah paruh baya masih menjual bunga dengan senyuman yang murah hati, ia berikan kepada Gaea.
Gaea melirik buket bunga anggrek berwarna merah muda tersebut, tiba-tiba pikirannya terlintas sebuah kenangan indahnya bersama Rey yang juga dulu memberikannya sebuah buket bunga anggrek merah muda padanya. Ia melirikkan matanya ke pemilik mata biru di depannya, setitik kecil kerinduan tiba-tiba muncul di hatinya.
Rey.
Gaea menggelengkan kepalanya, diambilnya buket bunga tersebut dari tangan putih Eryk, dihirupnya setangkai bunga itu, "Kau kenapa membelikan ini? Terima kasih, Eryk."
Eryk tersenyum kecil; Gaea tetap suka bertanya meskipun sudah jelas itu sebagai wujud permintaan maaf darinya akibat semalam, "Untuk semalam. Aku sungguh minta maaf."
Eryk meminta maaf, sungguh sesuatu yang langka, ini bisa menjadi langkah yang baik dalam hubungan mereka juga.
"Aku minta maaf juga," kata Gaea.
Eryk mengangguk.
Mereka saling berpandangan satu sama lain sendu meskipun sebuah senyum terukir di bibir mereka masing-masing berusaha agar tetap tegar bersama.
Seperti kata Eryk bilang, tidak ada gunanya air mata, ini bukanlah perpisahan.
"Jaga dirimu baik-baik," kata Eryk lembut.
"Kau juga, Eryk," kata Gaea.
Eryk melirik Rainer akhirnya, "Jaga dia Rainer, itu tugasmu sekarang."
Rainer tanpa ragu mengangguk, "Aku akan laksanakan dengan baik, Eryk."
Eryk tidak berlama-lama, memandang Gaea lagi, yang sudah hampir satu minggu bersama-sama dengannya, otaknya teringat jelas bagaimana pertama kali mereka bertemu setelah sekian lama ....
***
Flashback
***
Eryk berdiri memandang luar jendela, memperhatikan awan putih yang bergerak lambat di langit yang biru, menunggu kedatangan wanita muda yang melakukan wawancara dengannya, mencoba untuk tetap tenang mengambil napas dalam.
Wanita yang akan di wawancara olehnya bukanlah wanita biasa, dia adalah wanita yang pernah singgah dihati terdalamnya, yang sering memenuhi mimpinya tak kenal lelah selama bertahun-tahun sebelum kedatangan Katherine.
Gaea Silva.
Wajar jika Eryk sedikit gugup, ia juga manusia biasa bukanlah pria sukses yang serba sempurna dari segala sisi. Ia mencicipi kesuksesan pun harus jatuh-bangun terlebih dahulu karena ayahnya menyisakan uang warisan tidak banyak.
Berbagai pekerjaan sudah dilakoni olehnya, dari yang paling sederhana, berjualan koran keliling komplek perumahan dengan sepeda bekas temannya hingga melakukan pekerjaan kotor menjual narkoba walaupun dilakukan sekali karena dijebak temannya dengan alasan palsu ditawari bekerja di supermarket.
Tok. Tok. Tok.
Eryk mengambil napas dalam lalu berkata setenang mungkin, "Masuk."
Bunyi decitan pintu yang terbuka dan tertutup yang kemudian diikuti suara langkah sepatu pelan ringan memenuhi ruangan kerjanya.
"Permisi."
Eryk mengeratkan tangannya yang dilipat di dadanya mendengar suara feminim yang begitu indah dan tidak asing di telinganya.
Gaea di sini.
Sudah berapa lama Eryk menahan dirinya untuk tidak bertemu Gaea? Sepuluh tahun? Waktu yang sama seperti kepergian ayahnya, keesokan harinya ia pergi dari kehidupan Gaea juga, menyalahkan Gaea dengan egoisnya karena sebelum ayahnya dibunuh, ia sedang melakukan tugasnya sebagai Bodyguard.
"Mister?"
Eryk kembali ke dunia nyatanya mendengar suara merdu Gaea lagi, "Kemarilah."
Tidak ada jawaban melainkan suara langkah sepatu yang berjalan mendekat kepadanya, Eryk dapat merasakan dari aroma parfum stroberi bahwa Gaea menuruti perintahnya, aroma parfum sederhana yang anehnya Eryk menyukainya sebab cocok dengan Gaea.
"Iya?"
