Di sebuah cafe, seorang wanita sedang duduk di dekat jendela sambil menikmati secangkir kopi kesukaannya. Wanita itu mengetuk jarinya di atas meja dengan cepat, menandakan bahwa dirinya sedang kesal.
Seorang laki-laki menarik kursinya, lalu duduk di hadapan wanita itu.
"Maaf, aku terlambat" Ucap laki-laki itu
Wanita itu menatap dengan kesal
"Kebiasaan. Sesibuk apa sih, kamu? Selalu aja telat padahal kamu lagi libur kerja"
"Ya ampun, bey. Aku minta maaf, sayang. Tadi habis nganterin mamah arisan dulu" Ucap laki-laki itu dengan wajah memelas
"Arisan yah? Kok sampai dua jam begini? Emang sejauh apa jaraknya dari rumah kamu ketempat arisan mamah? " Ucap wanita itu mengintimidasi
"Kan belum macetnya, sayang. Tolong ngertiin aku"
"Aku capek selalu ngertiin kamu. Sedangkan, kamu aja ga pernah ngertiin aku"
Laki-laki itu menghela napas, menenangkan dirinya yang saat ini sedang menghadapi kekasih nya yang marah.
"Sudah cukup marahnya, Aira. Kasian Ello, dia udah mau nangis tuh" Lerai seseorang yang berdiri di hadapan pasangan itu
"Enak aja kau, Arta" Sanggah Ello
Arta tersenyum kecil lalu menatap Aira dengan lembut
"Hey, mungil" Arta duduk di samping Aira "masa kamu marah hanya karena masalah Ello selalu datang terlambat? Jangan kayak anak kecil" Arta menasehati Aira
"R, dia udah terlalu sering kayak gini. Aku curiga, dia selingkuh di belakang aku" Tuduh Aira sambil menatap Arta dengan kesal
Arta menggelengkan kepala "Hush, ga boleh fitnah begitu kalau belum ada bukti. Lagian, kalau misalnya emang fakta. Siap-siap aja Ello, aku hajar" Ucap Arta menenangkan Aira
"Ya ampun, sayang. Aku ga mungkin sampai selingkuh dari kamu. Serius. Tadi itu, aku nganterin mamah arisan" Ucap Ello meyakinkan Aira lagi
Aira menatap Arta untuk mencari keyakinan yang saat ini masih ragu tentang intuisi nya. Arta menengok membalas tatapan Aira sambil tersenyum meyakinkan
Aira menghela napas "baiklah"
Ello tersenyum dengan lega
"Tapi, kalau beneran terjadi. Kamu harus menjauh dari aku dan jangan menampakkan diri lagi di hadapanku" Ancam Aira menatap Ello tajam
"Aku janji, Aira" Jawab Ello meyakinkan sambil menarik tangan Aira untuk di genggam nya
Arta menepuk kepala Aira "Nah, gitu donk. Itu baru namanya sahabat mungilku"
"Ish, lepas. Kamu ga liat? Fans kamu ngeliatin aku kesel gitu " Aira menarik tangan Arta dari kepalanya
Arta hanya mengangkat bahunya dengan acuh. Tidak memperdulikan pandangan pengunjung cafe.
"Karena masalah sudah selesai. Aku pergi dulu untuk melayani para pembeli di cafe ku" Arta berdiri dari kursi
"Kamu kan owner cafe. Kenapa juga harus bantu? Kan ada waiters dan barista yang lain" Komentar Aira
Arta menengok ke arah Aira "Karena kopi yang di racik oleh aku jauh lebih enak, Aira. Bukannya, pengunjung datang kesini karena kopi buatan ku dibandingkan barista yang lain"
"Dih, percaya diri sekali" Cibir Aira
Arta berjalan menuju tempat kerja nya sebagai barista. Arta melayani para pembeli yang sedang berbaris menunggu kopi buatannya. Di sela kegiatannya, sesekali Arta melirik Aira dengan tersenyum kecil
Seseorang menyerahkan cangkir di hadapan Arta "Arta, cappucino satu lagi"
"Lho, kok ada disini? " Tanya Arta terkejut
"Ello, udah pulang. Katanya ada perlu. Tapi, nanti malam kita mau nonton. Kamu mau ikut? " Tanya Aira
"No. Aku ga mau jadi kacang diantara kalian" Tolak Arta dengan tegas
"Baiklah. Jadi Arta, aku mau cappucino lagi" Pintar Aira dengan memohon
"Ga boleh. Nanti magh kamu kambuh gimana?"
