Sebuah ruangan luas yang terbagi menjadi dua dengan tirai merah polos berada di tengah ruangan. Anna membuka pintu dengan keras. Dengan sergap tangan kanan yang masih mengenakan sarung tangan putih menutup hidung dan mulutnya. Pakaian kotor, abu rokok, cairan bahan kimia, dan aroma tidak sedap yang tidak bisa diidentifikasi bersatu dalam ruangan tersebut.
Pandangan Anna mengedar ke seluruh ruangan. Sofa besar berwarna merah membelakangi jendela dan berada di sisi lain pintu masuk. Sebelah kanan ruangan, dekat pintu masuk terdapat rak buku yang memenuhi dinding. Sebelah kiri, terdapat tirai merah besar yang menutup setengah ruangan. Anna masuk ke dalam ruangan. Di tengahnya terdapat meja dan dua sofa masing-masing untuk satu orang. Kursi kayu berada di dekat tangga yang berada di depan rak buku.
Anna membalikkan badan, berjalan keluar ruangan, dan memegang pelipisnya dengan tangan kiri. Han yang berdiri di depannya segera melangkah masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu.
"Aku perlu udara segar sebentar." Gumam Anna pada dirinya sendiri dan menjauh dari ruangan tersebut.
Han memakai masker dan sarung tangan setelah memasuki ruangan tersebut. Dengan santai dia mengumpulkan pakaian kotor dan memasukkan ke dalam keranjang setelah memeriksa kantongnya. Dia mulai mengumpulkan beberapa barang dan memasukkannya ke dalam sebuah kotak kayu. Penuh kehati-hatian Han membersihkan gelas kimia, tabung percobaan, dan alat-alat kimia lainnya yang berada di atas laci bersebelahan dengan pintu masuk.
"Ini masih pagi. Kenapa berisik sekali?" protes seseorang seraya membuka tirai dengan kasar. Han terhenti memandangi orang tersebut sekilas dan kembali ke kegiatannya.
"Tuan Koby Harris, Nona muda datang pagi-pagi untuk membantu membersihkan kamar anda." Ujar Han seraya melanjutkan kegiatannya.
Koby dengan wajah kantuk hanya mengangguk-anggukkan kepalanya hingga dirinya terjatuh ke lantai. Di saat yang bersamaan, Anna masuk dengan masker, penutup kepala dari kain putih, dan sarung tangan masuk ke dalam.
���Han, kita bersihkan tempat ini dalam waktu kurang dari satu jam. Setelah itu, kita sarapan bersama dengan induk semang. Apa kau sudah menemukan mayat hidupnya?" Tanya Anna.
"Nona muda, saya sudah membersihkan setengah ruangan kecuali ruangan di balik tirai dan mayat hidup yang anda maksud." Jawab Han dengan senyum senang di balik senang.
Anna dengan wajah terkesima memandangi separuh ruangan yang telah bersih. Anna melepaskan sarung tangan kanannya. Jari telunjuknya dia gunakan untuk memeriksa debu pada salah laci di dekat pintu. Han membersihkannya hingga benar-benar bersih.
"Han memang bisa diandalkan. Baiklah. Aku akan kerjakan sisanya. Kau bersihkan mayat hidup itu." perintah Anna. Han menganggukkan kepala dan pergi menggandeng lengan Koby yang telanjang dada. Anna menghembuskan napasnya setelah Han menutup pintu.
Anna mendorong tirai hingga ke pojok. Sebuah tempat tidur berukuran besar dengan seprai, bantal, guling, dan selimut yang bertebaran. Anna membuka jendela, melepaskan bantal dan guling dari sarungnya, dan mulai membersihkan.
Membersihkan kamar Koby seperti acara tahunan bagi Anna. Koby tidak mempermasalahkan hal tersebut karena berkas penting selalu Anna letakkan kembali atau pun dipindahkan ke tempat yang biasa Koby tempatkan. Apabila itu orang lain seperti induk semang, Koby akan marah besar. Anna melakukannya karena Koby jarang membersihkan kamarnya dan mereka berdua sudah bersahabat sejak kecil.
