Menunggu Berry bangun terasa sangat lama sekali. Jarum jam yang berdetik seolah justru melambat alih-alih berjalan dengan cepat. Ibunya bahkan tak beranjak dari tempatnya dan selalu berada mendampingi putranya. Kata dokter, tidak ada dari tangan maupun kaki Berry yang mengalami patah tulang. Tapi entah kenapa justru lelaki itu lama sekali tak kunjung bangun.
"Kamu makan dulu." Wisnu menyadarkan adiknya yang sedang menggenggam tangan putranya itu sebuah tepukan. Pasalnya ini sudah hampir siang dan belum sedikitpun makanan yang masuk ke dalam perut perempuan paruh baya tersebut. perempuan itu pernah dirawat karena penyakit lambungnya, dan jangan sampai beliau kembali ngedrop dan membuat keadaan semakin kacau.
"Nanti dulu, Bang."
"Sekarang! Dania!" suara Wisnu tegas terdengar agar adiknya itu bisa memahami dan segera melakukan apa yang diperintahkan.
"Aku sedang nggak bisa memasukkan makanan ke dalam mulutku sekarang, Bang!" dalihnya lagi.