3 stone

Sinar matahari mulai menyapa setiap insan dengan kehangatan dan cahayanya

Suara siulan burung terdengar jelas di indera pendengaran, bagaikan senandung indah untuk menyemangati siapapun yang akan memulai hari dengan senyuman

Tipikal udara di pagi hari yang dingin dan kering memang sangat memungkinkan untuk burung berkicauan, itulah alasannya mengapa burung selalu berkicau nyaring di waktu pagi

Key dengan sengaja meletakkan buku LKS yang tidak terlalu tebal di depan wajah Zia, menutupi mulut gadis itu yang sejak tadi terus saja menguap "kalau nguap itu mulutnya di tutup Kanjeng ratu" katanya mengingatkan

"Lupa" jawab Zia malas

Maklumlah habis begadang sampe jam dua pagi, makanya nguap mulu dari tadi kata author

"Makanya sayang jangan suka begadang" ucap Devian sok perhatian

Zia memicingkan bibirnya, entah apa dosa yang pernah ia buat sampai bisa bertemu makhluk hidup macam Devian "enak yah mulut Lo itu, mentang mentang anak orang kaya" cibirnya tak suka

"Oh jelas dong mulut gue enak, gue kan anak pengusaha kaya" balasnya berbangga diri "mau cobain?" Tanyanya jahil sambil meruncingkan bibirnya bak ingin meminta untuk dicium

Untung saja saat ini kelas masih sangat sepi, jadi tidak usah khawatir jika saja Devian bersikap gila

Zia bergidik ngeri melihat bibir Dev yang tak jauh berbeda dengan bokong bebek peliharanan nyonya kontrakan "dasar cowok murahan" umpatnya tanpa beban

"Jahat amat sih Lo Zi" balas Dev lesu

Key yang sedari tadi mengamati kedua orang itu hanya bisa menahan tawanya

Entah kenapa dua makhluk ajaib itu selalu saja bisa membuatnya ingin tertawa "Lo berdua cocok banget sumpah, pacaran gih" imbuh Key memberi saran

"Udah seratus kali gue tembak, tapi dianya aja yang nggak mau" ucap Devian terang terangan

Tidak perlu kaget mendengar keterusterangan seorang Devian Gabriel, sosoknya yang humoris memang sangat tidak punya malu untuk mengakui perasaannya sekalipun itu di depan cewek yang ia sukai

Devian memang sangat menyukai Zia, entah karena apa dan bagaimana cowok itu sudah sejak lama menyimpan rasa pada Zia

Sudah banyak kali Devian menyatakan perasaan sukanya pada Zia, namun gadis itu selalu saja menolak

Mungkin karena Devian adalah tipe orang yang suka bercanda pada siapapun, jadi Zia tidak menganggap serius setiap kalimat yang dikeluarkan pemuda itu

"Mau gue bantuin nggak?" Tawar Key sambil menaik turunkan alisnya, tak perduli dengan tatapan tajam Zia yang sudah seperti ingin memakannya

"Emang Lo bisa bujuk cewek sok jual mahal kaya dia?" Tanya Devian sedikit ragu sambil menunjuk ke arah Zia dengan dagunya

Zia membulatkan matanya, menatap Devian tidak percaya "Lo itu beneran suka sama gue nggak sih?" Tanya Zia menyuarakan kekesalannya

"Jelas dong sayang, hati gue itu hanya untuk Lo seorang" Devian mulai mengeluarkan jurus gombalan mautnya

"Tapi barusan Lo ngatain gue, Bambang"

"Becanda sayang, ih baperan amat" godanya sengaja

"Berhenti panggil gue sayang" geram Zia

"Emang kenapa?"

"Ya karena Lo bukan pacar gue lah"

"Emang siapa yang bilang Lo itu pacar gue?" Balas Dev santai

Mendadak Zia menjadi salah tingkah, dasar cowok nggak ada akhlak umpat nya dalam hati

Otaknya bekerja dua kali lebih cepat dari sebelumnya untuk keluar dari suasana gila ini

"Key gue ke kelas Jasmine duluan yah" pamit Zia

Sepertinya Jasmine menyelamatkannya hari ini, Berlama lama di kelas membuat kepalanya menjadi panas

"Yaelah Lo ngambek beneran Zi?" Tanya Dev khawatir

Tanpa menjawab, Zia langsung meninggalkan dua orang itu dan pergi ke kelas Jasmine yang letaknya bersebelahan dengan kelasnya dan Key

"Gimana? Lo mau nggak gue bantuin?" Tanya Key memulai lagi pembahasannya yang sempat terputus

"Emang gimana caranya?" Tanya Dev balik

Key memutar bola matanya "jawab dulu, Lo mau nggak gue bantuin?" Tanya Key geram

Dev berpikir sejenak sebelum mengangguk setuju

Senyuman kemenangan terukir di bibir pink Key "tapi ada syaratnya"

"Yaelah  Lo alay banget sih pake syarat segala kaya mau ngelamar kerja aja"