Koby masuk ke ruangannya dengan tubuh setengah telanjang. Anna dengan tenang menyiapkan pakaian bersih untuknya. "Setelah berpakaian kita sarapan. Induk semang sudah menyiapkan sarapan untuk kita." Ucap Anna.
Koby hanya menganggukkan kepalanya setelah menerima pakaiannya. "Nona Holmes, apa anda tidak tertarik dengan tubuh saya?" Tanya Koby dengan nada menggoda. Anna hanya melihat tubuh yang kurus, sedikit otot di lengan Koby, dan perut rata.
"Tubuh Han lebih baik dibandingkan dengan anda." Ejek Anna dengan tatapan merendahkan. Han yang berada di belakang Koby hanya menutup mulutnya untuk menahan tawanya agar tidak keluar. Koby hanya menatap kesal Han. "Cepatlah! Setelah sarapan, ada yang ingin saya katakan." Perintah Anna.
…
Setelah sarapan, Anna duduk di sofa besar seraya menyesap secangkir teh dan Koby duduk di sebelahnya membaca sebuah buku besar di pangkuannya. Han hanya berdiam diri di depan rak buku dengan wajah serius.
Perhatian tiga orang tersebut pecah setelah mendengar suara ketukan pintu. Tatapan penasaran bercambur kebingungan mereka secara serempak menoleh ke sumber suara. Pintu perlahan terbuka. Seorang gadis bertubuh ramping berambut hitam mengenakan gaun hitam memperlihatkan suasana hatinya yang gelap. Wajah penuh kesedihan terpancar darinya. Kulitnya yang putih semakin memucat dan matanya bengkak.
Anna yang mengenalnya segera berdiri dan menyambutnya dengan senyuman. "Selamat datang, Nona Marie Baker. Anggap saja rumah sendiri." Sapanya. Han segera menghampiri tamunya mempersilakan dan segera menutup pintu.
Marie Baker hanya menundukkan kepalanya setelah melepas topi bundarnya. "Nona Baker, anda tidak perlu khawatir. Saya di sini hanya sebagai pembantu Nona Holmes. Benar. Perkenalkan, saya Koby Harris, pemilik ruangan ini. Saya di sewa oleh Nona Holmes dan kepolisian untuk membantu memecahkan kasus kematian ayah anda." Ucap Koby memperkenalkan dirinya. Anna hanya menghela napas panjang melihat kelakuan Koby yang hanya tersenyum tanpa beranjak dari posisinya.
"Anda sungguh tidak sopan, Tuan Harris. Maaf atas sifatnya yang sedikit keterlaluan. Silakan duduk, Nona Baker. Anda bisa mengatakan semua keluh kesah anda pada kami berdua dan saya menjamin Tuan Koby Harris bisa merahasiakannya seperti para klien sebelum-sebelumnya." Ujar Anna menenangkan Marie Baker.
Marie Baker duduk di salah satu sofa menghadap jendela. Anna dan Koby duduk di hadapannya tampak seperti dua bayangan dengan wujud solid. "Anda berdua terlihat akrab. Kenapa kalian menggunakan bahasa yang sopan saat berbicara satu sama lain?" Tanya Marie Baker dengan wajah penasaran.
Koby dan Anna hanya tertawa kecil. "Kami melakukannya demi kebaikan bersama. Ceritakan tujuan anda datang kemari, Nona Baker. Saya akan menyela jika ada sesuatu yang menjanggal di benak saya." Pinta Koby dengan lembut.
Marie Baker memandanginya seraya tersenyum tipis meski tatapannya penuh kesedihan yang mendalam. "Pertama, saya akan menceritakan hubungan kami sekeluarga. Seperti yang anda semua ketahui. Ayah dan Ibu memiliki dua anak yaitu saya dan adik laki-laki saya, Brandon. Saya dan Brandon hanya terpaut lima tahun. Meski kami adalah saudara kandung tanpa alasan yang jelas hubungan kami merenggang. Saya sendiri tidak akrab dengan Ibu karena beliau menjauhi saya. Saya sendiri tahu kalau Ibu sangat menginginkan anak laki-laki dibandingkan perempuan namun, saya mulai membenci beliau sejak berumur delapan tahun karena tanpa sengaja saya menemukan surat perselingkuhan Ibu saya sendiri dengan Paman Alex, saudara muda Ayah.
