CHAPTER 1 - ANGER AND REVENGE

CHAPTER 1 - AMARAH DAN PEMBALASAN

Di pagi yang cerah dengan kondisi daun yang basah akibat hujan semalam. Aku menutup pintu rumahku dan melangkah keluar, dengan seragam khusus hari Senin,  Aku berjalan diantara rumah-rumah tetanggaku sambil menggendong sebuah tas sekolah. Langkah demi langkah perjalananku menuju sekolah, karena jarak rumahku dengan sekolah tidak terlalu jauh.

Abror Academy, sebuah sekolah menengah pertama negeri yang terkenal di Bekasi dan juga sebuah sekolah terbaik satu-satunya di distrik Jatisampurna.

Pada umumnya, sekolah menengah pertama mengenakan seragam biru-putih. Tapi di sekolah ini, murid memakai biru-putih namun didouble lagi dengan seragam hitam. Itu lah yang membuat sekolah ini tidak biasa.

Meskipun begitu, kelas di Abror Academy masing-masing menggunakan AC untuk mendinginkan ruangan.

Seperti biasa dalam perjalanan menuju sekolah Aku selalu menyampar temanku Suryadi, Aku bersama dengannya saat datang ke sekolah. Bisa dibilang, kami seperti saudara karena selalu bersama baik saat berangkat sekolah, di sekolah, maupun pulang sekolah. Mungkin seperti itu pandangan teman-teman di kelas tentang kami.

Sampai di depan rumahnya, Aku memanggilnya.

"Suryadi..." Aku memanggilnya.

"Iya..."

Dia datang...

Pintu terbuka, terlihat seorang dengan pakaian sama sepertiku, dengan dasi biru elegannya Dia melangkah keluar.

Ya, Dia lah Suryadi, temanku.

Sesaat setelah Dia keluar, Aku memberinya sebuah salam hangat seorang teman, Dia meresponku. Kami saling berjabat tangan.

Dia melangkah keluar dengan sepatunya, menutup pintu rumahnya lalu menguncinya.

"Ayo berangkat..." Kataku pada Suryadi.

"Ayo..."

Kami berjalan bersebelahan, tanpa ada yang mendahului. Dengan kata lain beriringan, berjalan beriringan menuju sekolah.

Di tengah jalan Kami membicarakan sesuatu seperti pada umumnya, membicarakan topik biasa seperti game online yang Kami mainkan kemarin.

Itu selalu saja menjadi topik utama Kami, topik yang lainnya seperti menanyakan PR, Pertandingan bola di TV, dan lain-lain.

Beberapa saat kemudian, Kami sampai dekat sekolahan. Masih berjalan berdampingan hingga benar-benar sampai ke kelas Kami.

Setelah sampai, Kami menjadi satu-satunya disini, kelas masih sepi, dan juga Kami selalu datang lebih awal dari yang lain.

Aku dan Suryadi hanyalah murid biasa, murid yang bisa ditemui dimana saja. Kami berdua duduk paling belakang di barisan ke-3 dari pintu keluar, dan juga barisan ke-2 dari meja guru.

Kelas Kami berada di tingkat ke-2, jika Kau naik tangga, di kelas paling pertama yang Kau lihat setelah mencapai lantai kedua, itu adalah kelas 9-D, dan setelahnya adalah kelasku, 9-C.

Sekolah ini menilai berdasarkan kemampuan akademis para murid, di samping itu, sekolah ini juga menilai kondisi psikologis dan psikis para murid juga. Seperti; kecerdasan, kemampuan membuat keputusan, kemampuan fisik, dan sikap kooperatif.

Suasana kelas masih sepi dan masih banyak waktu hingga bel pelajaran berbunyi.

"Sur ada PR gak?" Tanyaku pada Suryadi.

"Keknya gaada Ren"

"Oh, Gua kira ada PR, soalnya sekarang hari Senin, jadi Gua gak inget ada PR apa enggak."

"Gua juga agak lupa, kalo gak salah sih gak ada PR, soalnya di hari Sabtu gak pernah ada guru, guru aja jarang apalagi ngasih PR"

"Iya juga ya, pinter juga Lu Sur hahaha...."

"Ya Gw kan emang selalu pinter hahaha...."

Suasana seperti biasa, Kami memang selalu bercanda satu sama lain.

Selagi Kami saling bercanda, kelas semakin lama semakin terisi oleh beberapa murid.

Kami bukanlah kedua murid yang terisolasi, jadi Kami masih memiliki beberapa teman lain di kelas.

"Woi Sur, ke depan kuy? Gua mau nyari sarapan."

