Pingsan

Kila sedang duduk di kursi sambil mendengarkan dosennya memberikan materi-materi untuk pembelajaran di pagi ini. Namun entah rasa malas dalam dirinya kembali datang, jika sudah malah Kila bahkan akan malas hanya untuk berkedip dan bernafas, jika saja dengan tidak bernafas Kila akan tetap hidup mungkin saja ia tidak akan bernafas sangking malasnya.

Ia menidurkan kepalanya di atas meja, sambil menatap kosong ke arah depan. Tiba-tiba sebuah pensil berhasil meluncur ke kepala Kila, Kila mendongkrak menatap ke arah sahabat nya, namun Bunga mengarahkan matanya ke arah depan.

Kila yang tau maksud dari Bunga langsung menatap ke arah depan, dan semua orang saat ini sedang menatapnya, dan rupanya saat ini Kila tau siapa orang yang melemparkan pensil ke kepala indahnya.

Sadewa menatapnya dengan tatapan yang tak mudah di tebak, sementara Kila saat ini menatap Sadewa dengan tatapan kesal, dia bisakan membangunkannya dengah hanya memanggilnya saja, tidak harus di lempar juga.

"Kau kalau mau tidur pulang saja ke rumah, jangan tidur di kelas, " ucap Sadewa sambil memalingkan tatapan nya, ia kembali menatap sebuah papan tulis di depannya.

Kila benar-benar kesal, ia memang akan sangat mudah kesal jika ada yang mengganggunya di saat ia sedang bad mood. Tanpa basa-basi Kila mengambil tasnya lalu berjalan keluar dari kelas itu, ia benar-benar tidak mau menatap wajah Sadewa lagi.

Sadewa yang tau Kila pergi langsung berbalik dan menatap kepergian Kila dengan wajah datarnya, setelah itu ia melanjutkan kembali pelajaran nya. Kila berjalan ke arah kantin setelah berada di kantin ia langsung duduk dengan kasar di sana.

Ia menyimpan tasnya di atas meja, lalu memegang kepalanya yang terasa sangat pusing, sepertinya sebentar lagi ia akan PMS jadi mood nya saat ini memang sedang kacau.

"Lu kok di sini? " seseorang bertanya pada Kila.

Kila langsung menatap orang yang barusan memanggilnya, " Eh elu, iya pusing pala gue nih, " balas Kila sambil kembali menundukkan kepalanya.

Pria itu duduk di samping Kila, " Ke ruang kesehatan aja kalau gitu, mau gue anter? " tanya pria tersebut.

"Gak usah, di kantin aja, " Kila tidak mau karena ini bukan pusing karena sakit, melaikan karena ia sedang bad mood saja.

"Mau gue pesenin minum? atau mau makanan? " tanya pria itu lagi.

"Minuman aja deh, " balas Kila tanpa menatap ke arah pria itu.

Kini pria itu berjalan untuk membeli air mineral, setelah beberapa menit pria itu kembali datang dan duduk di samping Kila sambil menyodorkan minuman itu ke hadapan Kila.

"Nih minum, " ucap pria itu.

Kila mengangkat kan kepalanya lalu ia mengambil botol yang pria itu berikan, " Makasih yah Than, " balas Kila.

"Sama-sama, " ujar Nathan, rupanya pria itu adalah Nathan dan saat ini Nathan sesang memperhatikan wajah Kila yang mendadak pucat.

"Lu kenapa pucat? " Nathan memegang kening Kila untuk mengecek suhu tubuh Kila.

"Panas loh, ke dokter yuk, " setelah menegang kening Kila, Nathan langsung mengajak Kila ke dokter karena suhu tubuhnya tidak stabil.

"Gak usah gue mau pulang aja, " ucap Kila, saat Kila berdiri tiba-tiba tubuhnya lemas pandangnya pun mulai gelap.

Saat tubuh mungil Kila akan jatuh dengan cepat Nathan menggendong nya, Nathan panik ia langsung membawa Kila ke arah parkiran, karena ia akan membawa Kila kerumah sakit.

Di sisi lain Sadewa sedang berjalan menuju kantin, ada hal yang ingin ia beli di kantin, namun ia malah melihat Kila sedang di gendong oleh seseorang membuat ia dengan cepat berlari ke arah Kila.

Di tempat lain juga Bunga mengetahui kalau Kila pingsan ia tadinya akan pergi ke arah Bunga namun ia malah keburu melihat Sadewa berlari ke arah Kila, jadi Bunga memutuskan untuk berdiam di tempatnya dan melihat apa yang akan Sadewa lakukan pada Kila.

"Biar saya yang bawa, " tanpa menunggu jawaban dari Nathan Sadewa langsung memindahkan Kila ke pangkuannya.

Namun Nathan malah berdiri di depan Sadewa pertanda ia tidak suka dengan apa yang Sadewa lakukan padanya, " Gak papa pak bias saya saja, bapak pasti banyak kerjaan, lagian emang Kila siapa nya bapak sampai bapak mau membawa Kila, " Nathan kembali mengambil Kila dan langsung berlari meninggalkan Sadewa di tempat itu.

Ada rasa sesak di dada Sadewa saat ini, namun ia juga tidak tau kenapa ia harus begitu peduli pada Kila. Kini Sadewa berbalik dan kembali melanjutkan jalannya menuju kantin, ia rasa ia butuh makanan untuk menenangkan pikirannya.

Nathan sudah berada di klinik karena akan memakan banyak waktu jika ia membawa Kila ke dokter, jadi ia memilih untuk membawa Kila ke klinik terdekat saja. Kila saat ini sudah sadar ia bahkan sudah duduk di sana.

"Mba tidak papa kok, cuman biasa mba kecapean doang, di tambah mba lagi PMS yah? " ucap seorang perawat itu sambil memberikan vitamin pada Kila.

"Iya, " balas Kila singkat, ia malas berbicara saat ini, kepalanya masih terasa pusing dan berat.

"Ya udah makasih ya dok, saya permisi dulu, " mereka berdua pun pamit pulang.

Kila dan Nathan sudah berada di mobilnya, " Mau di anterin pulang? " tanya Nathan.

"Iya, " balas Kila sambil tersenyum dengan terpaksa.