Rena baru saja kembali ke rumah sekitar jam 10 malam. Dia terlihat sumringah sambil membawa beberapa paperbag hasilnya berbelanja hari ini. Langkahnya pasti tanpa dosa memasuki rumah yang tampak sepi. Ketika melewati ruang keluarga, langkah ringannya terhenti karena mendapati sosok Jeff yang tengah duduk sambil menatapnya tajam. Mendapati sosok Jeff yang menatap tak suka, Rena berhenti dan membalas tatapan tajam Jeff tanpa rasa bersalah, apalagi rasa takut.
"Sudah pulang rupanya. Kupikir lembur malam ini. Maaf aku pulang telat karena terlalu asik berbelanja dan menggosip dengan teman," oceh Rena tenang dan melangkah sambil meletakkan barang bawaannya ke meja.
Jeff tak bersuara. Dia hanya menatap nyalang pada penampilan Rena yang begitu mencolok dengan gaun ketat yang memamerkan tiap lekuk tubuh dan dua bukit kembar kesukaannya yang kini bisa dilihat siapa pun, bahkan gratis. Mendapati Jeff yang tak bersuara, Rena menoleh sesaat pada Jeff yang terus menelisik penampilannya dan membuat dia tak nyaman juga.
"Apa kau sudah makan? Jika belum, aku akan meminta Bik Narsih untuk memasakkan sesuatu karena aku tak mungkin memasak untukmu. Aku tak mau tubuhku bau asap dan itu akan merusak kulitku," oceh Rena dengan tingkah yang begitu menyebalkan bagi Jeff kini. Muak melihat tingkah Rena, Jeff menghela nafas dan bangkit dari duduknya, lalu berdiri di hadapan Rena yang menatapnya bingung.
"Ada apa?" tanya Rena bingung dan mendongak melihat Jeff tengah berdiri menjulang di hadapannya.
Tanpa sepatah kata pun, Jeff langsung menarik tangan kiri Rena dan memaksanya ikut. Bingung dengan apa yang dilakukan Jeff, Rena mencoba untuk melepaskan diri, tapi kekuatannya tentu kalah dengan Jeff, dan terseok-seok mengikuti langkah lebarnya.
"Kak, lepaskan. Tanganku sakit!" pinta Rena berteriak pada Jeff yang seolah menulikan pendengarannya dan terus menariknya menuju kamar.
Rena terus meronta sekuat tenaga, hingga akhirnya mengikuti langkah Jeff untuk masuk ke kamar, dan menuju kamar mandi. Bingung kenapa dirinya dibawa ke kamar mandi, Rena sekali lagi memanggil Jeff yang tetap bungkam.
"Kak!" panggil Rena diacuhkan Jeff.
Sesampainya di kamar mandi, Jeff menarik paksa pakaian kurang bahan yang membalut tubuh Rena hingga robek, dan melemparkanya ke sembarang arah. Dalam sekejap, tubuh Rena sudah polos seperti bayi dan tanpa ragu, Jeff menyalakan shower yang membasahi tubuh Rena. Tak sampai di situ, Jeff bahkan memakaikan banyak sabun dan shampoo pada Rena serta menggosoknya kasar. Rena yang kebingungan hanya bisa diam dengan apa yang dilakukan Jeff padanya, hingga tak lama kemudian, Jeff ikut melepaskan seluruh pakaiannya, dan mendorong tubuh Rena hingga membentur dinding. Sebelah paha Rena di angkat dan tanpa basa-basi, Jeff menyatukan miliknya dengan kasar tanpa pemanasan hingga terdengar desahan dari mulut Rena.
"Akh!" desah Rena mendapati milik Jeff telah menyatu dengan miliknya yang belum siap serta terasa sakit.
