WebNovelSATRIA84.09%

Jadian?

Satu tangannya terarah kebelakang menarik tangan Yuka dan mengarahkannya untuk memeluk pinggangnya kembali.

"Ayo pacaran"

〰〰〰〰〰

Hal gila!!! Ini paling gila!!!

Satria masih tak mendengar suara dari arah belakang. Akhirnya , iapun menghentikan motornya di depan sebuah cafe .

Setelah turun dari motornya, dengan cepat tangan itu menggenggam erat pergelangan tangan Yuka.

Seorang pelayan pun akhirnya datang menghampiri meja mereka.

"Selamat sore kak, ini buku menu nya, Silahkan." Satria menerimanya kemudian memilih beberapa makanan yang tersedia.

"Saya pesan chesee cake sama hot chocolate."

"Baik kak." Sang pelayanpun menuliskan pesanannya.

"Kamu pesan apa?" Tanya Satria pada Yuka yang membuatnya terkejut.

"Ah.. em, greentea sama rainbow cake ya mbak."

"Baik, saya ulang ya kak. Satu chesee cake dan Rainbow cake , minumnya hot chocolate satu dan greentea satu."

Satria menganggukkan kepala seraya memberi tips pada pelayan itu.

"Terima kasih kak, pesanan akan segera saya antarkan."

Setelah sang pelayan meninggalkan tempat, Satria kini menatap dalam mata Yuka yang kini sama menatap mata biru miliknya.

"Satria..."

"Ya??"

"Kamu..." ucapannya terpotong saat Satria menggenggam sebelah tangannya yang berada di atas meja.

"Aku serius, kamu mau kan jadi pacarku?" Kaku!! Kaku!!! Sangat kaku!!!

Yuka menatap Satria dengan mata yang membola seolah terkejut akan apa yang diucapkan remaja laki-laki dihadapannya saat ini.

Yuka tertunduk, pikiran berkecamuk bersatu dengan tujuan yang sudah lama ia inginkan benak Yuka.

"Inikah saatnya?? ya, ini lebih bagus." Ungkapnya dalam hati.

Yuka mendongakkan kepalanya setelah apa yang tengah ia pikirkan menjadi sebuah rencana yang sangat menguntungkannya.

"Iya, aku mau." Jawab Yuka dengan wajah senangnya, namun ada yang berbeda dari senyum itu. Dan , Satria menyadari itu semua.

.

.

.

Ruangan ini begitu sunyi, kemana semua orang??. Hingga akhirnya , pintu itu dengan perlahan terbuka dan menampakkan lelaki berparas tampan dengan mata birunya.

"Rye, ini aku, kamu gak kangen hm?? Padahal aku kangen banget sama kamu."

"...." tak ada jawaban dari Rye.

"Kenapa kamu harus alami semua ini Rye??"

"Aku gak sanggup lihat kamu dalam keadaan seperti ini."

"Mana Rye yang ceria?? Mana Rye yang selalu tersenyum??"

Tangan itu perlahan terangkat dan mengelus rambut Rye. Senyum getir dibibirnya begitu terlihat.

Laki-laki dingin tak tersentuh namun berbeda jika berada dihadapan gadis yang kini terbaring tak sadarkan diri saat ini.

Pintu ruangan kembali terbuka.

"Siapa lo?" Suara laki-laki yang baru saja pulang dari sekolahnya langsung ke rumah sakit. Dia adalah Sakha.

Laki-laki itu berbalik menatap Sakha dengan mata tajamnya.

"Lo?"

"Gue ..."

"Ehh... Sakha, udah pulang?" Ucap Ily yang kini baru saja kembali dari kantin setelah membeli makanan.

"Bun, dia siapa? Kok bisa masuk ruangan Rye? Atau jangan-jangan, dia mau jahatin Rye?"

"Woy.. keluar lo... ngapain lo masih disini??"

Laki-laki itu mendekat dan melewati Sakha begitu saja, kemudian berhenti dihadapan Ily . Tubuh tingginya membuat Ily harus mendongakkan kepala.

"Salam tante, saya Azzam."

Ily terkejut bukan main.

