"Jun, tidurlah ini hampir pagi. Ayahmu sudah mengurus semua yang ada di rumah sakit. Besok nenek Han akan langsung di makamkan kita menunggu orang tua Ara datang" bujuk ibu Kim saat melihat anaknya tidak beranjak sedikitpun tapi tidak mendapat respon dari anaknya tersebut
"Jun... " panggil ibu Kim lagi saat itu Kim Jun merasakan gerakan di tangan Ara yang genggamnya seketika dia mundur. Saat melihat Ara membuka matanya perlahan dia lari menjauh dan masuk ke dalam kamarnya membuat ibu Kim bingung
"Ara, kamu sudah sadar sayang?" ucap Ibu Kim disusul pelukan dari Ara dan terdengar suara tangis kembali pecah membuat Kim Jun yang ada di kamar semakin bersalah
Beberapa hari setelah pemakaman Nenek Han, Ara masih menangisi kepergian neneknya tersebut
"Bibi Kim, bukannya nenek baik-baik saja saat Aku pergi ke sekolah" Tanya Ara setelah dirinya mulai tenang terlihat matanya bengkak
"Iya, kata pengurus rumah nenekmu jatuh setelah selesai makan siang" jelas Bibi Kim hati-hati takut membuat Ara kembali menangis hanya respon datar yang ditunjukan Ara dia, beberapa hari ini Bibi Kim yang menemani Ara sementara orang tuanya sibuk dengan para kerabat yang datang.
Disini lain Kim Jun kembali berdebat dengan Ayahnya karena dia memaksa pergi ke sekolah asrama sekarang juga
"Ini adalah liburan musim dingin, jika kamu tetep memaksa pergi sekarang disana tidak akan ada orang" jelas Ayah Kim lagi
"Lebih baik tidak ada orang" sahut Kim Jun acuh
"Apa yang salah denganmu, bukankah kemarin kamu bersikeras tidak ingin pergi kesana?" Tanya Ayahnya
"Ya aku yang salah semua salahku" teriak Kim Jun merasa bersalah, bahkan dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan saat bertemu Ara nanti, dia kembali mengunci dirinya di dalam kamar
"Jun, buka pintu Ibu ingin bicara denganmu" bujuk Ibu Kim kemudian mendengar suara kunci diputar lalu membuka pintu kamar melihat anaknya duduk disamping jendela melihat keluar
"Jun, makan dulu kamu akan sakit" bujuk ibu Kim lagi tapi tidak mendapat respon berarti dari Kim Jun
"Kim Jun, besok Ara akan ikut orang tuanya pindah ke luar negeri. Apa kamu tidak ingin menemuinya?" ucap Ibu Kim sambil menata makanan di meja kecil dalam kamar Kim Jun
"Ara selalu bertanya tentangmu" lanjutnya tapi Kim jun masih terdiam menatap kosong keluar jendela kamarnya
"Besok dia akan berangkat jam 9 pagi, temui Ara sebelum dia pergi. Makanlah, ibu akan keluar" jelas Ibu Kim lalu pergi, air mata mulai menetes lagi Kim Jun bahkan heran kenapa dia mendadak jadi sangat cengeng.
***
Langit pagi ini sangat cerah tapi di balik sinar matahari tersebut ada rintik hujan mulai turun. Ada kegiatan yang terlihat sangat sibuk di rumah sebelah, beberapa barang tengah di keluarkan untuk di sumbangkan. Pertanda rumah akan di kosongkan dan tidak mau menyimpan banyak barang, kata Ibu Kim bahwa rumah tersebut tidak akan dijual.
Ada seorang gadis kecil melihat menadah ke atas sambil menjulurkan tangannya seolah ingin menangkap rintik hujan tersebut, dia berjalan perlahan lalu berhenti di di depan gerbang pintu rumah tetangganya dan melihat kearah jendela atas sebuah kamar. Mencoba melihat apa yang ada di dalam sana masih peduli padanya atau tidak, berharap bisa mengatakan sepatah kata perpisahan. Dunianya yang hilang separuh akan dia tinggalkan disini, usianya kini masih 14 tahun tapi waktunya sebagian besar di habiskan bersama anak laki-laki yang tinggal di rumah ini.
Dia belum bisa memahami kenapa anak laki-laki tersebut sekarang berubah, menjauh saat dia benar-benar membutuhkannya, kehilangan dua orang yang sangat dia sayangi dalam waktu sama. Perbedaannya adalah neneknya meninggalkan dia untuk selamanya. Tapi untuk Kim Jun, dialah yang meninggalkan Kim Jun entah berapa lama entah kapan bisa berjumpa.