"Kuy lah" Balas Suryadi.

Karena tertawa tadi membuatku lapar, Aku juga belum sempat sarapan. Aku jarang sekali sarapan dari rumah, Aku lebih memilih sarapan di sekolah.

Kami sampai di depan, tepatnya di tempat yang banyak jajanannya, Makanan kesukaanku adalah Somay. Tapi di jam seperti sekarang Dia belum datang.

Biasanya saat sarapan Aku dan Suryadi selalu membeli Donat yang ditaburin Gula halus.

Tidak lama saat Aku masih melakukan transaksi dengan penjual datanglah temanku satunya. Dia adalah Ghifar.

Dia selalu datang agak siang, Dia selalu menyapa Kami bila datang.

"Woi bro..." Sapanya.

"Yo..." Responku bersama Suryadi.

"Ngomong-ngomong nih bro....bakal ada anak baru di kelas Kita bro..." Ghifar melanjutkan kalimatnya.

"Anak baru..!!?" Suryadi terdengar terkejut.

"Yang bener lu...?" Lanjut Suryadi.

"Lah serius cuy"

"Cewek apa cowok?" Tanya Suryadi.

"Cowok bro...."

"Yaelah, Gua kira cewek..." Suryadi merubah ekspresinya menjadi kecewa.

"Ah Lu mah emang cewek doang difikirin" Balas Ghifar.

Aku tertawa setelah mendengar perkataan Ghifar...

"Hahahaha....Suryadi mah jangan ditanya...." Kataku pada Ghifar.

Kami tertawa bersama dan akhirnya pergi dari tempat itu menuju kelas kembali.

Lonceng pagi untuk hari Senin di sekolahku akhirnya berbunyi, setelah kembali dari sana, suasana kelas sudah ramai. Ya mungkin ada beberapa siswa yang belum masuk atau tidak masuk sama sekali.

Ah anak baru itu? Aku tidak melihatnya, apa mungkin Ghifar berbohong? Dia pasti berbohong, bagaimana Dia tau ada seorang anak baru jika Dia tidak masuk, ya kurasa Dia memang berbohong.

Kami lekas duduk di bangku masing-masing, bersama Suryadi Aku duduk di tempatku semula. Ghifar berada di samping kiriku.

Dan di depanku hingga urutan paling depan diduduki oleh para gadis.

Segera setelah itu, pak Ubay yaitu walikelas Kami masuk membawa sebuah kertas yang digulungkan hingga berbentuk tabung.

Dan hari ini bertepatan dengan jam pelajarannya. Sepertinya kertas itu adalah kertas sebuah test harian, Dia lalu membagikan kertasnya ke bangku bagian depan yang bergiliran dibagikan ke belakang oleh masing-masing siswa.

Hingga akhirnya kertas itu sampai pada mejaku.

"Kita akan test hari ini! Bagi yang tidak mengerjakan tidak akan dapat nilai dan akan mendapat hukuman dari Saya!"

Seperti itulah peringatan yang Dia berikan pada siswa kelasku seperti biasanya.

Aku melihat soal-soal di kertas. Eh apa? Materi baru? Kita tidak belajar seperti ini minggu kemarin...

"Pak, ini gimana cara ngerjainnya? Saya gak ngerti!"

Salah seorang murid bertanya tentang ini, syukurlah. Aku berterima kasih padanya dalam kepalaku.

"Iya silahkan duduk, untuk kali ini Kita akan belajar materi baru. Bapak akan menjelaskan terlebih dahulu tentang materi yang akan Kita pelajari."

"Pak, ini soal biasa apa ulangan harian?"

Salah seorang murid bertanya lagi. Yah, Aku sempat memikirkan hal itu. Untung Kau bertanya...

"Kamu gak dengar omogan saya? Saya tadi bilang apa? Kita akan test! Tapi, ini adalah materi baru, jadi duduk dulu dan dengarkan penjelasannya...!"

Wah, Dia marah tuh, untung Kau yang bertanya ya bukan Aku hehe..

Seorang murid yang bertanya itu seketika diam membeku, wajahnya beruba menjadi lesu, kepalanya tertunduk.

"Maaf pak."

"Duduk, Bapak akan jelaskan lagi!"

"Baik pak"

"Kali ini Kita akan test, ingat! Ini adalah materi baru, dan Bapak akan menjelaskannya sekali. Jadi dengar baik-baik, nilai dari test ini akan Bapak letakan di raport. Jadi nilai raport akan berpengaruh dengan nilai test ini! Bisa dilihat di kertas, ada 20 soal. Masing-masing nomor memiliki 5 poin untuk total 100 poin dalam test ini, jadi Bapak akan mulai menjelaskan tentang materinya!."

