Aku berusaha melawan ciumannya, kedua tanganku mendorong bahunya agar Ia melepaskanku. Tapi Alexei memenjaraku dalam pelukan eratnya, lidahnya merangsek masuk ke sela bibirku yang dipaksa terbuka. Deru nafasnya terasa panas di wajahku. Kedua mataku masih terbuka lebar, karena aku tahu setelah aku menutupnya aku pasti akan hanyut dalam ciuman ini juga.
"Mmmfh," erangku dengan marah sambil mendorong dadanya lebih keras. Baru saat itulah Alexei membuka matanya perlahan lalu melepaskan bibirnya dariku. Kedua mata biru terangnya terlihat menggelap dan dipenuhi oleh emosi yang jarang terlihat darinya. Kami berdua sama sama masih terengah dan saling menatap satu sama lain, salah satu tangannya juga masih menangkup wajahku, sedangkan tangan satunya lagi memeluk bahuku.
"Rosie—"