Duapuluh tiga

Anna keluar dari mobilnya dan memandangi trotoar yang tidak banyak orang untuk berlalu lalang. Rumah di sepanjang jalan memiliki bentuk yang hampir sama. Bagunan lantai dua, taman kecil di bawah jendela terdekat dengan pintu masuk bangunan, pintu kayu berwarna cokelat tua, dan lonceng di bagian atasnya. Hanya satu pembeda yang berbeda dari yang lain adalah nomor rumah yang berwarna keemasan membentuk angka.

Anna mengetuk pintu dengan keras pada salah satu pintu yang tidak ada lonceng di depannya dan terdapat angka "27A" sebagai nomor rumah. Dia menunggu beberapa detik dan tidak ada yang membuka pintu. Sekali lagi, Anna mengetuk pintu.

Seorang perempuan paruh baya, rambut hitam yang sebagian telah berubah menjadi uban membentuk sanggul bulat, tubuhnya ramping mengenakan gaun berwarna hijau tua, pipinya tirus, mata tajam, dan hidung seperti paruh elang bengkok.

"Oh ... Nona Holmes. Silakan masuk." Ujar perempuan tersebut dengan wajah cerah mempersilakan Anna dan Han masuk ke dalam kediamannya yang damai.

"Nona Holmes, bisakah anda meminta Tuan Koby Harris untuk turun dan makan sarapannya? Dia selalu sarapan pagi. Ini pertama kalinya dia tidak turun untuk sarapan pagi." Tambahnya dengan wajah khawatir setelah menutup pintu rumahnya dan memandangi Anna.

Anna menghela napas dan tercegat di dalam. Koby Harris, walau dalam keadaan mengantuk, dia tidak pernah melewatkan jam makan. Dia akan tertidur lagi setelah sarapan pagi. Sangat aneh melihat kelakuannya yang tiba-tiba tidak makan untuk orang yang selalu ingat waktu makannya dengan baik.

Anna tersenyum lembut. "Baiklah, Nyonya Poole. Tuan Harris hanya terlalu lelah karena pesta semalam, anda tidak perlu khawatir." Ucapnya menenangkan induk semang Koby Harris.

Nyonya Poole memandangi Anna. Wajah khawatirnya sedikit berkurang. "Benarkah? Anda benar, Nona Holmes. Mungkin dia pulang lebih dari tengah malam karena saya tidak mendengarnya masuk. Setidaknya, tolong bangunkan dia untuk makan siang." Pintanya tanpa menghilangkan rasa khawatir di wajahnya.

Anna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Tentu, Nyonya Poole." Ujar Anna. "Saya permisi ke kamarnya." Pamit Anna. Nyonya Poole berterima kasih dan segera menuju ke kedalaman rumahnya setelah melihat Anna dan Han perlahan menaiki tangga menuju lantai dua.

Nyonya Poole adalah induk semang Koby Harris. Koby meninggalkan rumahnya saat berusia lima belas tahun dan hanya mengandalkan otaknya untuk mencari uang. Nyonya Poole sedikit merasa terkejut dengan anak yang seharusnya masih berada di sekolah memilih untuk tinggal sendiri.

Kejutannya tidak hanya sampai di sana. Anna adalah orang yang mengetahui keberadaan Koby Harris dan menariknya untuk pulang. Akan tetapi, Anna membiarkan sahabat laki-lakinya tinggal setelah Koby Harris memohon padanya. Anna akan membiarkan Koby tinggal dengan syarat orang tuanya mengetahui keberadaannya. Koby menyetujuinya.

Koby Harris pernah beberapa kali mencoba pindah. Anna selalu menemukannya dan membawa paksa dia kembali ke kediaman Nyonya Poole. Koby menyerah karena lebih baik kembali ke rumah tersebut dari pada rumahnya.

Anna membuka pintu Koby yang tidak pernah terkunci. Koby sengaja menghilangkan kuncinya dan tidak pernah meminta lagi pada Nyonya Poole. Anna memiliki salah satu kunci ruangannya dan tersimpan dengan baik di kantong gaunnya.

Anna memandangi ruangan tersebut. Ruangan Koby masih bersih seperti sebelumnya. Anna menghampiri tirai merah yang berada di tengah ruangan. Dia membukanya dan memandangi tempat tidur yang kosong.