Ayah saya sendiri mengetahuinya sebelum saya mengatakannya dan hubungan orang tua saya dan Paman Alex renggang. Semenjak itu, saya sering membantu Ayah saya dan belajar bisnis di usia yang masih belia. Selain itu, saya menjadi membenci Ibu saya sendiri.
Saya belajar bisnis sejak usia delapan tahun dan terkadang mengikuti Ayah saya dalam pertemuan bisnis. Ibu saya sering melarang saya namun, Ayah saya sendiri tidak melarang dan senang jika saya belajar hal tersebut.
Semenjak anda menginjakkan kaki di dunia bisnis, Ayah saya semakin bersemangat untuk mengembangkan bisnis dan itu membuat semangat saya juga bangkit. Tentu saja, ibu saya masih tidak menyetujui hal tersebut hingga Bandon lahir dan tumbuh dewasa.
Beberapa bulan yang lalu, setelah perusahaan Ayah yang saya bantu bangun dari nol akhirnya mengalami perkembangan yang mulus dan pendapatan dari perusahaan tetap stabil dan mengalami kenaikan setiap harinya. Bukan bermaksud untuk berprasangka butuk. Brandon bergabung dan bekerja sebagai penanggung jawab tanpa memiliki pengalaman apapun, perlahan segala sesuatu berubah.
Bahan utama, bahan samping, dan pembungkus setiap bulannya terus mengalami pengurangan. Selain itu, beberapa investor mengajukan banyak keluhan hingga pendapatan kami mengalami penuruan. Saya dan beberapa pekerja kepercayaan saya mulai menyelidikinya saat bulan ketiga penurunan terjadi. Awalnya saya berpikir mungkin salah perhitungan dan saya memakhlumi karena dia masih tahap belajar dan hal tersebut masih awal dia terjun ke dunia bisnis.
Sayangnya, kebaikan saya selama beberapa bulan dibalas dengan keburukan oleh saudara muda saya. Dia dengan licik mengambing hitamkan saya dengan Ayah. Sedangkan Ibu juga terus menyalahkan saya karena meminta Brandon melakukan perhitungan yang salah. Saya hanya terdiam tidak membalas cacian mereka maupun menjelaskan semuanya pada Ayah. Pekerja kepercayaan saya menemukan beberapa catatan yang telah dimanipulasi dan beberapa surat keterkaitan pihak lain yang ikut campur dalam permainan kotor Brandon.
Satu minggu yang lalu, saya mulai mengungkapkan penemuan saya di hadapan semua anggota keluarga. Ayah, Ibu, Brandon, dan Paman Alex saat menikmati teh sore hari di rumah. Brandon, Ibu, dan Paman Alex berencana menggulingkan saya agar seluruh kekayaan Ayah jatuh di tangan Brandon.
Saya tidak peduli dengan kekayaan Ayah saya sendiri karena saya sendiri sudah menanam beberapa saham di perusahaan lain dan memiliki usaha sampingan yang tengah berkembang dan kurang dalam beberapa bulan lagi saya sudah bisa meninggalkan rumah dengan kekayaan saya sendiri.
Selama satu minggu tidak ada kabar dari Paman Alex. Brandon berhenti bekerja di perusahaan Ayah dan Orang tua saya tetap bertingkah normal seperti biasa. Saya sendiri pergi meninggalkan rumah karena saya sendiri tidak tahan berlama-lama setelah kejadian tersebut." Jelas Marie.
"Tunggu! Kapan tepatnya hubungan Ayah dan Paman anda membaik?" Sela Koby dengan wajah penasaran.
"Beberapa hari sebelum Brandon bergabung di perusahaan Ayah saya. Paman Alex yang menyarankannya untuk bekerja di sana." Jawab Marie dengan tenang.
