Chapter 7

Sinar matahari jatuh menyinari bumi. Di sebuah hutan yang berada di atas suatu pulau, Danny dan Tina berjalan keluar dari dalam gua.

Seekor burung yang semula berkicau di atas dahan pohon tiba-tiba saja terbang dan hinggap di pundak Tina. Burung itu akhirnya mulai berkicau dengan semangat lagi.

George, Alisa, dan Daniel menunggu dengan tenang di depan mulut gua. Ketiganya segera jatuh berlutut dengan satu kaki setelah melihat pencipta mereka datang mendekat.

Tatapan Danny tertuju ke arah Daniel yang ada di depannya.

"Daniel, apakah aku berkata untuk membunuh mereka semua?" tanya Danny dengan nada acuh tak acuh.

Mendengar pertanyaan Danny yang tiba-tiba, Daniel terdiam untuk beberapa sesaat.

"... Tidak, Tuan." jawabnya dengan hormat.

"Lalu, jadikan ini sebagai pembelajaran bagi kalian semua." Tatapanya beralih ke arah George. "George, apa kamu sudah menemukan lokasi yang tepat untuk membangun tempat tinggla?"

George mengangguk. "Ya! Saya sudah menemukan lokasi yang cocok."

"Pimpin jalan!" ucap Danny dengan tenang.

Berdiri, George memberi hormat kepada Danny dan Tina sebelum terbang ke arah utara. Danny dan Tina perlahan terbang mengikuti George disusul oleh Daniel dan Alisa di belakang. Mereka berlima bergerak ke arah utara, bergerak menuju lokasi yang dimaksud George.

Mereka berlima bergerak dengan cepat, itu tidak memakan waktu lebih dari 3 menit sebelum akhirnya tiba di tepi sebuah sungai. Sungai berukuran raksasa ini memiliki lebar sekitar 3 km, dan di tengahnya terdapat sebuah pulau mengambang. Terlihat, sebuah mansion tua yang tidak terawat masih berdiri dengan tegak di atas pulau tersebut. Gulma yang menutupi dinding hingga sampai bagian atap menunjukan jika sudah tidak ada mahluk hidup yang tinggal di dalamnya.

"Ketika saya masuk ke dalam mansion tersebut untuk memeriksanya, saya menemukan sesuatu yang aneh," ucap George yang berada di belakang Danny.

"Oh, sesuatu yang aneh? Apa itu?" tanyanya dengan penasaran.

"Ya. Ketika saya masuk ke dalamnya, saya menemukan beberapa mayat hidup yang tidak biasa, itu tidak bisa dihilangkan dengan tenaga mentah, itu hanya bisa dihilangkan dengan Celestial Energy. Saya sudah mencoba untuk menghancurkannya menggunakan Inner Qi dan Prime Energy, namun hasilnya mahluk itu akan segera bangkit dalam beberapa jam kemudian."

"Oh, hanya bisa dihalangkan dengan Celestial Energy? Menarik, menarik." Danny mengangguk mengerti. Ia tak berharap akan menemukan mahluk kuat dari planet ini dalam waktu dekat.

Tina yang semula hanya diam tiba-tiba menarik lengan baju Dann, dan mulai berkata kepadanya, "Danny, aku mungkin bisa merubahnya menjadi salah satu bonekaku!"

Danny menoleh ke samping. "Hmm? Kenapa kamu ingin menjadikannya sebagai bonekamu?"

Tina tersenyum manis.

"Hehe. Aku juga ingin punya salah satu boneka yang berasal dari dimensi ini," ucapnya dengan nada misterius.

Danny tidak terlalu mengambil pusing atas alasan Tina, dan segera mengangguk setuju atas permintaannya. Yah, lagi pula tidak ada salahnya bagi seorang manipulator untuk menambah koleksi pribadinya

Tatapnya beralih ke arah George. "George, pimpin jalan ke dalam!"

Mereka berlima melayang ke udara, bergerak menuju pulau yang berada di tengah-tengah sungai.

Dari dekat, dapat dilihat sebuah pintu pagar yang terbuat dari besi yang sudah berkarat termakan usia. Terdapat juga sebuah bangunan yang terlihat sebagi pos jaga di samping pagar. Temboknya memiliki tinggi sekitar 3 meter, terbuat dari antara batu yang disusun secara presisi dengan batu lainnya. Terdapat tumbuhan liar yang menempel ke atas menutupi sebagian dari tembok.

Mereka berlima berjalan mendekat menuju pintu masuk mansion. Pintu ini juga memiliki penampilan rusak dan dipenuhi dengan gulma yang menjalar, sama seperti pagar yang berada yang di depan.

George melangkah ke depan dan mendorong pintu mansion. Segera, sebuah hembusan angin dingin datang dari dalam mengenai tubuh bagian depan George. Wajahnya menunjukan ekspresi acuh tak acuh seolah tak terpengaruh oleh angin yang datang berhembus sebelumnya.

