Belahan Jiwanya

"Harris, diamlah. Kepalaku sakit," tiba-tiba saja, kata-kata itu terucap dari bibir Aiden yang selama ini tidak pernah bergerak. Ia mengerang dengan kesal, merasa bahwa celotehan yang tidak henti dari Harris mengganggu tidurnya.

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu langsung menoleh pada saat yang bersamaan.

"Paman, kamu sudah bangun!" Nadine langsung berseru dengan gembira. Maria menutup bibirnya dengan air mata yang mengalir di wajahnya. Ia bahkan tidak sanggup berkata-kata.

Nico juga bergegas menghampiri pamannya dan bertanya, "Paman, apakah kamu tahu siapa aku?"

"Tidak. Harris cepat usir orang ini," jawab Aiden dengan dingin.

Nico langsung cemberut mendengar pamannya. "Paman, mengapa kamu mengenali Harris, tetapi tidak mengenaliku?"

Ia sudah bekerja keras selama pamannya tidak ada di kantor, tetapi mengapa pamannya tetap saja kejam padanya?