Jangan Mendesak

Aiden duduk di pinggir jendela, memandang ke arah laptopnya, sementara matahari menyinarinya dengan cerah.

Anya hanya bisa melihat sisi wajahnya, tetapi itu saja sudah cukup tampan sehingga Anya tidak bisa mengalihkan pandangannya. Tanpa sadar, bibirnya menyunggingkan senyum saat memandangnya.

"Apakah sudah puas melihatnya?" Aiden bisa merasakan tatapan Anya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah laptop, menatap ke arah Anya dengan tersenyum. "Nyonya Atmajaya, apakah kamu lapar? Kalau kamu lapar, kamu bisa makan dulu. Kemudian, kita bisa melanjutkan."

Anya mengedipkan matanya dan menatapnya dengan bingung. "Melanjutkan apa?"

"Membuat anak," kata Aiden dengan terus terang.

Anya langsung mengambil bantal di belakangnya dan melemparkannya ke arah Aiden. "Aiden, meskipun kamu ingin memiliki anak perempuan, bukan begini caranya …'

"Lalu?" Aiden memandang ke arahnya sambil tersenyum.