137 Pentingnya Komunikasi

Mendengar jawaban kakeknya ini, Randika nyaris muntah darah. Dia tidak tahu harus berkata apa pada Viona.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya kek." Kata Randika dengan nada kecewa.

"Ah tunggu dulu! Aku kan cuma bilang kalau aku tidak bisa menyelamatkannya bukan aku tidak tahu caranya." Kakeknya ini sudah merasa marah pada Randika. Bisa-bisanya bocahnya itu meremehkan pengetahuannya?

Randika lalu kembali tersenyum. "Sudah kuduga kakek mau menggodaku, kakek memang tidak pernah mengecewakanku."

"Hum." Randika bisa melihat dengan jelas meskipun mereka terpisah jauh bahwa kakeknya ini sekarang sedang mengelus-elus jenggotnya sambil berwajah bangga.

"Jadi bagaimana caranya kek?" Tanya Randika.

"Kadang kau ini bodoh bukan main ya." Kakek ketiga menggaruk-garuk kepalanya lalu berkata dengan sedikit membentak. "Boneka ginseng adalah jawabannya. Selama nenek dari temanmu itu meminum darahnya boneka itu, dia harusnya bisa hidup beberapa tahun lagi."