Pak Ubay menjelaskan materinya, Aku terkejut setelah beberapa saat mendengarkan penjelasan materi ini. Ya, ini cukup mudah bagiku.

Sesekali Aku melirik ke arah Suryadi, Dia tampak begitu serius mendengarkannya. Ya, Dia tidak terlalu pintar dariku, setiap hasil dari nilai Kami selalu berbeda, Aku selalu saja mendapat nilai lebih tinggi dari Suryadi. Bukan berarti nilaiku tertinggi di kelas.

Setelah beberapa saat akhirnya penjelasan singkat Pak Ubay selesai, dan Aku cukup paham mengenai materi yang Dia berikan.

"Baiklah! Test dimulai, Bapak akan kasih waktu 90 menit untuk mengerjakan, ini akan selesai pada jam 8:30. Pastikan untuk selesai tepat waktu, jika tidak selesai pada jam tersebut, maka akan Bapak ambil paksa dan menganggap itu sudah selesai. Mengerti!"

"Mengerti!"

Seluruh murid mengatakan itu yang menandakan Mereka sudah mulai mengerjakan soalnya.

Bagaimanapun juga, saat Aku melihat soal test ini, Aku bisa selesai kapan saja. Kenapa Pak Ubay mengukur kemampuan Kita dengan test ini?

Sesekali Aku menoleh ke murid yang paling ujung sebelah kananku, Dia duduk di posisi kedua dari depan. Namanya adalah Siska, Dia dikenal sebagai murid terpintar di kelas C.

Dia menulis jawabannya begitu cepat, Kurasa Dia akan mendapat nilai sempurna.

Pak Ubay memeriksa satu persatu murid dengan berjalan mengelilingi Kelas, Aku dengan sengaja melambatkan saat-saat pengisianku. Agar tidak terlihat seperti asal-asalan dalam mengerjakan.

Pak Ubay akan marah besar jika mendapati murid yang asal-asalan, Dia seorang Guru yang seperti itu.

Aku terus seperti ini hingga testnya selesai.

Semuanya sudah selesai lalu berlanjut ke pelajaran ke-2.

***

Setelah kelas berakhir, ini saatnya untuk jam istirahat. Jam istirahat disini dimulai dari jam 9:30. Sampai dengan 10:00. Yahh hanya setengah jam untuk waktu istirahat.

Aku melirik ke arah Suryadi yang sedang merapikan bukunya kembali ke dalam tasnya. Menunggunya selesai, Aku membalikkan badanku ke arah Ghifar yang sedang bersiap-siap untuk pergi keluar.

Karena Aku masih penasaran tentang anak baru yang Dia katakan tadi, Ku pikir Aku perlu bertanya.

"Woi Far, kata Lu bakal ada anak baru? Mana gak ada?" Tanyaku.

"Oh itu, Dia lagi di warung, katanya lagi banyak masalah jadi Dia gak masuk kelas dulu." Balas Ghifar padaku.

"Serius? Kalo gitu mendingan izin aja ke Guru..." Kataku padanya.

"Mana Gua tau..." Ghifar membalasku sambil mengangkat kedua bahunya.

Di belakangku, Suryadi bergegas berdiri setelah merapikan bukunya.

"Ayo lah jajan, laper Gua." Seru Suryadi.

"Ayo...."

Ghifar menerima ajakan Suryadi dan bergegas berdiri.

Kami bertiga pergi meninggalkan kelas yang sudah sepi itu, lalu di tempat yang ramai jajanan itu Kami membeli makanan seperti biasa yang Kami lakukan masing-masing.

Aku membeli Somay yang ramai itu. Yaah ini memang kesalahanku, biasanya setelah bel istirahat Aku selalu bergegas pergi lebih dulu untuk membeli Somay. Karena Somay selalu ramai.

Setelah mendapatkan apa yang Aku inginkan, Aku segera membeli es. Es favoritku adalah rasa Anggur, bersama denganku Suryadi juga sedang membeli es favoritnya yaitu rasa Moca.

Sama seperti pedagang Somay, saat membeli es pun penuh sesak, dicampur dengan anak-anak MI dan juga SMA yang juga membeli es disini. Berbagai macam seragam murid-murid disini. Ada yang memakai Merah-Putih, Mereka SD. Dan anak SMA yang identik dengan baju Putih Abu-abu, lalu ditambah dengan anak-anak SMP dengan Putih-putih di hari Senin, tak sedikit pula ada yang memakai Biru-Putih disertai memakai berbagai Suiter. Ada yang Abu-abu, Putih dan juga Hitam.