George mengangkat kakinya dan berjalan menuju ke dalam disusul oleh Danny, Tina, Alisa, dan Daniel.

'Bang!'

Segera setelah mereka berlima masuk ke dalam mansion, pintu yang semula mereka lewati tiba-tiba tertutup dengan keras, menyisakan sinar matahari yang menerobos masuk melewati sela-sela atap yang terbuka karena rusak. Beberapa saat kemudian sebuah suara yang dipenuhi dengan aura kebencian dan amarah datang dari segala arah menghilangkan kesunyian di dalam mansion.

"Itu kau lagi! Berani-beraninya kau datang kemari lagi setelah membunuh salah satu kerabatku!"

Segera, sebuah energi hitam dengan bentuk tidak terartur terbang menuju Danny dan lainnya.

Alisa yang berada di belakang melangkah maju. Mengulurkan tangan kanannya ke arah depan, segera, sebuah perisai tembus pandang yang berbentuk setengah lingkaran muncul, dan menahan aura hitam yang datang.

'Bang!'

Gelombang kejut yang datang dari benturan keduanya menyebabkan debu terbang ke segala arah.

"Heh, mahluk ini bisa menggunakan atribut gelap?" Tina berseru dengan minat.

Serangan itu tidak berhenti, sebuah nyala api datang dari samping mencoba menyerang Tina yang sebelumnya berbicara.

Alisa yang berada di depan berpindah dengan cepat ke samping. Mengulurkan tangan kanannya kedepan, sebuah perisai tembus pandang muncul sekali lagi.

'Bang!'

Nyala api yang menabrak perisai miliki Alisa menyebabakan sebuah ledakan keras disertai puing-puing bangunan yang terbang ke segala arah. Alisa merentangkan kedua tangannya ke samping kanan-kiri guna membentuk sebuah bola transparan untuk melindungi yang lainnya dari akibat efek ledakan.

Minat Tina meningkat. Dia mulai melihat ke arah sumber api yang sebelumnya datang menyerangnya. Terlihat, sesosok wanita yang memiliki rambut panjang menutupi setengah wajahnya berdiri dengan diam di ujung ruangan. Energi gelap dan nyala api terlihat berkumpul di kedua tangan sosok itu.

Tatapan keduanya saling bertemu satu sama lain.

Setelah beberapa saat, wanita misterius tersebut mulai merasakan pikirannya bergetar dengan hebat ketika saling melakukan kontak mata. Ia merasakan banyak kabut putih yang menutupi pengelihatannya. Pandangannya mulai berubah, itu sudah tidak berada di dalam mansion lagi, itu berada di tempat yang semuanya berisi awan putih.

Sebuah wajah raksasa yang memiliki penamlilan samar-samar muncul di atas awan putih.

"Kau memiliki penampilan seorang wanita yang tak jauh berbeda dengan wanita yang berasal dari dimensiku. Namun, bawahanku berkata jika kau memiliki kemampuan untuk bangkit kembali setelah kematian. Aku penasaran, apakah itu benar?" suara seorang wanita bergema ke sekeliling. Suara ini datang dari wajah raksasa yang berda di atas.

Wanita itu tersentak terkejut ketika sebuah suara tiba-tiba terdengar di dalam kepalanya. Dengan cepat nyala api dan sebuah energi gelap muncul di kedua tangan wanita tersebut. Tatapnya tertuju ke arah atas, ke arah wajah raksasa samar yang sedang menatapnya dengan tatapan acuh tak acuh.

Mengabaikan kondisinya sekarang, ia mulai menganyunkan tanganya yang berisi energi dari dua elemen yang berbeda menuju ke atas, ke arah wajah raksasa itu. Sayangnya, sebelum energi dari dua elemen yang berbeda itu bisa mengenai sasarannya, awan putih yang mengisi seluruh ruang dengan cepat menyerap dua energi yang datang.

"Lupakan bagaimana cara untuk menyerangku, itu tidak berguna. Lebih baik kau menyimpan energimu untuk bertahan."

Setelah suara itu bergema, puluhan pedang dan tombak muncul secara tiba-tiba dari kehampaan.

"Mari lihat, apakah kau cocok untuk menjadi salah satu koleksi boneka ku?"

Pedang dan tombak mulai menyerbu ke arah wanita tersebut satu persatu dari berbagai arah. Jeritan kesakitan mulai terdengar dari mulutnya ketika pedang dan tombak menembus setiap bagian tubuhnya.

Sebuah pedang berwarna merah darah nampak bergerak ke depan dadanya dan dengan mudah menembus kulit yang menutupi jatungnya. Alih-alih merasakan sensasi rasa sakit yang datang dari dadanya, ia merasakan darah di dalam tubuhnya mulai mendidih dengan gila. Itu dimulai dari jatungnya dan perlahan menyebar kesuluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah. Kulitnya yang berwarna putih pucat perlahan-lahan mengeluarkan sebuah asap merah.

