Teka-teki dibalik meninggalnya Aji

"Lain kali, jika ada yang mengganggumu seperti tadi, kamu harus mencariku," ucap Raja. 

"Dia tidak salah. Dia hanya berharap bisa dekat dengan Presdir-nya." Ratu dengan santai membantah ucapan Raja.

"Kamu ini …."

"Apa?" Ratu memandang suaminya dengan tajam. "Sekarang, lebih baik kita makan saja. Untuk apa membahas yang sudah terjadi," ucapnya sambil membuka kotak makan siang yang dibawanya.

Raja tidak bisa berkata-kata. Ia membantu istrinya untuk memberi pelajaran kepada resepsionis itu, tapi ia justru mendapat omelan. Makan siang kali ini sama sekali tidak terasa enak.

Bukan makanan buatan Ratu yang tidak enak, tapi karena hatinya yang sedang kesal. Ia masih ingin memberi pelajaran kepada karyawan itu. Ia kesal, membayangkan istrinya duduk di taman sendirian karena bingung untuk pergi kemana.

"Kamu itu terlalu baik," puji Raja.

"Aku bukan hanya terlalu baik, tapi juga terlalu mujur karena mendapatkan suami sepertimu," ucap Ratu ambigu.

"Kenapa begitu?"