Eryk akhirnya menolehkan kepalanya untuk melihat sosok gadis kecil yang dirindukan olehnya selama bertahun-tahun, ditatapnya sepasang mata hijau emerald yang begitu indah itu, tetap sama seperti dulu, tidaklah berubah, tetap memancarkan kilauan indah emerald-nya, akhirnya matanya memandang tubuh Gaea yang sekarang hampir setinggi dirinya efek dari sepatu heels hitam yang terpasang pas di kaki wanita itu.
Gaea berubah dari gadis kecil menjadi wanita muda yang cantik. Tak tersisa wajah polos di diri Gaea bahkan rambut kuncir dua yang jadi ciri khas wanita itu tak ada, tergantikan style rambut panjang terurai menutupi dada yang telah matang.
"Mister?"
Eryk kembali menaikan lagi pandangan matanya, dan kembali menyadari bahwa tubuh Gaea terlihat kurus sekali seperti jarang makan, memberikan pertanyaan apa uang yang dikirimnya kepada Lola kurang? Ia mendekati Gaea, menaikan dagu wanita itu, "Apakah kau pernah dengar adat sopan santun kepada atasanmu?"
Gaea membuang mukanya malu, tak bisa menatap lama mata Eryk dengan jarak sedekat ini, "Aku tahu Mister, hanya saja—"
"Ketika berbicara, pandang mata lawan bicaramu, Nona Gaea Silva," kata Eryk sambil menaikan dagu Gaea agar mau menatapnya, sepertinya ada yang masih belum hilang juga yaitu sisi pemalu Gaea.
Gaea memberanikan diri lagi menatap mata Eryk dan entah kenapa melihat mata biru langit calon atasannya itu membuatnya ingat dengan sosok Rey yang dirindukannya, "Iya."
Eryk melihat rona merah menghiasi pipi putih Gaea, namun ekspresi wanita itu seakan ketakutan padanya? Aneh, akan tetapi memuaskan di saat bersamaan, senang jika orang-orang takut padanya membuatnya merasa dihormati, "Kau buang-buang waktu menjadi bawahanku, bagaimana jika menjadi pemuas hasratku saja?"
Mata Gaea melebar akan tawaran yang begitu tiba-tiba itu bahkan untuk meyakinkan, Eryk meletakan tangannya yang lain di pinggul wanita itu menggerakannya penuh akan hasrat yang tak terbendung, membangunkan tubuh Gaea ke sesuatu yang lebih panas lagi.
"Bagaimana? Aku bisa memberikanmu uang lebih dari sekedar bekerja di klub," kata Eryk memancing, menikmati ekspresi Gaea, mendekatkan lagi wajah mereka sampai pada batas hidung mereka bersentuhan satu sama lain, "Kau hanya perlu berdiam diri di rumah, menjadi milikku. Tubuhmu, suaramu bahkan hatimu. Milikku. Kita sama-sama puas ...."
Gaea tidak bisa bergerak, bagaimana bisa menjawab jika ditatap dengan penuh hasrat menggelora begitu? Belum pernah melihat ada pria yang menginginkan dirinya seperti tatapan calon bosnya itu padanya. Ia kembali terkejut merasakan tangan Eryk bergerak lagi turun mengikuti lekukan rok yang dikenakan olehnya, menggodanya.
'Ini pelecehan!'
Gaea dengan sekuat tenaga mendorong jauh-jauh Eryk darinya, dengan napas yang memburu berkata lantang, "Jangan salah, Mister! Aku ke sini untuk melamar pekerjaan bukannya untuk merayumu apalagi menjadi simpananmu! Aku bisa menuntutmu soal ini."
Eryk melonggarkan ikatan dasi hitam yang dikenakannya penuh menggoda, "Yakin? Kau tidak menyesal."
Gaea menggelengkan kepala kuat menolak meskipun hatinya mengakui tingkah bosnya itu begitu seksi.
Eryk terkekeh pelan, itulah yang diharapkannya, sebuah penolakan, "Kau diterima bekerja di sini, Nona Gaea Silva."
"Eh?" Gaea terkejut bukan main, "Aku ... diterima?"
Eryk mengangguk, "Aku melakukan itu hanyalah tes semata. Kau tahu tidak jarang banyak wanita yang gagal karena aku menggoda mereka padahal sebelumnya sudah ada petugas tes yang bilang bahwa dilarang melakukan tindakan seksual pada siapapun termasuk atasanmu."