"Ayo sayang, kita akan kembali kesini jika kamu mau saat liburan musim panas nanti" ajak Ibunya sambil merangkul Ara
Tapi Ara masih belum beranjak dari tatapannya, dia seperti melihat gerakkan di dalam sana berharap yang ada disana mau keluar menemuinya, bahkan air mata yang menetes tersamar dengan rintik hujan yang mulai membasahi rambutnya
"Bibi Kim" panggil Ara pelan lalu ibu Kim mendekatinya
"Apa Kim Jun baik-baik saja?" tanyanya tapi matanya masih menatap kearah jendela kamar Kim Jun
"Dia baik-baik saja, bukankah dia sering bilang bahwa anak laki-laki tidak mudah sakit" jelas ibu Kim menahan air matanya
"Tapi bukankah dia tidak punya teman selain aku? Jika aku pergi apa dia baik-baik saja? Siapa yang mau jadi teman bocah jahil seperti dia" kata Ara terisak, Ibu Kim tidak tahan melihatnya langsung memeluk Ara kemudian tangisnya pecah teringat saat Ara pingsan dan Kim Jun menjaganya semalaman tanpa beranjak sedetikpun memegang tangannya erat, entah apa yang terjadi saat Ara tidak ada disini lagi. Ayah dan Ibu Han merasa terharu juga lega, selama ini Ara dijaga oleh orang baik.
"Ayah, bolehkah aku tetap tinggal, Kim jun tidak punya teman selain aku" kata Ara sambil menoleh kearah Ayahnya
"Sayang…" Panggil ibu Han mulai ikut terisak
"Bibi Kim, boleh aku tinggal disini? Ara tidak akan merepotkan bibi"
"Kim Jun akan baik-baik saja, Ara harus ikut Ayah dan Ibu. Mereka pasti ingin ara tinggal bersama mereka. Bukankah Ara pernah bertanya pada bibi bagaimana rasanya tinggal di luar negeri?" Jelas Ibu Kim mencoba membujuknya
"Sekarang Ara akan tinggal disana, mendapat pendidikkan yang baik. Dan berkunjunglah jika kembali kesini, bibi akan tetap disini sampai Ara pulang nanti" lanjutnya diikuti pelukan hangat.
"Kim Jun, kalau kamu tidak keluar sekarang juga jangan harap aku akan menyapamu ketika kita bertemu lagi suatu hari nanti" Teriak Ara lalu dia melihat bayangan dibalik jendela
"Ayo ayah, aku sudah tidak ingin bertemu Kim Jun. Dia bukan temanku lagi, biarkan dia tidak punya teman lagi sekarang" kata Ara langsung masuk kedalam mobil tanpa melihat ke belakang lagi dan meninggalkan tempat itu.
Di tengah malam setelah mengantarkan orang tuanya ke bandara Kim Jun terdiam duduk di samping jendela melihat gelapnya malam. Tangannya meremas selembar kertas yang dia simpan bertahun-tahun. Enam tahun yang lalu dia meminta ibunya untuk sekolah di kota A karena mendengar bahwa Han Yoora telah kembali dan sekolah di Kota A. Tapi dia tidak bisa mendekatinya seperti dulu lagi, Ara benar-benar tidak menyapanya seperti yang dia katakannya sebelum pergi. Tidak ingin berteman lagi dengannya, maka dari itu dia hanya bisa mengikutinya dan menjaganya dari jauh.
Han Yoora yang dia temui kali ini benar-benar berbeda dari Han Yoora gadis kecil tetangganya dulu. Lebih pendiam dan tertutup, bahkan bisa dibilang dia tidak mempunyai teman dekat di sekolah. Berangkat dan pulang ke rumah sesuai jadwal, tidak pernah mengikuti kelas tambahan. Seolah dia benar-benar tidak pernah ingin terlambat pulang ke rumah. Itu membuat Kim Jun selalu mengingat kesalahannya dulu dan semakin menyesal.
***
Saat dibandara tadi, dia melihat bayangan seseorang di dalam mobil yang menjemput Ara. Seperti seorang laki-laki, membuatnya sangat resah.
"Ara, apa kamu baik-baik saja? Aku bahkan tidak bisa menemukan alamat rumahmu yang baru, sejak kapan kamu pindah?" Gumamnya pelan
"Bukankah kamu sudah memaafkanku?" lanjutnya kembali membuka secarik kertas yang dia remas
"Kim Jun, apa kamu baik-baik saja? Ini semua bukan salahmu,
berhenti menyalahkan dirimu.
Aku ingin tetap disini, bolehkah?
Akhirnya aku bertemu orang tuaku lagi, Aku harus pergi bersama mereka.
Aku baik-baik saja, dan kamu juga akan baik-baik saja.
Terima kasih telah menemaniku.
-Han Yoora"