RASA PUTUS ASA HASTA

"Rahmat, bawa aku ke dalam. Sepertinya badanku sangat lemas. Aku merasa sangat lelah," ucap Hasta dengan perasaan campur aduk antara sedih dan tidak rela meninggalkan Hanin.

"Memang apa yang terjadi Den? Kenapa Aden tiba-tiba merasa lemas? Apa perlu saya antar ke rumah sakit?" Tanya Rahmat dengan tatapan cemas.

Hasta menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Bawa aku ke kamar saja. Aku sudah tidak sanggup berdiri," ucap Hasta dengan suara hampir tak terdengar.

Dengan cekatan Rahmat langsung memapah Hasta masuk ke dalam rumah di bantu Hanin dengan memeluk pinggang Hasta.

Sampai di kamar, dengan sangat hati-hati Rahmat dan Hanin membaringkan Hasta di tempat tidur.

"Terimakasih ya Pak Rahmat," ucap Hanin setelah membaringkan Hasta di tempat tidurnya.

"Sama-sama Non, kalau boleh saya akan melanjutkan pekerjaan saya. Kalau ada sesuatu yang Non butuhkan panggil saja Minah atau saya," ucap Rahmat merasa cemas melihat keadaan Hasta yang kembali seperti dulu sering sakit-sakitan.

Hanin menganggukkan kepalanya dengan tersenyum. Kemudian menutup pintu kamar setelah Rahmat pergi.

Tanpa menimbulkan suara, perlahan Hanin mendekati Hasta dan duduk di sampingnya.

Dengan mata berkaca-kaca Hanin menatap wajah Hasta yang terlihat pucat.

"Apa yang terjadi padamu Mas? Apa yang kamu rasakan?" Tanya Hanin sambil mengusap wajah Hasta dengan sangat lembut.

"Aku tidak apa-apa Hanin, aku hanya merasa lelah saja," sahut Hasta tidak bisa memejamkan matanya di saat mendapat sentuhan lembut Hanin.

"Benarkah? Kamu tidak sedang memikirkan tentang program bayi kita kan Mas?" Tanya Hanin memastikan apa yang ia tahu tentang keinginan Hasta.

Hasta sedikit tercenung mendengar pertanyaan Hanin yang begitu tepat dengan apa yang ia rasakan. Namun dengan cepat Hasta menutupi perasaannya dengan sebuah senyuman.

"Aku memang sedikit memikirkan hal itu Nin. Aku sudah tidak sabar ingin melihat kamu hamil. Aku ingin melihat bagaimana bahagianya kamu di saat perut kamu ini ada bayi kita," ucap Hasta masih dengan tersenyum sambil mengusap perut Hanin yang rata.

"Apa aku saja yang bahagia Mas? Apa kamu tidak bahagia?" Tanya Hanin dengan kening berkerut.

"Tentu saja aku juga sangat bahagia Nin," sahut Hasta cepat tidak ingin membuat hati Hanin sedih.

Hati Hanin menangis sangat sedih dengan apa yang di katakan Hasta. Hanin tahu, saat ini hati Hasta pasti benar-benar sangat sedih dengan apa yang sudah terjadi. Mengetahui Jonathan sudah benar-benar melakukan keinginannya dengan memberikan sperma untuk mendukung program bayi tabung.

"Semoga saja dalam bulan ini, program bayi tabung kita ada hasil yang baik Mas. Aku sudah tidak sabar ingin hamil buah cinta kita," ucap Hanin dengan tersenyum menggenggam tangan Hasta yang masih terasa panas.

Hasta menganggukkan kepalanya pelan semakin merasa sedih dengan keyakinan Hanin yang akan segera hamil.

"Bagaimana kamu tidak segera hamil Hanin, karena sperma yang ada di perut kamu nanti bukan milikku tapi milik Jonathan," ucap Hasta dalam hati sambil memejamkan matanya perlahan ingin melupakan semuanya.

Melihat kedua mata Hasta sudah terpejam Hanin hanya bisa mengambil nafas dalam sambil berpikir keras bagaimana caranya Hasta bisa melupakan kesedihannya.