"Yah, tinggal minum obat" Jawab Aira simple
Arta menyentil jidat Aira
"Auwh. Sakit" Aira mengaduh
"Sembarangan. Kamu itu harus bisa jaga kesehatan, minimal jangan telat sarapan dan jangan banyak minum cappucino. Kalau kamu sakit, aku yang kerepotan" Keluh Arta menatap Aira kesal
"Pelit" Aira cemberut
"Kalian itu kayak suami istri aja, tiap hari selalu berantem. Kalian pacaran? " Tanya salah satu pengunjung cafe
"Iya"
"Nggak" Jawab Aira dan Arta dengan kompak tapi berbeda jawaban
"Kok ngga sih? " Tanya Aira
"Terus, maksud kamu apa jawab iya? Ello ga di anggap? " Tanya Arta menatap Aira
"Yah, di anggap. Maksudnya, biar kamu ga terlalu keliatan jomblo nya. Lagian, kamu itu ganteng, tinggi, putih, sixpack, mandiri, dan owner cafe. Kok masih jomblo? Banyak lho yang mau sama kamu" Aira menatap Arta dari bawah sampai atas
"Ga mau" Tolak Arta dengan tegas
"Aku hanya ingin dirimu, Aira" Ucap Arta dalam hati
"Dasar tak punya hati. Udah akh, aku mau pulang. Siap-siap kencan dengan Ello. Bye, Arta" Ucap Aira sambil berlalu pergi meninggal cafe Arta dengan senang
"Aku tahu. Kamu menyukainya kan? " Tanya pengunjung cafe itu
Arta hanya tersenyum mendengar pertanyaan pengunjung cafe itu yang bernama, Monica.
Malam hari, Aira duduk di salah satu cafe sambil menunggu Ello. Rencananya, mereka akan menonton film Aladdin yang saat ini sedang booming sekali di Indonesia.
30 menit Aira sudah menunggu. Tapi, Ello masih belum datang. Aira bergerak dengan gelisah sambil mengetik di layar handphone nya
To: My Ello
Kamu dimana?
Film nya udah mau di mulai
Aira mengigit kukunya dengan gelisah
To: My Ello
Jadi nonton ga?
Aku udah nunggu kamu dari tadi
Tring
Handphone Aira berbunyi menampilkan pesan dari Ello. Seketika, raut wajah Aira berubah menjadi sedih
From: My Ello
Maaf, Sayang. Tiba-tiba ada acara keluarga. Acara ini penting banget, ga bisa aku tinggalin. Lain kali yah kita nonton. Aku minta maaf udah batalin janji kita.
Aira memasukkan handphonenya sambil berjalan mengelilingi Mall untuk menenangkan hatinya dari rasa kecewa. Aira memasuki toko boneka dan melihat setiap etalase yang menampilkan boneka yang sangat menggemaskan.
Aira akan mengambil boneka, terhenti ketika mendengar suara yang dikenalnya
"Boneka ini sangat mengemaskan sekali kayak kamu"
"Ish, kamu bisa aja. Aku malu"
Perlahan, Aira berjalan mendekati sumber suara itu dengan hati-hati.
"Kenapa harus malu? Kamu itu benar-benar lucu sekali"
"Ikh sakit" Wanita itu mengusap pipinya
Aira mengintip di balik celah etalase dengan gelisah
"Maaf, Baby. Kamu tau? Aku tidak menyesal meneruskan perjodohan ini sama kamu. Kamu tipe ideal aku, Baby"
"Lalu, pacar kamu gimana? Kamu kapan putusin dia? "
Aira terkejut melihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan itu. Aira tidak menyangka, laki-laki itu ternyata Ello, kekasihnya. Aira berbalik, bersandar di etalase dengan menahan air matanya yang akan jatuh
"Aira? Tenang aja, Baby. Aku akan putusin dia kok, demi kamu. Lagian aku juga udah cape, dia selalu marah-marah sama aku karena selalu telat. Aku kan telat juga karena kamu dan demi kamu, sayang"
Aira terkejut mendengar perkataan Ello. Selama ini, firasatnya tidak pernah salah dan Aira selalu merasa ada yang tidak beres dengan Ello. Aira kecewa. Aira sakit hati. Orang yang selama ini dia sayang, nyatanya menusuk dirinya dari belakang dengan berselingkuh.