Anna yang terdiam memegang dagu memandangi Marie dengan wajah kebingungan. "Bagaimana mereka bisa berbaikan setelah kejadian perselingkuhan Nyonya Baker dengan Paman anda? Bagaimana Ayah anda dengan mudah menerima saudara laki-laki anda bekerja di perusahaannya?" Tanya Anna.
Marie dengan wajah lesu hanya menggelangkan kepala. "Saya tidak tahu. Saya hanya dengan tangan terbuka menerima keputusan beliau." Jawabnya. Anna dan Koby menganggukkan kepalanya.
"Bisakah anda menceritakan keseharian di rumah selain bekerja?" Tanya Han. Anna, Koby, dan Marie memandanginya dengan wajah terkejut. Han membalas tatapan mereka dengan wajah tersenyum.
Koby dan Anna sedikit terbatuk dan mengisyaratkan Marie untuk melanjutkan ceritanya. Tentu menjawab pertanyaan Han juga.
"Baiklah. Saya sendiri hanya berada di rumah saat sore hingga pagi. Sebelum makan malam dan setelah sarapan. Begitu pula dengan Ayah saya. Ibu lebih sering berada di rumah. Kebiasaannya pergi ke perkumpulan perempuan yang berada di sekitar rumah, membaca di perpustakaan, merawat kebun belakang, dan membantu pelayan untuk membuat makanan." Jawab Marie setelah menghela napas. "Sarapan pagi, makan siang, dan makan malam Ibu yang menyiapkannya. Brandon lebih suka membuat cerita di perpustakaan rumah dan saya sudah membaca semua karyanya yang telah dibukukan."
"Saat Ayah bercerita bahwa anda datang ke panti asuhan beliau untuk urusan pekerjaan, beliau sangat senang dan dengan riang menceritakan hal tersebut. Bahkan, beliau meminta saya untuk belajar pada anda. Saya juga tahu kalau anda membeli dua puluh lima persen saham kami. Saya sangat berterima kasih berkat anda, kebutuhan untuk produksi tercukupi meski kami harus menjual saham lebih banyak pada anda. Terima kasih, Nona Holmes." Marie memandangi Anna dengan lembut dan mengucapkan terima kasih dari lubuk hatinya yang terdalam. Anna yang menompang dagu, tubuh sedikit mencondong ke arah Marie, perlahan duduk dengan tegak dengan wajah sedikit terkejut.
"Bisnis apapun akan mengorbankan segala hal jika masih tahap perkembangan." Ungkap Anna seraya tersenyum lembut.
Marie menganggukkan kepalanya. "Saya tidak tahu apakah cerita saya bisa anda jadikan petunjuk atau tidak. Akan tetapi, saya yakin kalau Ibu saya sendiri yang melakukan pembunuhan." Tegas Marie dengan penuh keyakinan.
Punggung Koby bertompang pada sofa tanpa mengalihkan pandangannya pada Marie. "Kenapa anda begitu yakin dengan kesimpulan tersebut?" Tanyanya. "Saya mengerti anda sangat membenci ibu anda karena perselingkuhannya dan tidak perhatiannya beliau pada anda, tapi anda maupun saya tidak bisa menuduhnya sembarangan dan tidak ada bukti mengenai hal tersebut." Imbuhnya dengan tatapan curiga.
Marie menundukkan kepalanya dengan wajah lesu. "Benar. Tidak ada bukti yang menunjuk kalau Ibu saya melakukan pembunuhan. Saya yakin kalau beliau dan Paman Alex merencanakannya untuk mendapatkan harta Ayah saya." geram Marie seraya mengepalkan kedua tangannya.
"Apa anda punya bukti?" Tanya Anna dengan tatapan menyelidik. "Alat pembunuhannya belum di temukan. Ada kemungkinan saingan bisnis Tuan Baker maupun anda. Atau orang-orang yang ingin menyalahkan saya. Banyak dugaan yang tidak mendasar dan banyak orang memiliki motif pembunuhan ini." Tambah Anna dengan tenang.