"Aku mengerti, Mister," kata Gaea pelan; jadi wawancara ini hanyalah tes melawan godaan mematikan Eryk? Ia tidak bisa menyalahkan para wanita yang gagal itu sebab godaan Eryk memang hampir saja membuatnya terjebak, setiap sentuhan bosnya begitu memuaskan, dan tawarannya menggiurkan juga. Lantas ia terbatuk.
Menggiurkan?
Apakah dirinya sudah gila? Menjual dirinya kepada Eryk menggiurkan? Ia bukan wanita seperti itu!
"Kau bisa datang lagi besok, akan ada yang melatihmu, datanglah pagi jam delapan iya, temui pegawai yang mengetesmu, Carla."
Gaea mengangguk, bahagia diterima bekerja juga akhirnya, hitung-hitung membantu Lola, "Terima kasih, Mister."
"Namaku Eryk Enzo," kata Eryk.
"Terima kasih, Mister Eryk."
Eryk mengangguk, "Silakan kau kembali ke bawah dan selesaikan kontrak kerja sama."
Gaea mengangguk paham, tertunduk malu sambil menyisipkan helaian rambutnya ke belakang telinganya.
Diterima bekerja dan nampaknya hatinya juga tanpa sadar menerima Eryk.
***
Flashback Selesai
***
"Eryk?"
Tidak ada jawaban.
"Eryk!"
"Apa?" Eryk menjawab akhirnya, "bisakah kau tidak berteriak, Gaea?"
"Aku sudah, tapi kau tetap tidak sadar jadi terpaksa aku berteriak," kata Gaea kalem.
Eryk tak mengerti, tiba-tiba saja matanya tertuju pada tubuh Gaea, lalu tersenyum puas bahwa sekarang tubuh Gaea sudah berisi, jauh dari pertama kali mereka bertemu dulu.
Gaea ikut mengikuti arah pandangan Eryk yaitu dadanya, buru-buru menutup jaketnya, "Kau mesum! Apa yang kau pikirkan sambil melihat tubuhku!?"
Eryk memutar bola matanya. Ia mengakui Gaea mengenakan kaus ketat menampilkan lekuk tubuh yang indah dipandang hanya saja tidak ada rasa tertarik berpikir dewasa, "Kau yang mesum, apa yang kau pikirkan? Aku hanya menyadari tubuhmu lebih berisi."
"Kau bilang aku ini gendut!?" seru Gaea tak percaya.
"Berisi dan gendut itu berbeda, Gaea," kata Eryk tak habis pikir, padahal tadi suasananya sudah bagus, namun hancur gara-gara pikiran Gaea yang negatif, "lagipula apa salahnya kau gendut? Kecantikan itu objektif, Gaea."
"Kita harus segera ke tempat pemeriksaan," kata Rainer mengingatkan.
"Oh," Gaea jadi lupa akan tujuan utamanya, diliriknya Eryk sendu.
"Jangan memasang wajah begitu, kita masih bisa berhubungan lewat telepon," kata Eryk mencoba menghibur hati Gaea serta dirinya sendiri.
"Aku tahu, aku hanya sedih, tidak bisa bertemu denganmu dan yang lainnya," kata Gaea yang entah sudah berapa kalinya.
Eryk menghela napas.
Wanita sungguh lebih sulit menerima kenyataan dibanding pria sepertinya benar adanya.
Eryk berpikir sejenak, memikirkan apa yang bisa membuat Gaea tidak bisa melupakannya mengingat wanita itu akan menghabiskan waktu bersama Rainer membuatnya jujur tak nyaman.
Sebuah ide muncul, ide yang cukup bagus untuknya, Gaea serta rencananya ke depan.
Ide ini akan sedikit membuat kekacauan nantinya terutama Katherine, namun Eryk teringat bahwa bandara ini tempat di mana mereka berdua memulai semuanya.
Tunangan palsu mereka.
Mengikuti nalurinya, Eryk pun berjalan mendekati Gaea mengakhiri jarak di antara mereka berdua, dan mengklaim bibir wanita itu lembut.
Gaea terkejut bukan main, sebelum kemudian membalasnya yang sayangnya Eryk sudah mengakhirinya, hanya sekedar menempelkan sebentar, mengecewakannya, walaupun ia masih bisa merasakan bibir Eryk yang lembut menyentuhnya, membuat degup jantungnya berdebar cepat.
"Pergilah," kata Eryk lembut, "kita akan baik-baik saja."
Gaea menatap Eryk sesaat, begitu banyak yang ingin dikatakannya, namun telan semua dan mengangguk, lalu berbalik, menggenggam erat kopernya berjalan ke bagian pemeriksaan.
"Goodbye ...."
***