Kututup pintu kamar kecil ini lalu tubuhku merosot ke lantai. Teror dan panik menyelubungi seluruh pikiran dan tubuhku hingga jantungku berdentum keras di dalam dadaku.
Ana... brengsek.
Kupikir Ia hanya ingin menyingkirkanku, tapi Ia menyerahkan Rosie pada Vlad juga. Aku bersumpah akan membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri nanti, Ana—
Pandanganku tiba-tiba tertuju pada tas popok merah muda yang tergeletak di lantai kamar ini. Seingatku aku sempat memasukkan handphoneku ke dalam salah satu sakut tas itu. Harapan tiba-tiba tumbuh di dalam hatiku. Aku berdiri lagi lalu meraih tas itu dan meletakkannya di atas ranjang. Kurogoh satu per satu kantong tas itu lalu menemukan handphoneku yang layarnya sudah retak. Kurasa seseorang sempat membanting tas ini cukup keras.
Rasa lega langsung menyelimutiku saat melihat handphoneku masih menyala. Untungnya aku selalu menggunakan mode silent jadi pria pria yang membawanya tadi tidak menyadari ada handphoneku di tas ini.