Kami berdua saling memandang dalam keheningan selama beberapa menit lamanya.
"Da— Darah siapa katamu?" tanyaku, berharap aku salah mendengarnya.
Dostov kembali meringis. "Nicholas akan menghajarku nanti. Tapi saat ini tidak ada darah yang lebih efektif daripada darah Volder yang mengubahmu, Ella."
Pantas saja aku merasa familiar dengan aroma darah itu, tubuhku sudah mengenalinya tanpa kusadari. Dostov benar. Nick benar-benar akan murka nanti. "Ugh, Dostov," gerutuku sambil memejamkan mataku frustrasi.
"Tenang saja, Ia tidak akan marah padamu. Lagipula nanti malam juga bau Alastair di dirimu akan memudar sendiri... dengan bantuan Nicholas." Ia berdeham lalu mengalihkan pandangannya ke rak buku di seberangnya.
Aku menatap tajam padanya lalu menghela nafasku. Maksudnya memang baik, agar aku terlepas dari siksaan blood lust secepatnya tapi tetap saja Ia membuatku kesal karena tidak memperingatkanku sebelumnya.
"Apa kau sudah baikan? Kau mau darah lagi?" tawarnya.