Obat manis

Malam beranjak, menampakkan cahaya bintang yang berkelap-kelip. Mereka berdua sedang naik bianglala. Menatap lampu-lampu kota dari atas bianglala, membuat gadis itu menganga, terpukau dengan keindahan kota di malam hari.

"Indahnya," gumam Ratu. 

"Tidak ada yang lebih indah darimu di mataku." 

Deg!

Bukan pertama kalinya pria itu mengatakan kata-kata manis seperti itu, tapi gadis itu masih saja tersipu saat mendengarnya. Ia mengusap tengkuknya. Dinginnya angin malam, mulai terasa menusuk.

Raja berpindah tempat duduk. Awalnya mereka duduk berhadapan. Namun, Raja tidak tega melihat gadis itu kedinginan. Apalagi saat laju putaran bianglala semakin cepat, udara terasa lebih dingin lagi.

Pria itu melepas jasnya dan menutupi tubuh Ratu. Dengan lembut, ia menariknya ke dalam pelukan. "Dengan begini, tidak akan terlalu dingin."

"Hem. Terima kasih, Sayang."