Aku kembali dengan dua gelas champagne, untukku dan untuk Alice tentu saja.
Shaw bisa mengambil champagnenya sendiri. Tapi Nicholas Shaw sudah tidak ada di tempatnya semula saat aku kembali, hanya ada Alice, yang sedang menatapku sambil tersenyum samar. Ia mengambil segelas champagne dari tanganku lalu meminumnya sedikit.
"Jadi... namamu bukan Alice?" gumamku memulai pembicaraan.
Kedua alis matanya sedikit terangkat. "Namaku tidak terlalu penting, bukan?"
Penting bagiku, pikirku sebelum menenggak isi gelasku.
"Alice adalah namaku. Anya hanya nama palsu." Lanjutnya lalu menyesap champagnenya lagi. "Kau terlihat sedikit berbeda."
Kali ini giliranku menaikkan kedua alis mataku. "Oh ya? Berbeda dari biasanya? Tidak terikat di kursi dan penuh dengan lebam maksudmu?"
Ia tertawa kecil, membuatku sedikit terkejut. Aku tidak tahu Ia bisa tertawa. "Kau juga sedikit berbeda," gumamku.