Bab 19 - Desa Sepaku Part 2

Komandan itu lalu bergegas menuju kearah Arman dan yang lainnya.

"kak lihat sana,!!! kenapa mereka berkumpul," ucap Arman sambil menunjuk kearah pintu gerbang desa.

"entahlah man, mungkin mereka sedang membicarakan kita, secara saat ini kita sedang bersama Harpic," jawab Ridho.

"benar juga sih kak, mungkin mereka takut dengan Harpic,"

"guruuu," panik Harpic yang melihat kerumunan orang didepan pintu gerbang.

"tenang saja kawan, kita akan mengurusnya," jawab Arman yang berusaha menenangkan Harpic.

"eh!!! lihat man, ada penjaga yang sedang menuju kita," ucap ridho yang melihat salah satu penjaga sedang menuju kearah mereka.

"apa yang harus kita lakukan kak,?" tanya Arman.

"tenang saja, serahkan semua padaku,"

"baik kak,"

Tak lama kemudian komandan penjaga gerbang tiba didepan mereka bertiga dan menahan jalan mereka.

"siapa kalian,??? ada keperluan apa kalian ke desa kami,???" tanya komandan gerbang yang sedang bertugas.

"aku Ridho dan ini adikku Arman, kami kesini untuk bertemu dengan paman Rasyid,?" jawab Ridho sambil memperkenalkan dirinya dan Arman.

"oh,!!! jadi kalian ingin bertemu dengan tuan Rasyid,?"

"iya tuan,!!! kami ada keperluan dengannya," ungkap Ridho.

"baiklah sebelumnya mohon maaf, apakah Griffin itu milik kalian,?" tanya penjaga gerbang sambil menunjuk Harpic yang sedang bersama mereka.

"iya tuan, Griffin itu adalah hewan peliharaan dari adikku," jawab Ridho.

"owh seperti itu,!!! tapi mohon maaf sebelumnya, apakah kalian lihat didepan gerbang sana, mereka semua ketakutan akan Griffin yang kalian miliki,

"mereka mengira kalian akan menyerang desa sepaku, apakah itu benar,?" tanya sang komandan sambil menunjuk kearah gerbang desa, dimana banyak orang yang sedang berkumpul melihat Harpic.

"itu sangat tidak mungkin tuan, kami datang kesini berniat menemui paman Rasyid," ungkap Arman.

"syukurlah kalau begitu,!!! baiklah sekarang kalian ikut aku ke pos penjagaan, ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian," ajak komandan.

"baik tuan,"

Mereka lantas mengikuti komandan menuju pos penjagaan yang tidak jauh dari gerbang, tatapan semua orang menuju kearah mereka.

"kenapa kalian belum juga bubar,!!!!! bubar sekarang, kalau tidak aku akan menarik koin kalian,!!!!" bentak komandan terhadap kerumunan para penduduk dan pedagang yang berkumpul didepan gerbang.

Sontak mereka bubar meninggalkan gerbang, karena mereka takut koin mereka ditarik oleh komandan.

"sekarang kalian berdua ikut aku kedalam," pinta komandan.

"baik tuan," kompak Arman dan Ridho.

"kamu tunggu disini yah kawan, jangan takut kepada mereka, karena kita semua adalah kawan bukan musuh, oke," pinta Arman kepada Harpic.

"guruu," angguk Harpic.

Arman dan Ridho lantas masuk kedalam pos penjagaan bersama komandan, setibanya didalam pos, komandan lantas mempersilahkan mereka untuk duduk di kursi yang telah disediakan.

"silahkan duduk,"

"baik tuan," jawab Ridho yang menarik kursi untuk duduk dan diikuti Arman yang ikut menarik kursi dan duduk.

"apakah kalian memiliki kartu pengenal, misal kartu petualang atau kartu pedagang, karena setiap orang mesti didata ketika masuk kedalam desa kami," tanya komandan kepada Arman dan Ridho.

"maaf kami tidak punya," jawab Ridho.

"kalau begitu, kalian akan kami kenakan biaya masuk kedalam desa kami, namun jika kalian memiliki kartu tanda pengenal maka kalian bebas keluar masuk," ungkap komandan.

"baiklah tuan, berapa yang mesti kami bayar untuk masuk kedalam desa," tanya Arman.

"masing-masing 2 koin Silver, dan untuk hewan kalian sebesar 1 koin silver," jawab komandan.

Arman dan Ridho saling melirik, mereka sebenarnya tidak memiliki koin satupun. Karena mereka tidak sempat membawa koin yang mereka miliki sewaktu meninggalkan desa mereka, dan didalam cincin penyimpanan pemberian guru Bahar pun tidak ada satupun koin.

"mohon maaf tuan, kami dari atas pegunungan timur, jadi kami tidak memiliki uang, apakah kami bisa membayarnya dekat barang atau sesuatu yang lain,?" tanya Arman, Arman tidak memberitahu kalau mereka dari desa Semoi, karena mereka tidak ingin diketahui asal usul mereka dari mana.

"kalian dari pegunungan,?"

"iya tuan, selama ini aku dan adikku tinggal bersama guru kami dipuncak gunung, kami jarang turun gunung, jadi kami tidak punya uang sepeserpun," ungkap Ridho.

