"Benarkah Nin? Kamu tidak marah kalau aku ingin pulang?" Tanya Hasta dengan tatapan tak percaya karena ia tidak bisa menolak keinginan Hanin yang memintanya ke rumah sakit.
"Aku tidak marah Mas. Aku terpaksa membawamu ke rumah sakit untuk memastikan kesakitan kamu Mas. Kalau sekarang kamu sudah merasa baik dan ingin pulang aku setuju saja. Bagiku yang terpenting suamiku merasa nyaman saja," ucap Hanin sambil mengecup punggung tangan Hasta yang mulai hangat.
"Terimakasih Nin, apa kamu ingin memelukku lagi?" Tanya Hasta selalu merindukan pelukan Hanin yang mampu menghilangkan kesedihannya.
Dengan penuh cinta Hanin memeluk Hasta dan mengusap lembut punggung Hasta.
"Apa kamu merindukanku Mas?" Tanya Hanin masih dengan mengusap punggung Hasta.
"Sangat merindukanmu Nin. Aku merasa tenang setiap kamu memelukku seperti ini," ucap Hasta semakin menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Hanin.
"Apa kamu tidak lapar Mas. Aku belikan makan ya," ucap Hanin setelah memeluk Hasta cukup lama.
Hasta melepaskan pelukannya kemudian tersenyum dan menggenggam tangan Hanin kemudian mengecupnya berulang-ulang.
"Ada apa Mas, kenapa kamu tersenyum dan mencium tanganku seperti itu?" Tanya Hanin dengan tersenyum membiarkan Hasta yang menciumi tangannya.
"Aku mau ke kantin dan makan bersamamu. Aku bosan di dalam kamar Nin," ucap Hasta dengan tatapan memohon.
Hanin tersenyum kemudian menyentil ujung hidung Hasta dengan gemas.
"Kita akan ke sana Mas. Tapi kamu harus pakai jaket kamu. Sekarang sudah malam," ucap Hanin seraya bangun dari duduknya untuk mengambil jaket Hasta.
Hasta tersenyum seketika duduk di pinggir ranjang menunggu Hanin mengambil jaketnya.
Dengan penuh perhatian Hanin memakaikan jaket Hasta dan mengancingnya sampai leher.
"Kita keluar sekarang Mas," ucap Hanin segera membantu Hasta turun dari tempat tidur.
Dengan di papah Hanin, Hasta keluar dari kamar dan berjalan pelan menuju kantin Rumah sakit.
"Apa kantinnya masih jauh Nin?" Tanya Hasta dengan pandangan ke arah taman di sisi kanan.
"Sudah lumayan dekat Mas. Apa kamu lelah?" Tanya Hanin menghentikan langkahnya menunggu jawaban Hasta.
Hasta menggelengkan kepalanya dengan tersenyum.
"Tidak Hanin, aku hanya tanya saja. Nanti setelah dari kantin kita duduk di taman ya Nin. Sepertinya sangat nyaman bisa duduk di sana," ucap Hasta sambil menunjuk ke arah kursi panjang di mana ada kolam ikannya.
"Nanti kita ke sana Mas," sahut Hanin melanjutkan langkahnya hingga sampai di kantin.
"Kamu mau pesan apa Mas?" Tanya Hanin setelah mencarikan tempat duduk buat Hasta.
"Apa saja Nin, kamu pilihkan saja," jawab Hasta sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin.
Suasana kantin lumayan sepi dan itu membuat Hasta sedikit leluasa menyandarkan punggungnya yang terasa sakit.
"Ada apa Mas? Apa punggung kamu sakit?" Tanya Hanin yang baru saja datang setelah memesan makanan.
"Tidak terlalu sakit Nin, mungkin karena terlalu banyak tidur. Kamu jadi pesan makanan apa?" Tanya Hasta kembali menegakkan punggungnya tidak ingin Hanin mencemaskannya.
"Nasi soto sama jeruk hangat," jawab Hanin sambil duduk di samping Hasta.
"Sepi kantinnya, apa karena sudah malam?" Ucap Hasta sambil meremas kedua tangannya.
"Mungkin juga Mas. Em... Mas, seandainya kalau aku ingin bekerja apa kamu memberi izin Mas?" Tanya Hanin tiba-tiba ada keinginan untuk bekerja dengan maksud menggunakan ijazah perawatnya agar bermanfaat.
Mendengar Hanin yang tiba-tiba ingin bekerja, Hasta cukup terkejut dan ingin tahu alasan di balik keinginan Hanin bekerja.
