'Klik!'
Danny mengunci pintu setelah keduanya memasuki rumah. Tina yang berada di sebelah Danny mengangkat tangannya dan mulai meregangkan tubuhnya.
"Akhirnya kita sampai di rumah juga ... Danny, apa yang ingin kamu makan untuk malam ini?"
"Hmm ... Mungkin tumis jamur cocok untuk malam ini," jawabnya sambil meletakan kunci digantungan.
"Lagi?" ekspresi tidak percaya muncul di wajah Tina. "Kenapa kamu begitu suka dengan masakan yang ditumis?"
"Apa masalahnya?"
Tina menghela nafas. "Tidak ada yang salah, tapi kamu perlu mencoba masakan selain yang ditumis."
"Begitukah?" Danny tersenyum. "Lalu, aku akan memakan apapun yang kamu masak."
"Serahkan padaku!" kata Tina dengan semangat.
Keduanya meletakan mantel yang dikenakan sebelum berjalan menuju dapur.
Danny membantu Tina memasak dan menyiapkan makan malam.
Makan malam mereka tidak terlalu mewah, itu hanya berisi nasi dengan daging sapi yang dibuat menjadi sop daging. Keduanya menikmati makanan sembari bercakap ringan tentang urusan sehari-hari.
Selesai menikmati makan malam, Danny membantu Tina mencuci peralatan makan sebelum pergi ke kamar mandi. Dia melepas pakaiannya saat memasuki bathtub dan bersandar di dinding sembari menutup matanya.
"Hahh ... Hari yang tenang sepertia biasanya," gumamnya.
'Klik!'
Setelah beberapa saat, pintu terbuka dan Tina berjalan menuju bathtub. Ia melepas handuk yang menutupi setengah tubuhnya sebelum memasuki bathtub. Bathtubnya cukup lebar untuk menampung tubuh rampingnya yang memiliki kulit halus, dan tersandar di depan dada Danny. Setelah beberapa saat hening, Tina berbalik, dia menatap wajah Danny yang sedang terlelap. Ekspresinya tiba-tiba berubah sebelum menggigit pundak Danny.
Danny terbangun dari tidurnya akibat rasa sakit yang datang dari area pundaknya. Kedua matanya menatap Tina yang berada di depannya.
"Tina, apa yang kamu lakukan?"
"Hump... Kamu mengabaikanku padahal aku sedang duduk di depanmu?" katanya dengan nada kesal.
Tangan kanannya bergerak membelai rambur Tina. Di berkata dengan nada meminta maaf, "Ah, maaf, aku terlalu terlelap untuk bisa merasakan kehadiranmu."
"Apakah begitu?"
"Itu benar," sebuah pertanyaan melintas di dalam kepalanya. "Oh ya, ngomong-ngomong, kenapa kamu masuk kamar mandi sekarang? Bukankah tadi kamu bilang akan mandi setelah aku selesai?"
Tina melepaskan gigitannya dan mulia menyandarkan tubuh bagian depannya ke dada Danny. Jari-jarinya yang ramping bermain disekitar area dada Danny.
"Apakah ada masalah jika aku ingin mandi dengan suamiku?"
"Yah, itu tidak menjadi masalah."
"Lalu, biarkan aku menemanimu!" Tina berkata dengan nada menggoda.
Danny tiba-tiba berdiri. Tanpa menunggu Tina berbicara, dia menggendongnya menuju kamar tidur. Tina tidak menolak ketika digendong, namun, ada sedikit rona merah muda di kedua pipinya akibat malu.
Setelah beberapa saat, suara desahan panjang datang dari dalam kamar tidur.
•••
Salju putih turun dari langit diikuti dengan angin kencang yang bertiup.
Di sebuah dataran tinggi di kutub utara, terdapat banyak orang aneh berkumpul mengenakan jubah hitam dengan kepala tertutup tudung.
Di tengah orang-orang yang mengenakan mantel itu, terdapat sebuah pintu gerbang raksasa setinggi 1000 meter dan lebar 400 meter.
Gerbang itu memiliki warna hitam dengan aura menyeramkan mengelilinginya. Di kedua sisi gerbang, terdapat rune berwarna hitam yang terjalin satu sama lain membentuk pola aneh. Sedangkan untuk pintu gerbang, itu terbuat dari besi merah dengan ukiran wajah aneh mengisinya.
Tepat di belakang gerbang tersebut, terdapat banyak tenda dengan satu tenda besar sebagai pusatnya.
Di dalamnya terdapat dua sosok, satu pria dan satu wanita.
Sosok wanita itu mengenakan jubah merah panjang yang menutupi seluruh tubuhnya, dan dia duduk disebuah kursi khusus. Mata merahnya yang ada di balik topeng menatap ke arah pria berjubah hitam yang sedang berlutut di depannya.