"Tuan Harris? Jika anda tidak keluar, saya akan membakar rumah ini." Ancam Anna dengan santai duduk di pinggir ranjang yang kosong. Mata Anna memandangi ruangan Koby dengan tatapan menyelidik. Tidak ada tanggapan.

Anna mengembuskan napas panjang. "Han, tolong ambil mayat hidup itu di hadapanku. Terima kasih." Perintahnya dengan santai. Han menundukkan tubuhnya sekilas dan segera bergerak.

Anna memandangi Han yang berjalan ke sisi seberang ranjang. Dia menundukkan tubuhnya dan mengangkat Koby Harris seperti anak kucing.

Rambut hitam berantakan, pakaian piyama merah gelap dengan kancing tidak beraturan, celana piyama berwarna ungu tidak senada sengan bagian atas, wajah pucat, tatapan mata kosong, dan tubuh yang menggigil.

"Anna!" Panggil Koby dengan wajah ketakutan. Han mendudukkan Koby di atas ranjang. Koby segera memeluk Anna. Anna hanya terdiam. Dia dua kali mengedipkan mata dan tersenyum lembut. Anna membalas pelukannya dan Han hanya menatap asam pada dua sejoli tersebut.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Anna dengan tenang seraya mengelus punggung Koby. "Apa kau bertemu dengan mereka?" Tanyanya lagi.

Koby tidak biasanya akan bersembunyi seperti seekor tikus. Dia akan selalu menjadi singa yang menguasai daratan para hewan dan menjadi serigala dalam berbagai situasi. Hari ini, singa dan serigala dalam diri Koby telah berlari ketakutan.

Anna merasakan ketakutan yang amat dalam dari Koby. Tangannya yang memegang bagian belakang gaun Anna terus bergetar dan suara gemeletuk dari bibir sahabatnya.

"Tuan Jordan Harris menemuiku saat pesta Tuan Smith. Dia memintaku untuk pulang dan menemui kakakku, Robby Harris." Koby melepaskan pelukannya dan menatap lekat ke mata Anna. "Aku tidak mau pulang, Anna. Apa yang harus aku lakukan?" Tanyanya dengan wajah ketakutan dan penuh teror.

Anna hanya tersenyum dan menatap Koby dengan lembut. "Tenang. Anda harus tenang. Jika anda tidak ingin pulang, tidak perlu pulang. Selama anda berada di sini, semua akan dalam keadaan baik." Ucap Anna mencoba menenangkan Koby.

"Apa maksudmu? Itu justru lebih buruk. Mereka akan membawaku secara paksa. Aku tidak mau pulang, Anna. Tolong sembunyikan aku! Aku tidak mau menemui mereka lagi." Mohon Koby seraya mengguncangkan tubuh Anna.

Tatapan Anna masih tenang dan lembut. Anna ingat betul penyebab Koby meninggalkan kehidupan nyamannya. Wajah memohon, penuh ketakutan, dan pucat terlihat jelas di wajah Koby. Wajah tampan dan tatapan mata tajam seolah menghilang dalam sekejap.

Anna tahu, Koby adalah salah satu orang yang akan menghadapi masalah besar tanpa peduli besar kecilnya resiko. Kini, meringkuk ketakutan seperti seekor tikus yang menghadapi seekor kucing besar yang siap menerkamnya.

Koby memiliki masalah keluarga yang cukup membuatnya trauma berat hingga melarikan diri dari mereka. Anna sudah meminta keluarganya untuk membiarkan Koby sendirian, tapi mereka telah melanggarnya. Anna tidak akan membiarkan hal ini terjadi selama Koby di bawah perlindungannya.

"Kapan mereka datang?" Tanya Anna.

Tangan Koby masih bergetar memegang gaun Anna. "Sebentar lagi. Oh ... mereka datang. Mereka datang." Jawabnya dengan ketakutan dan mencoba bersembunyi ke tempat persempunyian yang telah ditemukan oleh Han.

Anna memandangi Koby dengan wajah terkejut. Suara langkah kaki yang samar terdengar di telinga Anna. Anna memandangi Han yang masih berdiri di sisi seberang ranjang, menggerakkan kepalanya untuk menyingkir, dan mempersilakan tamu tidak diundang tersebut memasuki ruangan Koby.

Han menganggukkan kepalanya dan segera keluar dari tirai merah tersebut. Anna menghela napas dalam-dalam dan menatap persembunyian Koby dengan tatapan iba. Anna segera berdiri, keluar, dan mengembalikan tirai ke posisi semula.