Tanpa menunggu Rena menyesuaikan, Jeff langsung menggerakkan miliknya dengan kuat. Mulutnya tetap bungkam dan memandang wajah Rena yang meringis di antara desahannya yang justru membuat Jeff semakin bergairah. Beberapa saat bergerak, kaki kiri Rena diangkat juga hingga kedua kakinya melingkar di pinggang Jeff. Tubuh Rena menggantung di dinding dan dihimpit oleh Jeff di mana hentakan keras yang dilakukan Jeff semakin cepat dan dalam. Kedua tangan Rena melingkar di leher Jeff dan terus mendesah karena merasakan miliknya dihujam oleh milik Jeff yang tentu diinginkannya. Ya, Jeff adalah suaminya dan hanya dia laki-laki yang pernah menyentuhnya. Namun, Rena sadar karena Jeff melakukannya bukan dengan cinta, tapi dengan amarah kini. Tanpa Jeff katakan, Rena tahu jika dia sedang marah padanya karena ulahnya hari ini. Setetes air mata keluar dari dua bola mata Rena yang tentu tak dilihat Jeff karena mereka basah oleh air shower yang terus mengguyur tubuh mereka sebagai penambah sensasi percintaan malam ini. Dalam desahan, Rena menangis karena untuk pertama kalinya Jeff menyentuhnya dengan cara yang kasar.
Puas dengan posisi itu, Jeff membalik tubuhnya dan meraih pinggul Rena, lalu menghujamnya kembali dari arah belakang. Hentakan demi hentakan terus dilakukan Jeff hingga pelepasan dicapai dan menabur benihnya serta berharap Rena segera hamil anaknya. Ya, Jeff ingin Rena segera hamil dan berharap kehamilannya akan membuat dia kembali menjadi istrinya yang baik seperti semula.
Setelah puas menyetubuhi Rena, Jeff meninggalkannya tanpa sepatah kata pun. Meninggalkan dia sendiri di kamar mandi. Tubuh Rena luluh ke lantai dengan air shower yang masih menyala. Dia tergugu karena Jeff memperlakukan dia seperti jalang karena meninggalkannya begitu saja setelah mendapatkan kepuasan. Biasanya, Jeff melakukannya dengan lembut dan memeluknya dengan erat, hingga dia tertidur dalam pelukan hangatnya. Namun kali ini tidak, Jeff meninggalkannya begitu saja setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. Rena tahu, Jeff kecewa padanya karena perilakunya kini. Namun apalah daya, hanya itu yang bisa Rena lakukan demi keselamatan orang yang dia cintai.
"Maafkan aku, Kak, hiks ... hiks ...."
Setelah selesai membersihkan dirinya, Rena keluar kamar mandi dengan sebuah handuk putih melilit di tubuhnya yang terdapat banyak jejak Jeff, terutama di bagian dada. Mata Rena menatap sekeliling dan tidak menemukan Jeff. Rena hanya menghela nafas berat dan beranjak menuju lemari untuk mengambil satu set piyama berlengan panjang. Ya, begitulah Rena. Dia suka memakai piyama panjang saat tidur dan bukan lingerie sexy yang memancing gairah suaminya karena Jeff sudah tergoda, meskipun Rena memakai pakaian longgar.
Setelah berpakaian, Rena duduk di tepi ranjang. Menunggu dengan cemas, Jeff tak kunjung kembali ke kamar dan entah pergi ke mana. Lagi, air mata Rena menetes karena rasa bersalahnya. Matanya melihat pergelangan tangan yang nampak merah karena ditarik paksa oleh Jeff tadi seperti kerasukan. Rena tertegun memikirkan tindakan apa yang akan dia lakukan esok hari untuk kembali membuat ulah di depan Jeff.
"Waktuku seminggu lagi, Kak. Aku harus melakukannya dan demi kebaikan Papa," gumam Rena yang tak berdaya kini.
Saat pikirannya mengembara entah ke mana, terlintas keinginan Rena untuk mengakhiri hidupnya saja daripada menyakiti Jeff yang sangat mencintai dan dicintainya. Namun, kalaupun dia mati, semua masalah akan tetap berlanjut dan semakin membahayakan orang yang dicintainya. Rena tak akan membiarkan itu terjadi. Biarlah dia yang terluka asalkan orang yang dicintainya tetap aman. Bukankah cinta tak harus memiliki?
Bersambung
28 Juni 2020/08.40