"oh seperti itu,!!! jadi Griffin yang kamu miliki itu berasal dari sana juga,"

"iya tuan, kami hidup bersama semenjak kecil jadi dia sangat jinak," jawab Arman.

"baiklah kalau gitu, barang apa yang kalian miliki, nanti aku akan menyuruh anak buah ku untuk menjualnya di guild,"

"apakah disini ada guild petualang tuan,?" tanya Ridho semangat.

"kami tidak memiliki guild petualang, desa kami hanya memiliki guild pedagang," jawab komandan.

"oh begitu," gumam Ridho yang kecewa.

"jadi barang apa yang kalian miliki," tanya komandan sekali lagi.

Arman lalu mengeluarkan kulit beruang air yang mereka bunuh didalam hutan terlarang,

"wow,!!!! ini kulit beruang air kan,??? darimana kalian dapatkan, apakah kalian seorang petualang,?" heran sang komandan ketika melihat kulit beruang air yang disimpan Arman diatas mejanya.

"kami sempat ketemu beruang air ini saat menuruni gunung, jadi kami bunuh saja dan memakan dagingnya," jawab Ridho.

"baiklah tunggu sebentar, aku akan meminta kepada anak buah ku untuk membawanya ke guild pedagang," ucap komandan yang mengambil kulit beruang itu untuk diberikan kepada anak buahnya.

Cukup lama Arman dan Ridho menunggu didalam pos penjagaan, namun tak lama kemudian komandan datang dengan membawa tas yang berisi beberapa koin,

"maaf menunggu lama, guild pedagang cukup ramai, namun untuk aku yang pergi jika tidak bisa lebih lama menunggunya, hehehe," canda komandan.

"tidak apa-apa komandan,". jawab Arman.

"baiklah,!! ini hasil penjualan kulit tadi, harganya tidak seberapa, cuman 10 koin emas dan 10 koin silver," ucap komandan seraya melemparkan tas berisikan koin hasil penjualan kulit beruang.

"itu sudah lumayan tuan, kami tidak menahu soal harga dipasaran, he-he-he" tawa ridho.

"ini biaya masuk kami tuan, dan tips buat anda yang telah membantu menjualkan kulit tadi," ucap Ridho yang memberikan 7 koin silver kepada komandan.

"terimakasih banyak, ngomong-ngomong nama aku Mark, jika kalian membutuhkan bantuan cari saja aku di pos penjagaan," ungkap Mark kepada Ridho dan Arman yang sedang memperkenalkan dirinya.

"terimakasih Mark, kami sangat menghargainya," ungkap Ridho.

"oh iya aku hampir lupa, ini kalung untuk hewan kamu, aku sarankan dia mengenakan kalung itu selama didalam desa, karena itu menandakan sebuah kepemilikan," ungkap Mark seraya mengambil sebuah kalung dari saku celananya lalu memberikan kepada Arman.

"terimakasih Mark," ucap Arman seraya menerima kalung pemberian dari Mark.

"kalungnya sangat bagus, ada sebuah permata didalamnya, pasti sangat mahal, ini berapa Mark biar aku ganti uangnya," ungkap Arman setelah melihat kalung itu sangat bagus serta memiliki sebuah batu permata didalamnya.

"kamu tidak usah bayar hmmm----"

"-arman,"

"iya, kamu gak usah bayar man, itu cuman beberapa koin tembaga saja, tidak mahal,!!! terus batu itu cuman batu aura yang bisa menyimpan informasi mengenai pemiliknya,

"kamu bisa memasukkan beberapa informasi kedalamnya, seperti nama hewan kamu serta nama pemiliknya yaitu kamu, dan sebagainya," ungkap Mark yang menjelaskan tentang kegunaan dari kalung pemberiannya.

"terimakasih banyak atas informasinya serta kalungnya Mark, aku akan segera memasukan informasi kedalamnya," ungkap Arman yang langsung memasukkan informasi tentang dirinya dan Harpic kedalam batu aura yang ada ditengah kalungnya.

"baiklah sekarang kalian bisa masuk kedalam desa untuk bertemu dengan tuan Rasyid,"

"hmmmm maaf Mark, bisakah kamu mengantarkan kami ke paman Rasyid, kami tidak tahu dimana rumahnya, hehehe," pinta Ridho.

"baiklah kalau gitu, mari kita berangkat sekarang," ajak Mark kepada Arman dan Ridho.

Mereka bertiga lantas berdiri dan berjalan menuju pintu keluar, Arman kaget ketika berada diluar pos penjagaan. Dia mendapati Harpic sedang bermain dengan anak-anak desa, ada yang baik punggungnya, dan adapula yang memainkan sayapnya.

"kelihatannya kamu senang kawan," sapa Arman kepada Harpic yang sedang bermain dengan anak-anak tersebut.

"guruu, ruuu," angguk Harpic sambil melanjutkan bermain dengan dirinya.

"tenyata kalian benar, dia sangat jinak," ungkap Mark.

"iya nih," jawab Arman.

"hmmmm anu man, hmmmm boleh gak aku naik diatas punggungnya,!!!! aku ingin merasakan naik diatas punggung seekor Griffin," pinta Mark seraya memainkan kedua telunjuknya seperti anak-anak yang sedang meminta sesuatu.

"oh seperti itu, tunggu aku tanya ke Harpic dulu," jawab Arman.