"Astagaaaaa!!!!!... ayo duduk sayang, maaf ya, tante gak sadar kalo itu kamu, habis yang ini lebih tampan dari foto yang dulu Rye kasih. Maaf ya nak Azzam."

"Bun??" Ucap Sakha dengan pandangan bertanya.

"Sakha...masa kamu lupa sih?? Ini lohhh.. anaknya om Kevan yang dulu tinggal di USA bareng sama Rye."

Sakha mencoba mengingatnya kembali.

"Ohhh... iya bener.. hehe , sorry ya bro.. gue kira lo mau jahatin adek gue."

"Santai aja."

"Nak Azzam sudah makan?"

"Sudah tante, tadi sebelum..."

"Bun..." lirihan suara itu terdengar begitu lemahnya. Dengan segera mereka bertiga mendekat , Sakha dengan cekatan memencet tombol otomatis pasien untuk memanggil dokter.

"Rye... kamu sadar nak, syukurlah..."

"Bun..."

"Sssttt... gapapa, nanti saja ya bicaranya , sekarang kamu tenang dulu."

"Kak... "

"Hai sweetie... kakak seneng kamu udah sadar."

Matanya kemudian menatap kearah manik mata biru milik Azzam.

"Azzam..."

"Hai sayang... aku disini." Azzam mendekat, ia menggenggam tangan Rye seolah memberi kekuatan.

"Makasih.."

Azzam tersenyum , ia harus menahan dirinya untuk tak mencium gadis dihadapannya ini. Jika bertanya seberapa khawatirnya Azzam saat mendengar Rye masuk rumah sakit . Ia bahkan siap melayangkan helikopternya sendiri agar cepat sampai sesuai dengan keinginannya. Namun hal itu dengan cepat di cegah olel Kevan.

.

.

"Diluar dugaan saya, ternyata nona Rye bisa sadar secepat ini." Ucap sang dokter setelah memeriksa Rye.

"Apakah anak saya baik baik saja dok? Tidak akan ada efek apapun kan ?"

"Kami sudah mengambil darah pasien untuk uji lab. Semoga hasilnya menunjukkan hal positif bagi tubuh pasien."

"Saya mohon berikan yang terbaik dokter."

"Baik nyonya, kami pasti melakukan yang terbaik."

"Terima kasih."

Setelah sang dokter pergi , Ily kembali memasuki ruangan. Ternyata disana telah ada Faysa dan juga Kevan,  sedangkan Sakha keluar untuk mencari makanan untuk kedua tamunya.

"Faysa... kak Kevan."

"Ily... syukurlah.. anak kita baik baik saja." Ily mengangguk dalam pelukan Faysa .

"Ya, aku sangat bersyukur Faysa... " kemudian ia beralih pada Kevan.

"Kak Kevan, terima kasih karena telah menyempatkan waktu datang kesini untuk Rye... Ily."

"Rye sudah ku anggap sebagai anakku juga Ily... aku khawatir setelah mendapat kabarnya. Maka dari itu , kami berdua langsung menuju Indonesia."

"Terima kasih Kak."

Pintu ruangan kembali terbuka , membuat semua orang yang kini berada di dalam ruangan Rye menatap ke arah pintu.

"Kamu sudah pu...lang?" Ucap Faysa dengan tanda tanya saat melihat genggaman tangan sang anak dengan gadis di belakangnya.

Faysa, Ily dan juga Kevan saling melirik satu sama lain. Kevan menggeser tubuhnya untuk menutupi sang anak yang kini tengah duduk tertidur disamping Rye yang kini istirahat setelah mendapat pemeriksaan dari dokter.

"Ah.. perkenalkan , ini Yuka , dia pacar Satria."

"Pacar??????" Ucap Faysa dan juga Ily serempak.

"Iya, oh iya, kita mau jenguk Rye."

Faysa mendekat ke arah Satria dengan cepat membawa mereka berdua keluar.

"Ada apa mom? Terus om Kevan kok bisa ada disini?"

"Om kamu kesini karena mommy yang hubungi. Rye baru saja ditangani dokter, dia harus banyak istirahat."

"Hufftt.. jadi kita gak bisa liat Rye??"

"Iya, sayang..."

.

.

〰〰〰〰〰