Kami selesai membeli es dan melihat Ghifar yang sedang menunggu dengan Stik Kentang di tangannya. Kami kembali ke dalam kelas dengan makanan favorit di tangan Kami masing-masing.

Lalu kembali duduk di meja masing-masing, setelah duduk Suryadi memakan bubur dan meletakkan es nya di atas meja. Aku menikmati Somay dengan bumbu khasnya yang lezat, lalu berganti dengan meminum es Anggur favoritku.

Kami masing-masing sibuk dengan makanan Kami. Setelah beberapa waktu, kelas semakin ramai dengan murid yang kembali ke kelas silih berganti.

Sambil menunggu bel masuk, Aku masih penasaran dengan eksistensi si anak baru tersebut dan menanyakannya kepada Ghifar yang baru selesai menghabiskan Stik Kentang bertabur baladonya itu.

"Far beneran ada anak baru?"

"Ya ampun masih nanya anak baru...Ya bener lah, orang Gua yang nganter Dia..."

"Haaahhh!!!?"

Suryadi menyambar pembicaraan Kami dan terkejut mendengar kata-kata Ghifar.

"Kok bisa Lu yang nganter? Dia temen Lu?"

Dengan nada bertanya dan juga cepat, ekspresi terkejutnya terlihat jelas saat Dia mengangkat alisnya sambil berbicara.

"Bukan temen Gua, Gua aja baru kenalan waktu itu."

"Kok bisa bareng Lu?"

Aku bergantian bertanya setelah Ghifar menjelaskan. Lalu Ghifar menjawab.

"Pas itu Dia lagi pusing, katanya si abis berantem. Pas Gua baru liat Dia, Dia lagi senderan di tembok, terus Gua tanya....'Woi, Lu gak papa?' Terus kata Dia...'Gak kenapa-napa, cuma sedikit pusing doang'."

"Terus...?"

Aku bertanya kembali.

"Terus Gua tanya lagi kan...'Kok Lu bisa pusing begini di tengah jalan?' Terus Dia jawab...'Gua abis berantem tadi, pas Gua tiba-tiba pusing Dia ngambil kesempatan terus nendang Gua sampe ke tembok'."

Aku mendengar ceritanya dengan serius dan juga Suryadi yang sedang makan sambil mendengarnya juga, lalu Ghifar melanjutkan ceritanya.

"....'Kok Lu bisa berantem gitu?' Terus Dia jawab...'Dia temen lama Gua'..."

"Dia berantem sama temen lamanya?"

"Kata Dia sih gitu..."

Suryadi lalu berdiri mengambil bekas makanannya lalu hendak pergi membuang sampahnya, melihatnya Aku pun menitipkan sampahku padanya dan juga Ghifar melakukan hal yang sama denganku. Lalu Suryadi kembali duduk.

"Terus gimana lagi?"

"Ya terus Dia minta tolong anterin ke sekolah barunya, pas Gua tanya katanya nama sekolahnya Darul Abror. Pas banget dong, yaudah kan Gua ajak bareng aja sekalian Gua kasih tau bahwa Gua juga di sekolah yang sama..."

"Oh makannya itu Lu bisa tau bakal ada anak baru ya....

Aku memberikan jawaban berupa kesimpulan atas ceritanya.

"Iya..."

Lalu bel berbunyi menandakan pelajaran ke-3 akan dimulai.

***

"Sur, kuy balik..."

"Iya bentar Gua masukin buku dulu..."

"Lama Lu..."

"Sabar woi!"

Aku menunggunya, ini sering terjadi. Dia memang selalu lama, tapi ini masih mending. Untungnya hari ini bukanlah jadwal Kami untuk piket kelas.

Untuk sesaat, Aku tiba-tiba merasakan perasaan yang tidak enak, Aku tidak tau apa alasannya. Tapi Aku harap tidak terjadi sesuatu yang buruk nanti.

Ghifar selesai membereskan bukunya, lalu memakai kembali sebuah almameter yang Dia dan murid lain buat, Dia segera pergi.

"Ren...Sur...Gua duluan...."

"Yoo...."

Secara bersamaan Aku dan Suryadi membalas sebuah interaksi dari Ghifar.

Ghifar meninggalkan kelas, hanya tersisa Kami berdua. Ah akhirnya Suryadi selesai memakai sepatunya dan Kami segera pergi.

