Keadaan di dalam kamar sangatlah kacau. Dayang terdekat Dewi Cha In yang bernama Fu'er sedang menyemangati Tuannya yang berusaha untuk melahirkan anak pertama dari klan Xi Fang.
"Tahan ... Dewi, tahan sakitnya sebentar!"
"Tarik napas perlahan ... dorong!"
Hiruk-pikuk teriakan Dewi Cha In, ucapan-ucapan semangat dari Fu'er dan beberapa dayang, serta arahan-arahan dari tabib agar persalinan lancar berbaur menjadi satu. Semuanya sedang berusaha sekarang.
"Istirahat. Sekarang, tarik napas sedalam-dalamnya ... dan ... dorong sekuat tenaga!"
Dewi Cha In meraung kesakitan. Dia berusaha keras untuk melahirkan bayi di dalam rahimnya. Keringat dingin mulai bercucuran dan kesadarannya perlahan-lahan mulai hilang, namun Dewi Cha In tetap berusaha.
"Sedikit lagi! Kepalanya sudah muncul! Ayo!"
"Semangat Dewi."
Fu'er mengelap keringat Dewi Cha In menggunakan sebuah kain putih. Salah satu tangannya digenggam erat oleh Dewi Cha In.
"Dewi pasti bisa!"
Satu dorongan terakhir berhasil membuat bayi di dalam kandungannya keluar. Dewi Cha In mendesah lega di sela-sela napasnya yang tersengal. Dia tersenyum lega, tapi merasa aneh karena tidak mendengar suara tangisan sang bayi.
"Selamat Dewi Cha In telah melahirkan seorang putra!" seru tabib sambil menundukkan kepala. Kedua tangannya masih memegang bayi laki-laki, anak dari Dewa Tinggi Sun dan Dewi Cha In.
"Selamat Dewi telah melahirkan seorang putra!"
Fu'er dan dayang-dayang yang ikut berpartisipasi dalam proses kelahiran putra klan Xi Fang bersujud untuk memberikan selamat kepada Dewi Cha In.
"Cepat! Panggil Dewa Tinggi Sun ke dalam!" seru tabib.
Fu'er langsung bangkit dan berlari. Dia membuka pintu kamar dan langsung bersujud di hadapan Dewa Tinggi Sun. "Selamat Dewa Tinggi Sun telah memiliki seorang putra!"
Tak bisa dibayangkan betapa bahagianya Dewa Tinggi Sun ketika mendengar tentang kelahiran putranya.
"Selamat Dewa Tinggi Sun telah memiliki seorang putra!"
Semua orang memberikan selamat kepada Dewa Tinggi Sun.
"Terima kasih! Terima kasih semua!" seru Dewa Tinggi Sun. Dia segera berlari masuk ke dalam setelah mengucapkan terima kasih.
"Dimana anakku? Dimana putraku?" tanya Dewa Tinggi Sun saat memasuki kamar persalinan. Dia terlihat bingung karena tidak mendengar suara tangisan maupun tawa dari putranya.
"Ini putra Anda, Dewa Tinggi," kata tabib sambil memindahkan bayi dari tangannya ke dalam dekapan Dewa Tinggi Sun.
Dewa Tinggi Sun terhenyak ketika melihat bola mata putranya. Bulat membara, bagai terbuat dari ... matahari, berubah-ubah dari merah, jingga, keemasan, hingga putih, dan berputar-putar seolah seperti matahari asli. Putranya sedang menatap dirinya dengan wajah tanpa ekspresi, sesekali mengedipkan matanya tidak mengerti mengapa tatapan sang ayah terpaku padanya.
Kemudian Dewa Tinggi Sun sadar. Dia pun meletakkan putranya di sisi ibunya. "Lihat! Anak kita sangat tampan!" seru Dewa Tinggi Sun kepada Dewi Cha In.
"Benarkah? Saya lelah, ingin beristirahat sejenak," kata Dewi Cha In dengan suara tercekat di tenggorokan.
"Istirahatlah istriku, engkau pastinya sudah lelah bersusah payah melahirkan anak kita." Dewa Tinggi Sun mengecup kening Dewi Cha In mesra.
"BESOK, SAYA AKAN UNDANG SELURUH ORANG UNTUK MERAYAKAN KELAHIRAN PUTRA KLAN XI FANG!" seru Dewa Tinggi Sun.
"Semoga klan Xi Fang selalu diberkati!"
"Dewa Tinggi! Dewa Tinggi!" teriak seorang pengawal dengan histeris sambil berlari masuk ke dalam kamar persalinan. Wajahnya sangat pucat. Dia langsung bersujud di hadapan Dewa Tinggi Sun.
"Lancang!" Dewa Tinggi Sun mengacungkan pedangnya ke arah pengawal yang berlari masuk ke dalam kamar persalinan tersebut.
"Maafkan saya! Saya pantas mati! Tapi, Dewa Tinggi harus melihat keadaan di depan! Di sana ... di depan sana ... mohon Dewa Tinggi berhati besar dan mengampuni nyawa saya. Di depan sana ada ratusan senjata suci dari Istana Langit!" seru sang pengawal dengan wajah pucat dan panik. Dia tidak terlihat main-main dengan perkataannya sekarang.
"Apa? Ratusan senjata suci dari langit?" Seketika wajah Dewa Tinggi Sun juga ikut memucat. Dia, yang masih menggendong anaknya, keluar dari kamar persalinan untuk melihat apa yang sedang terjadi di luar sana.