Kembali Patah

Suasana malam itu begitu dingin. Hanya terdengar suara jangkrik dan beberapa kali kendaraan lalu lalang. Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Waktu dimana semua orang sudah beristirahat dengan lelapnya. Tapi tidak dengan wanita itu. Ditemani secangkir kopi, dia begitu tenang mendengar musik-musik dari headset yang terpasang di telinganya. Dengan beberapa buku yang berserakan di sekitar lantai kamar tempatnya berbaring. Lalu dia beranjak dan pindah ke ranjangnya. Dan lagu selanjutnya pun terdengar,

"Dulu pernah ku mencoba

Untuk menjalin cinta bersamamu

Waktu demi waktu terus berlalu

Tapi mengapa sampai sekarang

Ku tak pernah ada perasaan"

Hmph...

Seketika dia melepaskan headset nya dan duduk bersandar. Wanita bernama Meidy Atama itu lebih kerap disapa Mei. Sebelumnya ia adalah seorang wanita periang yang sangat senang menghibur semua orang disekitarnya. Dia juga jarang menumpahkan keluh kesah dan kekecewaannya kepada teman dekatnya, hanya dengan seseorang yang baginya spesial ia mau berbagi cerita tentang apapun itu. Biasanya dia melampiaskan semua perasaannya melalui kertas dan pena dimana setelah itu dia akan membakarnya. Hanya dengan begitu dia bisa melupakan semua kekecewaannya terhadap sesuatu.

Lagu yang baru saja dihentikannya telah merusak suasana hatinya. Bukan hanya lirik yang terdengar begitu mengesalkan pun juga dengan pemilik lagu itu.

"Apa yang sebenarnya dia inginkan?" gumamnya lirih.

*****

Hari itu seperti biasa di laundry tempat bekerja Mei selalu terdengar suara tawa penuh bahagia dari teman-temannya. Seakan terlepas dari beban rumah tangga yang selalu membuat kepala sakit tentang memikirkan pengeluaran bulanan, harus masak apa hari ini dan masih banyak lagi. Hampir rata-rata yang bekerja disana adalah ibu-ibu rumah tangga, terkecuali satu orang pria yang masih berumur 18 tahun tukang mencuci karpet dan mengurus antar jemput barang-barang pelanggan. Sedangkan Mei dan satu orang temannya bernama Salma khusus bagian sortir barang.

Masih cukup pagi untuk memulai pekerjaan. Begitu membuka pintu lantai paling atas, Mei menuju balkon dan menikmati pemandangan pagi yang belum begitu hangat. Pandangannya kosong.

"Hei,"

Tiba-tiba sebuah suara memecah lamunannya. Ia menoleh dan melihat Salma berjalan kearahnya. Senyum simpul menyambut kedatangan sahabatnya itu.

"Lagi?" Tanya Salma seakan telah paham permasalahan yang dihadapi Mei.

"Hm." Jawabnya singkat sambil sedikit mengangguk.

"Yasudah, biarkan waktu yang menjawab. Ayo!" Ajak Salma untuk memulai pekerjaan. Mei hanya terdiam sejenak kemudian mengikuti langkah Salma.

Ini adalah Kali kedua Mei tak mendapat kabar dari Randi kekasihnya. Entah alasan apalagi yang akan dilontarkan Randi setelah ini. Sebelumnya ia juga mendapat perlakuan yang sama setelah baru beberapa waktu memutuskan untuk menerima Randi yang sudah berulangkali menyatakan perasaannya. Dengan alasan yang terdengar sepele Randi muncul tiba-tiba dan meminta maaf agar hubungan mereka tetap berlanjut. Randi mengaku salah telah menghilang hanya karena terganggu oleh kedatangan mantan kekasihnya yang meminta kembali kemudian tiba-tiba pergi lagi tanpa pesan. Mei memaklumi dan tak ingin memperpanjang masalah. Toh juga Randi sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya. Namun sayang, ternyata Randi tak menepati janjinya.

Hari sudah semakin sore dan jam menunjukkan waktu pulang kerja. Mei bergegas menuju kamar mandi sebelum pulang agar tiba dirumah ia bisa langsung beristirahat. Setelah selesai mandi ia melihat sudah ada pesan masuk di handphonenya.

Randi

"Akhirnya," gumam Mei hampir tak terdengar.

"Ada apa" tanya Salma yang sudah siap untuk pulang.

"Randi ingin bertemu."

"Dia sudah menunggu mu di depan sejak 20 menit lalu. Aku duluan ya," pamit Salma.