Berjalan beriringan lagi lalu meninggalkan gerbang sekolah, berjalan menuju arah pulang. Cahaya sore berwarna kuning menerpa jalan yang mengiringi perjalananku.

Di pertigaan jalan, Kami masuk melewatinya. Aku dan Suryadi sudah terbiasa lewat sini ketika pulang sekolah. Sekali lagi, entah mengapa Aku merasakan perasaan yang kurang enak. Aku merasakan hal yang buruk tentang ini.

Kami berdua terus berjalan, hingga terlihat dari kejauhan sekelompok berjumlah 3 orang sedang nongkrong, Mereka tidak memakai seragam sekolah. Mereka semuanya merokok, Aku khawatir tentang ini. Meski begitu, Kami tetap melanjutkan perjalanannya.

"Woy woy woy ada bocah tuh..."

Salah satu dari Mereka melihat Kami dan kemudian memberi tau yang lainnya.

"Iya tuh, gimana nih? Palakin gak?"

"Seterah lu...."

Mereka bertiga berbisik-bisik...

"Ayo dah Kita palakin aja, Gua lagi gak ada duit nih, mayan buat beli rokok..."

"Ayo Kita palakin...."

Mereka bertiga yang sebelumnya sedang jongkok tiba-tiba berdiri, Mereka tersenyum, senyum Mereka memperlihatkan niat yang buruk. Mereka berjalan ke arah Kami.

Lalu mendorong bahuku dan Suryadi dengan tangan Mereka.

"Woi bagi duit bagi duit!!"

Mereka memalak Kami dengan nada kasar dan mata melotot.

"Gak ada duit bang!!"

Suryadi membalas Mereka dengan jawabannya.

"Ahh bohong lu!!"

Aku tau sebenarnya Dia masih memiliki uang, tapi Suryadi bukanlah tipe yang mudah dimanfaatkan...

Sama sepertinya keadaanku juga sedang Mereka palak, salah satu dari Mereka memalakku dengan mata melotot dan gigi menggeram.

"Woi!! Bagi duit gak!!"

Dengan nada yang memaksa dan mengancam.

"Gak ada duit bang.."

Aku mengatakannya dengan mengekspresikan muka sedih, tapi usahaku sia-sia.

Suryadi yang sedikit pasrah tapi tetap pada pendiriannya yang tidak ingin menyerahkan uangnya mentah-mentah membalas paksaan Mereka dengan katanya.

"Beneran bang!"

"Jangan bo'ong Lu....ini apa ini di kantong Lu..!"

"Gua lagi gak ada duit bang!"

Tapi usahanya juga sia-sia, Mereka tidak percaya dengan kata-katanya.

Ah sial, seharusnya Aku sedikit peka terhadap keadaan dan suasana hatiku tadi. Maaf Suryadi, kalau saja Aku mengutarkan ketidak-enakan perasaanku tadi pasti Kita tidak akan lewat sini....

Mereka terus mendesak Kami untuk menyerahkan uang Kami, salah satu dari Mereka terlihat kesal lalu melangkah maju. Sasarannya adalah Suryadi, Aku tidak sempat menghadangnya karena salah satu dari Mereka juga menghadangku, lalu Dia mendorongnya hingga terjatuh. Keadaan semakin diperburuk saat posisi kepala Suryadi terbentur jalan bebatuan hingga pingsan.

"Woi woi woi pingsan woi..."

"Terus gimana nih?"

"Cabut aja cabut cabut cabut...."

Mereka saling bergumam.

"Suryadi...!!"

Lalu Mereka akhirnya lari meninggalkan Kami setelah melihat Suryadi pingsan.

"Kabur lagi...!"

Aku mengatakan itu dengan nada pelan.

Lalu memeriksa Suryadi dan mencoba membangunkannya.

"Sur...Sur...bangun Sur..."

Akhirnya Dia bangun, Aku merasa lega.

"Lu gak papa kan Sur? "

"Gak papa, cuma pusing doang dikit..."

"Bener kan Lu gak papa?"

"Iya tenang..Gua baik-baik aja..."

"Ayo pergi, takutnya Mereka balik lagi..."

"Ayo..."

Kami bergegas pergi meninggalkan tempat sepi ini, berjalan sedikit cepat. Aku memperhatikan Suryadi, jujur saja, Aku sedikit khawatir dengannya. Setelah pingsan dan apalagi kepalanya habis terbentur. Tapi Dia hanya bilang sedikit pusing saja, Aku sedikit lega karena tidak terjadi apa-apa yang lebih buruk lagi.

TO BE CONTINUED