Typo bertebaran guysss....
Mohon maaf yaaa😁😁😁
💕💕💕💕💕💕💕
Setelah sampai di kantin, Athena memisahkan diri dari kakak dan juga temannya. Ia beralasan untuk pergi ke toilet, namun bukan Satria namanya jika ia percaya.
Perlahan, ia mengikuti Athena dari belakang tanpa suara. Ia melihat gadisnya yang terus menundukkan kepalanya.
"Kamu kenapa sayang? Kenapa aku melihat kesedihan dalam matamu itu." Satria tetap mengikuti Athena.
Ini bukan jalan menuju toilet, ini taman belakang sekolah.
Terlihat kini Athena yang mendudukkan dirinya dengan bersandar pada pohon rindang yang menutupinya dari teriknya matahari.
"Kenapa?"
"Kenapa bisa seperti ini?? Hiks ..."
"Ayah... bunda.. Rye takut hikss..."
Hikss hiks...
Satria mendengarkan segala keluh kesah yang dikeluarkan dari mulut manis gadisnya. Perlahan ia mendekati Athena dengan langkah perlahan.
Athena menyadari saat seseorang kini telah menduduki tempat disebelah kirinya. Athena menengok kan kepalanya ke arah samping, melihat siapa gerangan yang ingin tau masalahnya kali ini.
"Kak Dewa?"
"Kamu kenapa Rye?"
Athena hanya bisa membalasnya dengan gelengan kepala saja. Dewa memberanikan diri menyentuh puncak kepala Athena dengan perlahan. Ia menatap kembali manik mata itu begitu dalam.
Ada sesuatu perasaan yang entah mengapa tak bisa ia ungkapkan. Perasaan yang begitu besar membuat Dewa tak ingin melepas tatapan mata gadis yang kini tepat berada di sebelahnya.
Air mata itu kembali membasahi pipi Athena. Dengan segera Dewa mengusap liquid yang sangat ia benci karena telah membasahi pipi Athena.
"Hug me, Please...." lirih Athena yang entah mengapa ia merasa nyaman akan kedekatannya bersama Dewa.
Dewa membawa Athena dalam pelukan hangatnya.
Greeepppp, Dewa membawa Athena dalam dekapan Hangatnya.
Satria menatap Athena dan juga Dewa dengan pandangan tak suka?
"Hey, apa-apaan ini?? Rye adalah milikku dan selamanya begitu. Kenapa Dewa tiba-tiba muncul di sana?" Kedua tangan Satria mengepal dengan sangat erat hingga memperlihatkan buku-buku jarinya yang memutih. Amarah nya kini masih bisa terkendali, akhirnya ia pun pergi meninggalkan tempat itu.
Seseorang yang menatap itu menyunggingkan senyum sinis nya menatap kejadian tadi.
"Well, akhirnya mangsa telah memakan umpannya."
Dengan segera ia pergi meninggalkan tempatnya dan menghubungi seseorang.
.
.
.
Di kediaman Azfary, yang kini penuh dengan air mata dan juga amarah melingkupinya.
Ily tak mengerti mengapa Tae menjadi seperti ini.
Bbrraaakkkk
Prraannkkk
Tae memukul kaca yang terdapat di hadapannya dengan kepalan tangan. Hatinya yang sedari tadi terus menahan amarah, hingga akhirnya melampiaskan semua amarah itu dengan melukai diri sendiri.
"Aaahhhkk... ada apa Tae? Kenapa? Kenapa kamu jadi seperti ini hah?" Ily menatap khawatir akan tangan Tae yang kini bersimbah darah. Darah itu mengotori lantai dan juga tangannya begitu banyak.
Ily menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan berupaya untuk menghentikan jerit tangis yang sedari tadi ia tahan.
"Taee... ada apa? Kenapa jadi seperti ini Tae? Hiks hiks hiks"
Tae menatap Ily dengan pandangan kosong. Perlahan ia mendekat ke arah dimana istrinya memijakkan kaki dengan perlahan.