"Albert, apakah Kak Tina dan Kak Danny mengatakan sesuatu?"
"Ya," Albert mengangguk. "Nyonya Tina berkata jika panen bisa dimulai sebulan dari sekarang!"
"Sebulan, ya ... Bukankah itu terlalu lama?" ia sedikit bingung. "Apa hanya itu yang dikatan mereka?"
"Tidak!" tangan kanan Albert beregerak mengambil sesuatu dari penyimpanannya "Nyonya Tina menyerahkan patung ini kepada Anda," sambungnya.
Wanita itu melihat patung yang diserahkan oleh Albert dengan serius sebelum kemudian melambaikan tangannya menyuruh Albert keluar.
"Sungguh, ini terlalu berat bagiku untuk melakukan panen sendirian."
•••
'Bipp... Bipp... Bipp... Bipp....'
Danny terbangun ketika sebuah alaram terdengar di dalam kepalanya.
Dia melihat Tina masih tertidur pulas di atas tubuhnya. Alih-alih membangunkannya, tangan kanannya bergerak ke punggung Tina, dan mulai menelusuri setiap bagian dari punggungnya.
Pandangan matanya mulai kabur.
'Planet ini tidak memiliki energi sihir sebanyak di planetku. Tapi, kelemahan itu ditutupi dengan perkembangan teknologi yang bisa dibilang sangat maju ... Terutama Bio Chip ini!'
Tangan kirinya menyentuh bagian tengah alisnya.
'Zero, mulai analisis tubuh!'
'Bipp... Perintah dikonfirmasi.'
'Bipp... Memulai pemindaian.'
'Bipp... Menampilkan data.'
Sebuah layar notifikasi kecil mengambang di depan pengelihatannya.
Nama: Green (Danny Mulder)
Golongan Darah: B (???)
Tekanan Darah: 97/61 mmHg
Umur: 34 (???)
Vitalitas: Sehat
Ras: Manusia (???)
'Bipp... Analisis selesai.'
'Apa maksud dari tanda tanya di layar notifikasi itu? Terakhir kali aku melakukan analisis, itu hanya menampilkan data dasar dari tubuh yang sedang aku pakai.'
Danny sedikit bingung ketika melihat data dari hasil analisis tubuhnya.
'Apakah mungkin jika chip ini memiliki kemampuan dalam menganalisis jiwa?' sebuah tebakan liar tiba-tiba muncul di dalam kepalanya
Dia tersadar dari renungannya dan menatap Tina. "Tina, apa boleh aku melihat hasil anlisis tubuhmu?"
Tina yang masih memejamkan matanya hanya mengangguk sebagai jawaban.
'Bipp... Transfer data dari pengguna lain terdeteksi!'
'Bipp... Apakah user ingin menerima transfer data?'
'Ya!'
'Bipp... Perintah dikonfirmasi.'
'Bipp... Memulai transfer.'
'Bipp... Transfer selesai.'
'Bipp... Menampilkan data.'
Nama: Kelly (Tina Auer)
Golongan Darah: B (???)
Tekanan Darah: 90/60 mmHg
Umur: 32 (???)
Vitalitas: Sehat
Ras: Manusia (???)
'Kurasa tebakanku benar. Analisis dari tubuh Tina juga menunjukan sesuatu yang salah.'
Dia merenung sebentar sebelum tatapannya kembali kepada Tina. "Aku teringat sesuatu. Tina, bagaimana kamu bisa membuka penyimpananmu pribadimu?"
Tina membuka sedikit matanya. "Hmm? Apa kamu lupa tentang garis darah keturunanku?"
"Ah, aku ingat sekarang. Tapi, bukankah sekarang kamu tidak memakai tubuh aslimu?"
"Itu tidak diperlukan. Jiwaku bisa mengakses Dreamworld kapan saja," jawabnya santai.
"Jadi begitu ...."
"..."
"Kamu bisa turun dari atas tubuhku sekarang!"
"..."
Kedua tangan Danny terangkat dan mulai mencubit pipi Tina yang lembut.
"Ahhh ... Baiklah, baiklah, aku akan turun. Jadi berhenti mencubit pipiku!"
Tina turun dari tubuh Danny. Dia duduk di tepi ranjang sembari memegangi kedua pipinya yang sebelumnya dicubit.
"Kamu jahat!" cetusnya.
"Hah," Danny menghela nafas. "Kita akan terlambat membuka toko jika kamu terus-terusan tidur diatas tubuhku. Mari kita bersiap terlebih dahulu sebelum berangkat."
Keduanya mandi dan pergi sarapan bersama sebelum berangkat menuju toko mereka.