Kecemasan

Kila dan Nathan sudah sampai di depan gedung apartemen, " Makasih yah udah mau nganterin pulang, maaf juga udah ngerepotin, " ujar Kila sambil membungkukkan badannya.

"Iya gak papa, ya udah aku pulang dulu yah, " balas Nathan sambil menjalankan mobilnya.

Setelah Kila tidak dapat melihat mobil Nathan ia mulai masuk, setelah sampai di apartemen nya rupanya Sedewa sudah berada di sana terlihat dari wajahnya kalau saat ini Sedewa sesang panik dan khawatir. Saat melihat Kila sudah berada di depan pintu dan sedang menatap dirinya Sedewa langsung menghampiri Kila.

"Lu gak papa kan? " tanya Sadewa histeris sambil memutar tubuhnya Kila, ia takut Kila ada yang lecet.

"Hey, aku cuman pingsan bukan tabrakan, ya gak bakalan lecet lah, " Balas Kila sambil melepas tangan Sadewa yang berada di tangannya.

"Gue tuh sakit bukannya di sediain makanan kek, atau minuman di meja tuh, ini mah malah di puter-puter kayak apa aja, " sambung Kila sambil mendudukan badannya yang masih terasa lemas di sofa.

"Ya sorry, " balas Sadewa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya udah ambilin minum, " pinta Kila sambil memelas.

"Untuk kali ini aja yah gue ambilin minum buat lu, lain kali gak mau gue, " cerocos Sadewa yang tidak mau di suruh Kila.

"Iya suami ku, " ledek Kila sambil mengangguk dan tersenyum.

Sadewa pun berjalan ke arah dapur untuk membawakan mimun untuk Kila, setelah beberapa detik Sadewa kembali datang dan duduk di samping Kila sambil menyimpan air yang ia bawa di hadapan Kila.

"Makasih suami ku, " ujar Kila sambil mengambil minum yang Sadewa bawa.

"Kalau ada mau aja lu nganggap gue suami lu, " balas Sadewa dengan nada kesal.

"Ya emang lu suami gue kan, itu juga menurut hukum dan agama, tapi kalau menurut hati bukan, " ujar Kila sambil menatap Sadewa dan mengangukkan kepalanya beberapa kali.

"Iya terserah dirimu saja lah, " balas Sadewa sambil mengalihkan pandannya, lalu ia mengambil remot TV dan menyalakan televisi.

Sementara itu di tempat lain Bunga masih berada di kantin, ia benar-benar ingin tau sebenarnya ada apa dengan Kila dan juga Sadewa dosen yang ia cintai sejak pertama kali ia masuk ke Universitas ini.

"Kalau mereka gak ada hubungan apa-apa, ngapain Sadewa sampai secemas itu saat Kila pingsan, " Bunga membatin, Bunga di kantin kerjaanya hanya melamun, jika Kila benar-benar ada hubungan dengan Sadewa ia akan benar-benar sangat membenci Kila.

Kalaupun memang ada jika Kila langsung memberitahu itu pada Bunga, dengan terpaksa Bunga akan menerimanya, namun jika sanpai Kila menyembunyikan itu pada Bunga maka Bunga tidak akan pernah memaafkan Kila sampai kapan pun.

"Gue gak bakalan maafin lu Kila, " ujar Bubga dalam hatinya sambil meminum minuman yang ia beli tadi.

Namun tiba-tiba seseorang duduk di hadapan Bunga, " Lu yakin mereka gak ada hubungan apa-apa? " tiba-tiba wanita itu bertanya seperti itu pada Bunga.

Bunga hanya menatap dia dengan tatapan yang aneh, " Maksud lu apa? " tanya Bunga yang tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan wanita yang bahkan tidak ia kenali itu.

"Maksud gue sih simpel, lu gak usah sok bodoh dengan tidak mengerti apa ucapan gue deh, " balas wanita itu sambil meminum minuman yang ia pegang.

"Lu kalau ngomong gak usah berbelit-belit ngomong aja intinya apa, " kesal Bunga.

"Ok gue jelasin yah, " balas wanita itu.

"Lu yakin Kila gak punya hubungan sepesial dengan pak Sadewa? gue yakin lu gak sebodoh itu, dengan apa yang baru saja lu lihat barusan, lu taukan pak Sadewa itu orangnya tidak peduli hal kecil, " jelas wanita itu.

"Terus."

"Lu pernah lihat pak Sadewa khawatir ketika melihat orang lain pingsan, gue sih cuman mau ngasih tau aja sama luh, siapa sih yang tidak terpikat sama pak Sadewa di sini? semuanya ingin bersama pak Sadewa, sedangkan lu tau sendiri Kila bahkan selalu memakinya, lu gak ngerasa ada hal yang aneh? " sambung wanita yang entah siapa itu.

"Udah ah gue cuman nau nyuruh ku buat mikir aja, jangan mau di bodohin sama Kila, " wanita itu berjalan meninggalkan Bunga yang semakin pusing.

Wanita itu pergi ke arah sahabat nya yang sedari tadi melihat ke arahnya, ia langsung memberikan kedua sahabatnya tos.

Sementara Bunga saat ini semakin tidak tau harus bersikap apa lagi pada sahabat, karena apa yang di ucapkan wanita itu ada benarnya di mata Bunga.manisq

Di tempat lain Kila sedang membuat makanan untuk dirinya dan Sadewa makan, namun tiba-tiba ada orang yang membunyikan bel pintu nya. Sedangkan Sadewa saat ini sedang tidur di kamarnya.

"Sebentar, " Kila mematikan kompornya lalu berjalan menuju pintu utama, setelaj itu ia membuka pintu itu, namun jujur ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Kamu, ngapain ke sini? " tanya Kila sambil membuka pintu itu sedikit saja, hanya menampilkan kepalanya saja.

"Tadikan kamu sakit, jadi aku mau kasih makanan buat makan siang, aku juga mau makan bareng kamu, " balas orang yang saat ini ada di depan Kila.

"Ya udah bentar yah, di dalem berantakan banget, aku beres-beres dulu, " ujar Kila sambil cepat menutup pintunya.

Lalu setekah itu ia masuk ke dalam apartemen nya dan mengambil poto pernikahan nya dengan Sadewa yang di pajang dia atas televisi, lalu beberapa poto Sadewa juga ia ambil, dan pakaian Sadewa yang sedang di jemur di tambah sepatu-sepatu Sadewa juga ia ambil.

Setelah ia ia masuk ke kamar Sadewa dan menyimpan poto dan barang-barang milik Sadewa di tempat tidurnya Sadewa, " Bangun, " Kila menarik Sadewa agar ia bangun.

"Apaan sih, " kesal Sadewa yang di bangunkan oleh Kila.

"Jangan keluar yah, di luar ada temen aku, awas aja sampai kamu keluar, " titah kila.

Sadewa pun mengangguk dan kembali tidur, setelah itu Kila kembali keluar namun untuk jaga-jaga Kila mengambil Kunci yang berada di kamar Sadewa dan menguncinya dari luar.