"Kenapa kamu tiba-tiba ingin bekerja Nin?" Tanya Hasta dengan tatapan penuh.
"Em... dulu aku memilih menjadi perawat karena ada alasannya Mas. Karena alasan kuat itu aku belajar sungguh-sungguh agar menjadi perawat yang bisa di andalkan. Dan sekarang aku sudah lulus dengan nilai baik. Aku ingin merealisasikan keinginanku itu Mas," ucap Hanin dengan tatapan sungguh-sungguh, berharap Hasta mengizinkannya.
"Aku tidak tahu kalau kamu memilih menjadi perawat karena ada alasannya. Memang apa alasannya Nin? Apa kamu ingin membantu orang-orang sakit di luar sana?" Tanya Hasta merasa penasaran.
"Alasan itu juga termasuk di dalamnya. Tapi bukan itu alasan penting aku memilih keperawatan. Kamu ingat Mas, saat pertama kali kamu mengajakku ke kota untuk membuat surat nikah?" Tanya Hanin sebelum memberitahu alasannya pada Hasta.
"Ya aku ingat, kenapa Nin?" Tanya Hasta belum mengerti arah pembicaraan Hanin.
"Saat itu aku merasa sendirian menunggu kamu yang belum pulang-pulang. Saat kamu pulang kamu terlihat lelah dan batuk-batuk. Bahkan aku melihat hidung kamu mengeluarkan darah. Saat itu aku merasa takut, takut kamu meninggalkan aku seperti Ayah yang meninggalkan aku. Melihat kamu kesakitan kamu ada terbesit di pikirkanku untuk menjadi perawat agar bisa menjaga kamu kalau kamu sakit," ucap Hanin menceritakan alasannya kenapa ia mengambil fakultas keperawatan.
Mendengar cerita Hanin tentang alasannya memilih menjadi perawat membuat hati Hasta terharu. Ternyata dari awal Hanin sudah sangat memperdulikan keadaannya.
"Terimakasih ya Nin. Aku baru tahu dari kamu remaja sudah sangat memperhatikan aku dan takut kehilangan aku," ucap Hasta meraih tangan Hanin dan menciumnya dengan penuh perasaan.
"Dan sekarang kamu sakit Mas, biarkan aku bekerja. Aku ingin menjagamu saat kamu sakit," ucap Hanin dengan tatapan memohon.
"Hanin, kamu sudah merawatku setiap hari. Kenapa kamu harus bekerja? Apa kamu bosan di rumah terus?" Tanya Hasta mencari kejujuran di kedua mata Hanin.
Hanin terdiam merasa kesulitan untuk menjelaskan keinginannya bekerja agar ijazahnya berguna untuk membantu orang lain.
"Baiklah Nin, kamu ingin bekerja di mana? Mungkin aku bisa membantumu mencari pekerjaan sesuai dengan keahlian kamu," ucap Hasta tidak menanyakan alasan lain lagi karena ia tahu Hanin punya alasan sendiri hingga ingin bekerja.
Hanin mengangkat wajahnya menatap Hasta dengan tatapan penuh.
"Apa kamu benar-benar mengizinkan aku bekerja Mas?" Tanya Hanin dengan tatapan tak percaya.
Hasta menganggukkan kepalanya.
"Kamu ingin bekerja di mana Nin?" Tanya Hasta lagi menunggu jawaban Hanin.
"Aku belum tahu Mas, mungkin aku lihat di grup kampus. Karena semua teman-teman sudah banyak yang mencari pekerjaan," ucap Hanin sambil melihat ke pelayan kantin yang datang membawa makanan dan minuman.
"Silahkan Tuan, Nyonya," ucap pelayan kantin dengan ramah setelah meletakkan pesanan Hanin di atas meja.
"Kamu mau bekerja di Klinik Husin, Nin?" Tanya Hasta seraya menerima sendok dari Hanin.
"Klinik Dokter Husin terlalu jauh Mas, aku mencari yang dekat saja. Di desa kita masih membutuhkan perawat. Di puskemas atau di rumah sakit juga bisa," ucap Hanin sambil menikmati nasi soto yang masih panas.
Entah karena terselip perasaan cemburu atau ketakutan kehilangan Hanin, mendengar jawaban Hanin yang ingin bekerja di puskemas atau rumah sakit, Hasta berpikir ada hubungannya dengan Rafka yang bertugas di rumah sakit dan di puskemas desa.
"Apa kamu ingin bekerja membantu Rafka di rumah sakit, Nin?" Tanya Hasta dengan tatapan penuh.