Kila kembali masuk ke kamar Sadewa, ia langsung duduk di hadapan Sadewa dengan nafas yang masih tidak beraturan.
"Lu kenapa sih? kayak orang abis kedatangan setan aja? " tanya Sadewa sambil menatap wajah Kila dengan tatapan aneh.
"Lu pikir aja sendiri!! emangnya lu mau kalau kita ketahuan udah nikah sama orang di kampus? " tanya Kila kesal, ia benar-benar kesal kenapa Sadewa harus bertanya seperti itu lagi padanya.
"Gak papa, seru tuh kayaknya, " balas Sadewa enteng ia masih memakan cemilan yang tadi Kila bawa untuknya.
"Gila aja lu jadi orang, " Kila langsung melempar Sadewa menggunakan bantal dan pergi meninggalkan Sadewa.
Sementara itu Sadewa hanya menatap kepergian Kila dengan datar, entah kenapa saat ini ia malah takut kehilangan Kila. Bahkan ia juga tidak keberatan kalau pernikahan mereka di ketahui orang lain.
Namun tiba-tiba ponselnya berbunyi membuat Sadewa kembali dari lamunannya, ia mengambil ponselnya lalu mengangkat orang yang menelponnya.
"Halo sayang, " ucap seorang wanita yang berada di sebrang ponselnya.
"Apa sayang ku, " balas Sadewa sambil membersihkan tangannya, ia langsung berjalan dan duduk di balkon kamarnya.
"Kamu lagi di mana? " tanya wanita yang tak lain adalah Kristal kekasihnya sendiri.
"Di rumah, memangnya ada apa? " tanya balik Sadewa.
"Kamu lagi sibuk gak? "
"Gak. "
"Main yuk, aku bosan di rumah terus, " ujar Kristal dengan suara manja nya.
"Baiklah, kamu di mana saat ini? aku ke sana sekarang, " balas Sadewa, rupanya ia juga bosan berada terus di rumahnya.
"Aku ada di rumah, kamu jemput aku aja ke sini, aku tunggu kamu yah. Dah sayang, " ujar Kristal sambil mematikan telpon ya.
setelah itu Sadewa langsung mengambil jaketnya yang tergantung indah di gantungan pakaian, lalu setelah itu ia berniat berpamitan pada Kila.
"Kila aku main sama Kristal dulu yah, " teriak Sadewa di depan pintu kamar Kila sambil mengetuk pintu nya.
"Ngapain lu izin dulu sama gue? emangnya gue nyokap lu? " tanya Kila dengan suara sinis nya.
"Ya ampun, ya siapa tau aja lu nanti nyariin gue, " balas Sadewa.
"Gak bakalan gue cariin, gak butuh, " tegas Kila dari balik pintu, tanpa berniat untuk membuka pintu tersebut.
"Baiklah, aku pergi, " pamit Sadewa, ia langsung pergi ke rumah Kristal sudah lama juga ia tidak menghabiskan waktunya bersama Kristal.
"Iya gue sih, ngapain gue izin dulu sama di Kila yah? " gumamnya dalam hati saat ia akan masuk ke dalam mobil.
"Ah sudahlah lupakan, tidak penting, " lanjut Sadewa.
Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya Sadewa sampai di depan rumah Kristal, ia langsung membunyikan klakson mobilnya, lalu Kristal pun keluar dari rumah itu dan masuk ke mobil Juna.
"Apa kabar sayang, " setelah masuk Kristal langsung mengecup pipi dan juga keningnya Sadewa.
"Kamu cantik banget hari ini, " balas Sadewa sambil membelai halus rambut panjang Kristal.
"Emang hari-hari biasanya aku gak cantik apa? " tanya Kristal sambil duduk dengan benar di posisinya.
"Tidak sayang, kamu setiap hari juga cantik, namun untuk saat ini kamu terlihat begitu cantik, " rayu Sadewa.
"Ya sudah, kita mau pergi atau mau berantem di sini? " tanya Kristal sambil menatap Sadewa.
"Baiklah, " Sadewa langsung memajukan mobilnya, dan pergi ke sebuah mall tadi Kristal minta di belikan beberapa baju pada Sadewa, dan dengan senang hati Sadewa menyetujui permintaan mereka.
Setelah sampai di mall Sadewa dan Kristal langsung berjalan sambil bergandengan menuju toko baju, sedari tadi Kristal tak mau melepaskan tangan kekar milik Sadewa.
"Menurut kamu bagusan yang mana? " tanya Kristal sambil memperlihatkan kedua baju yang seperti nya ia bingung memilihnya.
"Beli saja keduanya, " balas Sadewa yang malas memilihkan baju untuk Kristal.
"Ya sudah, " Kristal langsung menyimpan baju itu di kasir. Namun tiba-tiba Sadewa melihat sebuah baju yang seperti nya sangat cocok untuk Kila, ia menatap baju itu dengan tatapan kagum sambil tersenyum.
"Kamu liatin apa sih? " tanya Kristal yang melihat Sadewa sedari tadi memandang sesuatu.
"Tidak apa-apa, " balas Sadewa sambil memalingkan tatapannya dan menggelengkan kepalanya.
Sadewa berjanji ia akan membawa Kila ke sini untuk membeli baju itu besok, ia sudah membayangkan akan menjadi apa Kila kalau memakai pakaian itu nanti. Entah kenapa saat ini yang berlalu lalang di otaknya hanya Kila padahal di sampingnya saat ini ada Kristal.