"MAU NGGAK?" bentak Key kasar

Devian menelan ludahnya, sepertinya ia baru saja mengambil langkah yang salah dengan berurusan pada singa betina "yaudah, syaratnya apa?" Tanyanya lagi "awas Lo kalau syaratnya aneh aneh" peringat Dev mulai merasa tidak enak hati

"Tenang aja gue nggak akan minta Lo yang aneh aneh kok" katanya santai

"Yaudah bilang apa syaratnya"

Key tersenyum penuh arti "karena di dunia ini nggak ada yang gratis....." katanya menjeda "jadi..... Lo harus bayar"

"What? Harus pake bayaran?" Tanya Devian syok

Key mengangguk sumringah membenarkan kalimat cowok itu "kenapa? Lo nggak mau?" Tanyanya tak santai

Dev menggaruk belakang telinganya yang sama sekali tak gatal, perkiraannya memang tidak salah, buktinya saat ini ia sudah masuk dalam jebakan sang ratu singa  "emang nggak bisa gratis yah?" Tanyanya polos

"Enggak" tolak Key datar

Dev menelan salivanya, entah apa yang harus ia lakukan dengan makhluk aneh di hadapannya itu

"Mau nggak Lo? Masa orang kaya pelit sih sama temen sendiri" bujuk Key belum menyerah

"Yaudah deh gue mau" ucap Dev dengan terpaksa

"Nah gitu dong...." Ucap Key penuh kemenangan

"Untung temen" kata Devian sambil menyapu dadanya

****

Suasana yang tadinya ramai, seketika berubah hening setelah wali kelas XII IPA 1 memasuki ruangan kelas bersama seorang pemuda bertubuh tinggi di sebelahnya 

Sudah sangat mudah di tebak jika pemuda tinggi itu pasti seorang siswa pindahan yang sejak kemarin menjadi bahan gosip di SMA pelita

Entah bagaimana kabar itu bisa tersebar luas bahkan sebelum sang siswa baru memunculkan batang hidungnya

Ternyata memang benar jika tukang gosip di SMA pelita itu punya kontrak kerja dengan cenayang dan para normal, jadi mereka bisa dengan mudah mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan

"Pagi semuanya" sapa Bu Velina datar

"Pagi Bu" balas seluruh siswa XII MIPA 1 bersamaan

"Oke, Ibu langsung to the point aja karena pasti kalian udah tau kan maksud kedatangan ibu kesini?" Tanya Bu Velina tanpa ba-bi-bu

Bahkan Bu Veline pun sudah tahu dengan gosip itu, SMA pelita memang hebat yah

"IYA BU"

Inilah salah satu yang membedakan kelas MIPA denga kelas yang lain, tidak bereaksi secara berlebihan jika kedatangan siswa baru dengan paras tampan

Jika di jurusan lain, pasti sudah terdengar bisikan bisikan kagum, namun berbeda dengan penghuni kelas XII MIPA 1 yang hanya menatap pemuda itu dengan tatapan tak minat

Maklum, seluruh penghuni kelas XII MIPA 1 memang dominan batu kubur, lebih tertarik jika mereka dihadapkan pada soal yang berkaitan dengan Benzema, polimer dan biomolekul dibanding cowok tampan seperti yang ada di hadapan mereka saat ini

"Baiklah silahkan perkenalkan diri kamu" suruh Bu Velina mempersilahkan

Cowok itu hanya mengangguk pelan sebelum mulai memperkenalkan dirinya "kenalin gue Chaiden Lay Wijaya, kalian bisa panggil gue Lay" katanya singkat padat dan jelas

Hmmm sepertinya Lay juga tipe orang yang tidak banyak bicara, sangat terlihat jelas dari caranya memperkenalkan diri

Kelas XII MIPA 1 memang sangat cocok untuk dirinya dengan kepribadiannya yang tidak suka banyak cingcong

Bu Veline berdeham pelan "yasudah kamu bisa duduk di sebelah Jasmine" suruhnya sambil menunjuk kursi kedua di bagian ujung tepatnya di sebelah gadis berambut cokelat itu

"Baik Bu"

Lay mendaratkan bokongnya di bangku yang sudah di tunjukkan oleh Bu Velina

"Baik, kalau begitu ibu pamit dulu, tunggu guru kalian tanpa suara" ucap dan pesan Bu Velina sebelum keluar dari ruangan

"IYA BU" 

Tanpa saling berkenalan ataupun sekedar menyapa, keduanya langsung larut pada materi pelajaran yang di bawakan oleh Bu Ajeng, guru kimia kiler yang baru saja memasuki kelas sepeninggal Bu Velina

Tidak ada acara saling kenal mengenal sama sekali, perkenalan diri di depan itu sudah cukup

Sungguh batu kubur memang, tapi itulah ciri khas XII MIPA 1

Lebih menarik materi senyawa turunan Alkana dibandingkan jenny Blackpink

Sedikit bicara itu lebih baik daripada saling bergosip membicarakan hal hal yang tidak penting

****

AuliaMaruf8

Sabtu, 8 Agustus 2020

Jangan lupa untuk selalu mengapresiasi novel ini dengan cara vomment^^

Hope you like it

Byby