"Aku tahu Mas, saat ini kamu pasti berpikir sperma yang ada di perut aku nanti punya Jonathan. Kamu salah Mas, aku tidak bisa melakukan apa yang kamu inginkan. Tolong maafkan aku. Semoga saja dengan apa yang kita lakukan beberapa minggu ini bisa berhasil. Aku punya keyakinan dan sangat percaya dengan obat yang di berikan Dokter Husin untuk kamu. Semoga saja dalam waktu dekat ini aku bisa hamil memenuhi keinginan kamu tanpa harus menunggu hasil program bayi tabung kita. Dan tidak pernah ada darah daging Jonathan yang ada hanya darah daging kamu," ucap Hanin dalam hati masih menatap sedih wajah Hasta yang semakin terlihat pucat.

"Mas, apa kamu sudah tidur?" Panggil Hanin dengan suara pelan seraya membelai rambut Hasta.

Entah kenapa dengan menyentuh kulit tubuh Hasta yang panas, gelora bercinta Hanin sepertinya tidak bisa ia tahan. Ada keinginan bercinta yang begitu besar yang harus ia salurkan.

"Mas....apa kamu benar-benar sudah tidur?" Panggil Hanin lagi dan kali ini dengan mencium kedua mata Hasta.

Perlahan Hasta membuka matanya, mendengar suara Hanin yang mendesah lembut serta ciuman Hanin di kedua matanya membuat hati Hasta berdegup kencang seolah-olah ciuman itu memberikan rangsangan yang hebat yang membangkitkan geloranya.

"Aku tidak bisa tidur lagi Nin? Bagaimana aku bisa tidur kalau wajah cantik istriku ada di wajahku seperti ini," jawab Hasta jujur dengan membalas tatapan Hanin yang sedang menatapnya dengan tatapan menggoda.

"Apa aku mengganggu tidurmu Mas," ucap Hanin dengan tersenyum perlahan naik di atas tempat tidur dan menindih tubuh Hasta. Apa yang di lakukan Hanin dengan tiba-tiba itu sangat mengejutkan Hasta.

"Ouch ...tubuh kamu mulai berat Nin," ucap Hasta sedikit terhenyak dengan tubuh Hanin yang sudah di atasnya.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku Mas, apa aku mengganggu tidurmu?" Tanya Hanin lagi menangkup wajah Hasta dengan kedua tangannya.

Hasta menggelengkan kepalanya dengan tersenyum.

"Sama sekali tidak Hanin, aku sama sekali tidak terganggu. Sekarang katakan padaku, kenapa kamu mengganggu tidurku dengan kamu di atasku seperti ini?" Tanya Hasta sambil memeluk pinggang ramping Hanin.

"Apa aku harus menjawab jujur pertanyaanmu Mas?" Sahut Hanin semakin merasakan kehangatan kulit tubuh Hasta yang menyatu dengan kulitnya.

Hasta menganggukkan kepalanya dengan hati berdegup kencang.

"Katakan saja Nin, aku mendengarkan," ucap Hasta sudah tidak sabar dengan jawaban Hanin.

"Aku ingin bercinta denganmu Mas," jawab Hanin dengan singkat. Sebuah jawaban yang benar-benar membuat hati Hasta semakin berdegup kencang tak karuan.

"Benarkah itu? kenapa tiba-tiba kamu ingin bercinta denganku Nin?" Tanya Hasta merasa penasaran ingin tahu alasan di balik keinginan Hanin.

"Emm.... karena aku tidak tahan saat menyentuh kulitmu yang panas Mas. Aku merasa bergelora di sini," jawab Hanin dengan jujur sambil memegang dadanya.

Mendengar jawaban Hanin hati Hasta sangat bahagia. Perasaan sedih dan putus asa yang ia rasakan sedikit terlupakan dengan adanya gelora yang ia rasakan.

Tanpa membalas ucapan Hanin, Hasta memeluk Hanin dengan segenap perasaannya.

"Apa kamu ingin bercinta denganku saat ini Nin?" Tanya Hasta memastikan keinginan Hanin.

"Benar Mas, aku ingin bercinta denganmu. Aku sudah menahannya dari tadi," sahut Hanin membalas pelukan Hasta kemudian mencium bibir Hasta yang terasa panas.

Hasta memejamkan matanya merasakan kelembutan ciuman bibir Hanin yang selalu ia rindukan.

Perlahan Hasta membalas ciuman Hanin yang mulai intens dan menggairahkan.

"Kita lakukan sekarang ya Mas, aku sudah tidak tahan," bisik Hanin di telinga Hasta seraya membuka kancing kemeja Hasta yang sedikit basah.

Hasta tersenyum merasa bahagia dengan semua yang di lakukan Hanin padanya.