Prologue: Black Snow

"Kairen... ?"

Suara Shin nyaris tercekat di tengah gemuruh yang tak berhenti mendengungkan telinga. Bara api berkobar di seluruh penjuru tempat, dan asap hitamnya membumbung tinggi menutupi langit. Pemandangan itu terlihat begitu mirip dengan tragedi Pandemonium lima belas tahun yang lalu. Suara teriakan dari setiap sudut terdengar begitu jelas di telinga Shin, membuat hatinya sedikit demi sedikit hancur karena ia sekali ingin menolong orang-orang itu.

Namun Shin sama sekali tidak bisa bergerak. Lututnya seperti tertancap di tanah dan seluruh tubuhnya terasa kelu. Seluruh tubuhnya dipenuhi luka, dan tenaganya sudah hampir sirna setelah bertarung begitu lama. Di antara kekacauan itu, mata Shin tidak bisa terlepas dari sosok pemuda berambut hitam di hadapannya. Dan seolah tidak ada yang salah, pemuda itu juga balas menatap Shin dengan bola mata semerah darah dan ekspresi yang tak terbaca.

"Shin." balas pemuda itu dengan suara yang dingin menusuk tulang.

Shin masih mengingat wajah pemuda itu dengan jelas—pemuda yang telah ia cari sejak lima belas tahun yang lalu. Namun Shin sama sekali tidak mengerti kenapa pemuda itu berdiri di hadapannya dengan tangan dan pedang berlumuran darah. Di hadapannya, ada banyak tubuh-tubuh manusia tak bernyawa, namun ada jauh lebih banyak lagi kelopak-kelopak bunga berwarna hitam pekat—jatuh berguguran dengan pelan seperti salju hitam. Dari mata pemuda itu, Shin tidak bisa melihat ada rasa bersalah sama sekali.

Lalu saat Shin menatap pemuda itu dengan seksama, ia bisa melihat bunga jiwa sepekat arang mekar di dada kirinya—hitam legam, seperti kegelapan yang tak berujung.

Detik itu juga, Shin bisa merasakan kalung yang sedari tadi ia genggam hancur tanpa sisa.

———