Sssrrekkk
Sssrrekkk
Pecahan-pecahan barang di bawah kakinya ia singkirkan tanpa memutus tatapannya pada Ily.
Ily terpaku diam tak bergerak. Dua langkah... tiga langkah... empat langkah. Hingga akhirnya kini Tae berada di hadapan Ily yang tak berhenti mengeluarkan air matanya.
"Jauhi anak itu!" Bagai luka yang kembali disiram oleh air garam, ucapan Tae membuat sakit di hatinya.
"Ta–ta ... ta-tapi..."
"Dia bukan anakku , DIA BUKAN ANAKKU !!!"
Ily mendapatkan bentakan langsung dari Tae langsung menutup kedua telinganya .
Ia takut....
"Tinggalkan anak itu, atau aku yang meninggalkanmu Willy." Tanpa berbicara kembali, Tae berbalik dan meninggalkan Ily yang kini telah berjongkok seraya menangis terisak dan memukul dada nya.
Sesak
Sakit
Kecewa
Tae membuka pintunya dengan perlahan, ia berbalik menatap istrinya dengan pandangan sendu.
"Maafkan aku." Ucap Tae dalam hatinya kemudian menutup pintu itu dengan begitu kerasnya.
〰〰〰〰〰〰
"Mereka mulai bergerak."
"Ya, itulah yang aku tunggu, aku ingin ini cepat berakhir."
"Semoga semua rencana kita berhasil."
"Ya, pasti!"
Kedua orang itu kini kembali menatap monitor yang ada di hadapannya.
.
.
.
.
"Hallo?"
"Target pertama telah masuk perangkap."
"Good job, waktunya kamu turun sayang."
"Siap, akan aku lakukan."
"Bagus, jangan sampai keliru, sebentar lagi kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan."
"Ya, aku akan melakukan yang terbaik untukmu."
"Bagus, anak siapa ini?"
"Momma!"
Panggilan itu berakhir, ia kini membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Hahahaha.... gue udah gak sabar, Satria, tunggu gue. Sebentar lagi lo akan ada dalam pelukan gue."
Hahahahaha.... Tawa itu amat sangat menakutkan bagi siapa saja yang mendengarnya. Tawa yang haus akan dendam.
Athena dan juga Dewa tengah duduk berhadapan. Mereka kini masih berada di taman belakang sekolah tanpa suara.
Kkreesskkk
Kkreesskk
Athena menatap Dewa dengan sebelah alisnya yang terangkat. Bingung
"Lagi apa sih??" Tanya Athena pada Dewa yang masih sibuk membuka keresek hitam yang sedari tadi ia bawa.
Kkrreessskk
Kkressskkk
"Tadaaaaa...."
Mata Athena membulat saat menatap benda yang Dewa keluarkan. Sebuah permen berukuran besar yang berbentuk lingkaran kini berada tepat di depan wajahnya.
"Wahhhhhh... buat Rye??" Tanya Athena dengan antusiasnya.
"Iya, nih... buat kamu, habiskan yaaaa...."
"Pastiiii... makasih kak Dewa." Dengan cepat kecupan itu mendarat pada pipi Dewa membuat sang empunya tertegun kaku.
Rye terkikik geli melihat reaksi Dewa yang menurutnya lebay, kemudian ia hiraukan karena Lollipop dihadapannya kini membuat mood nya naik kembali.
"Waaahhh... enakkk... makasih kak Dewa." Ucapan Athena menyadarkan Dewa dari keterkejutannya.
"Ah.. i-iya.. Sama-sama Rye." senyuman Dewa menular pada Athena yang kini tersenyum kembali.
"Nahh.. gini dong , senyum."
"Hmmm... makasih ya kak, udah mau ngasih Rye pelukan kakak."
"Sama-sama, apa sih yang enggak buat kamu."
"Uhhh gombal deh kak Dewa."
"Hihi..."
〰〰〰〰〰