Pedang merah yang menancap di dadanya lah penyebab semua ini. Hawa panas yang menyelimuti bilah pedang merah secara sempurna membakar setiap sel-sel di dalam tubuh wanita malang tersebut.

"Arrgghhh..."

Jeritan kesakitan keluar dari mulutnya ketika beberapa lusin tombak berwarna putih berputar dengan cepat, dan mulai mengebor ke dalam tubuh wanita itu. Awan putih bergerak mengikat setiap bagian tubuhnya, menahan setiap perlawan yang ditunjukan.

Dimulai dari kedua telapak kakinya, dua tombak putih yang berputar dengan cepat mulai melubangi kulitannya, dan meruntuhkan setiap tulang yang disentuhnya. Dua tombak putih mengebor semakin dalam, meruntuhkan setiap tulang yang ia sentuh, dan berhenti ketika selesai meruntuhkan tulang panggul. Dua tombak yang berada di kedua telapak tangannya juga sama. Itu mulai mengebor ke dalam dan meruntuhkan setiap tulang yang ia sentuh sampai tulang selangka. Tombak yang tersisa juga mulai bergerak. Satu menghancurkan tulang belakang, satu menghancurkan tengkorak, dan sisanya mulai mehancurkan tulang rusuknya.

"Arrgghhh..."

Jeritan kesakitan yang keluar dari mulutnya semakin keras. Belum pernah dalam hudupnya ia merasa amat kesakitan seperti ini.

Setelah serangan berturut-turut yang datang dari tombak dan pedang selama lima menit, wanita tersebut akhirnya terjatuh dengan tubuh penuh lubang. Asap merah terlihat mengepul keluar dari lubang bekas senjata serta pori-porinya.

Wajah raksasa itu bergumam "Sekarang, seberapa cepat kau bisa hidup dan pulih lagi?"

Satu menit, dua menit, sepuluh menit, tiga puluh menit, akhirnya setelah satu jam lubang pada wanita itu mulai beregenerasi dan menutup kembali. Ia berdiri kembali dan mulai menyerang wajah raksasa itu sekali lagi. Namun sayangnya saat ia berdiri, pedang dan tombak sudah menembak ke arahnya membuatnya terluka lagi. Serangan itu terus berulang berkali-kila hingga membuat sesok dengan rambut setengah menutupi wajahnya itu menjadi ketakutan. Jejak teror terlihat muncul dalam matanya. Keputusannya sejak awal untuk bertarung dengan kelomopok tadi adalah sebuah kesalahan.

Setelah selesai menyiksa wanita malang itu beberapa kali, wajah raksasa yang berada di atas mulai berkata sekali lagi, "Menyerah dan tunduk menjadi boneka koleksiku!"

Wanita yang malang tersebur hanya diam dan tak berani menyuarakan keengganannya setelah mengalami siksaan yang begitu menyakitkan.

Melihat wanita itu hanya diam, wajah raksasa itu berguman dalam diam. Segera, sebuah benang putih yang berasal dari awan mulai melilit wanita tadi. Benang itu mulai masuk kedalam tubuhnya dan membedah bagian tengah dadanya. Alih-alih merasakan kesakitan, wanita itu merasakan sensasi dingin dan tenang yang berasal dari dadanya. Benang yang terbuat dari awan mulai menjalar keseluruh bagian tubuhnya, mengangkat organ dalam, saraf, otot, dan hanya meninggalkan pembuluh darah, darah, tulang, serta bagian penting dalam kepalanya. Sisa-sisa bagian organ dalam yang di angkat sebelumnya dihancurkan menjadi serbuk halus oleh awan putih. Sebuah awan merah muncul dari dalam awan putih dan mulai bercampur menjadi satu dengan serbuk halus untuk menjadi sebuah pil.

"Makanlah!"

Wanita itu tak menolak dan menuruti perintah dari wajah raksasa tadi.

Ketika pil tersebut masuk ke dalam mulutnya, itu meleleh dan mulai menyebar kesagala bagian tubuhnya. Ia tak mengerti apa pil itu, tapi satu hal yang pasti, kekuatanya bertambah dengan pesat dari pada sebelumnya.

Awan putih perlahan menghilang, pemandangan kembali ke dalam mansion seperti semula. Sosok wanita yang setengah wajahnya tertutup rambut jatuh berlutut dengan hormat.

Tina tetap diam, dia memandangi wanita itu untuk sesaat sebulum berbicara, "Mulai sekarang kamu akan dipanggil Rainer!"

"Salam, Nyonya!"

Tangan Tina menjulur ke depan membuka penyimpanan dimensinya, mengambil pakain khusus yang dibuat untuk boneka koleksinya.

Pandangannya beralih ke arah Alisa. Dia melemparkan pakaian yang sebelumnya ia ambil ke arahnya.

"Alisa, bawa Rainer pergi keluar! Bantu dia membersihkan badannya dan mengganti pakaian!"