Mei menghela napas dan bersiap turun. Setelah selesai menutup pintu lantai atas ia bergegas turun. Dilihatnya Randi masih menunggu duduk di motornya.

"La, aku duluan ya!" Pamit Mei pada Nopelia kasir laundry yang lebih menyukai dipanggil Ila.

"Oke, hati-hati!" Jawab Ila dengan senyuman.

Mei mengambil helm dan menuju Randi. Tanpa basa basi Randi menyalakan motor dan mengambil tas yang dijinjing Mei lalu menaruhnya di gantungan. Mereka pun melaju, dengan kecepatan rendah Randi mengarahkan motornya menuju pantai. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Setibanya di taman bonsai yang terletak di persimpangan antara jalan tepi pantai dan taman berkarya mereka berhenti. Randi memarkirkan motor dan membantu Mei melepaskan helm kemudian menggandeng tangannya.

"Kita kesana yuk!" Ajak Randi menunjuk ke arah bangunan yang menyerupai jembatan panjang.

Hari pun sudah semakin gelap. Suara ombak laut terdengar bergemuruh dan angin kencang semakin menambah dingin suasana.

Mereka berhenti lalu berdiri di atas jembatan dan menikmati pemandangan matahari terbenam.

"Setelah ini apa?" Tanya Mei membuka percakapan.

Randi terdiam seakan bingung akan menjawab apa. Mei pun menoleh.

"Baiklah." Jawab Randi kemudian.

"Maafkan aku Mei. Lebih baik kita sudahi semuanya."

Mei hanya diam karena sudah tahu apa yang akan terjadi.

"Alasannya?"

"Aku ingin fokus pada karirku."

Kali ini alasan Randi terdengar cukup masuk akal.

"Tentu saja." Jawab Mei dengan senyuman dan menutup pembicaraan.

Bagi Mei memperpanjang masalah dengan terlalu banyak pertanyaan itu hanya melelahkan. Dan dia lebih memilih untuk menganggapnya sudah selesai walau sebenarnya jauh di dalam  hatinya ingin bertanya lebih banyak dan memperbaiki semuanya. Namun setelah merasa cukup dengan semua yang didapatnya setiap kali menjalin hubungan dengan seorang pria, dia lebih memilih mundur ketimbang menjalani hidup yang semakin tak jelas dengan setiap permasalahan yang datang. Bukan karena ia pengecut untuk menghadapi masalah. Hanya saja baginya cukup untuk sekedar menerima gombalan lelaki yang hanya bisa berkata manis tanpa pembuktian.

Matahari telah terbenam seluruhnya. Dengan suasana yang telah berbeda akhirnya Mei meminta untuk pulang dengan alasan capek dan besok harus masuk kerja lebih awal. Sepanjang perjalanan pulang pun mereka hanya diam. Hingga tiba didepan rumah Mei, Randi tetap tak berkata apapun.

"Terimakasih." Ucap Mei mengambil tasnya dari tangan Randi.

Tanpa menunggu jawaban Randi ataupun sekedar menoleh memberikan senyuman untuk lelaki yang sudah menjadi mantan kekasihnya itu Mei langsung masuk kerumahnya. Randi memahami dan hanya bisa menghela napas. Ada sesal yang menyusup kedalam hatinya. Namun semua telah berakhir.

Mei begitu tak menyangka akan berakhir sesederhana ini. Mengingat sebelumnya Randi begitu berbeda sejak pertama bertemu. Dia adalah kakak sepupu dari teman sekelasnya. Sekaligus menjadi teman baik tempat Mei bercerita. Entah itu persoalan musik ataupun kisah cinta Mei yang tak pernah baik-baik saja. Hingga tiba suatu hari dia menyatakan perasaannya yang tak pernah ditanggapi Mei dan setelah ke-tiga kali akhirnya Mei pun menerima Randi sebagai kekasih. Namun sayang, lagi-lagi dia harus menerima kenyataan yang sama seperti sebelumnya. Berakhir dengan sederhana.

Dan di kamarnya Mei hanya terbaring memejamkan mata sambil mendengarkan lagu milik mantan kekasihnya itu.

"Sekarang ku putuskan saja

Tuk akhiri semua yang pernah kita bina

Walaupun begitu menyakitkan bagimu

Mungkin suatu saat nanti kau kan mendapatkan

Cinta yang lebih baik dariku

Maafkan diriku, kau yang pernah sayang padaku"

Seketika Mei terlelap dalam tidurnya dengan buaian lagu "Yang Pernah Sayang" dengan air mata yang mengalir mengantarkannya ke alam mimpi.