Aira berjalan meninggal Toko boneka itu dengan wajah menunduk. Aira mencari handphonenya di dalam tasnya, lalu mengetik sebuah nomor untuk di telponnya. Aira menunggu sambungan telponnya dengan mengigit jarinya
"Hallo, Aira"
"Ha.. Hallo, Arta"
"Ada apa? "
"Kamu dimana? "
"Aku masih caffe. Tunggu, Aira. Kamu nangis?
" Aku kesana"
"Kamu kenapa, Aira? Jangan membuat ku khawatir"
"A.. Aku kesana"
"Baiklah. Aku akan tutup cafe ini , ketika kamu datang. Hati-hati"
Aira menaiki taksi menyebutkan tujuannya ke Coffe Caffe. Di sepanjang jalan, Aira menatap keluar jendela dengan sedih.
Aira keluar dari taksi dan berjalan menuju cafe yang sudah sepi. Aira melihat Arta sedang berdiri melipat tangannya di dada sambil menatap Aira tajam. Aira berlari ke arah Arta dan memeluk Arta dengan menahan tangisnya
"Menangislah. Baru setelah itu kamu cerita pada ku" Ucap Arta sambil membalas pelukan Aira dengan erat
Tak bisa di tahan lagi, Aira mengeluarkan tangisannya dengan keras. Mengeluarkan seluruh rasa sakitnya yang selama ini dia pendam. Rasa sakit karena kecewa dan dikhianati untuk pertama kalinya. Perlahan, tangisan Aira mereda.
"Sudah tenang? " Tanya Arta sambil mengusap kepala Aira. Sedangkan, Aira hanya menganggukkan kepalanya
"Mau cerita?" Tanya Arta lembut
Aira menggelengkan kepalanya
Arta menghela napas dengan tenang "Oke. Kamu tidur di sini malam ini. Di kamar ku, Aira" Arta mengangkat tubuh Aira ala bridal style
"Ikhh, Arta ga mau. Nanti kamu macam-macam gimana?" Aira mengalungkan tangannya pada leher Arta
"Aku tidur di sofa"
"Ga mau. Aku mau pulang"
"Tidur disini atau aku marah? " Ancam Arta menatap Aira kesal
"Yaudah, aku tidur disini" Ucap Aira sambil memanyunkan bibirnya
Arta menurunkan Aira di ranjangnya. Lalu, menyelimuti Aira yang sedang menatap nya. Arta menjulurkan tangannya, mengusap kepalanya untuk menenangkan Aira yang sudah terpejam.
Arta berjalan menuju balkon kamarnya sambil tangannya memegang handphone di telinga.
"Halo, Kev. Tolong, cari tahu kenapa hari ini Aira menangis"
".... "
"Maka dari itu aku minta pertolongan mu"
".... "
"Dia sudah tidur"
".... "
"Aku yakin. Pasti ada hubungan nya dengan Ello"
".... "
"Kabari aku secepatnya"
Setelah menutup panggilan telponnya. Arta berjalan mendekati Aira yang sedang tertidur pulas. Arta memandang Aira dengan lembut dan mengusap pipi Aira dengan kasih sayang.
Arta menghentikan aktivitas untuk mengangkat panggilan dari seseorang
"Bagaimana hasilnya?"
".... "
"Kurang ngajar. Besok, akan ku bunuh dia karena telah menyakiti wanitaku"
".... "
"Dia telah menyakiti wanita ku, Kev. Kau tau? Hatiku sakit mendengar dia menangis. Akan aku pastikan besok dia akan merasakan sakitnya"
Arta menutup telponnya secara sepihak. Arta mengepalkan tangan menahan amarahnya mendengar perkataan Kev. Beraninya, dia menyakiti wanita nya. Dia yang sudah menjaganya bertahun-tahun, tetapi di hancurkan hanya perkataan dari seorang laki-laki yang tidak tulus mencintai Aira.
Pagi menjelang, Aira membuka matanya perlahan, memandang seseorang yang ada di depannya dengan pakaian yang rapih
"Kamu mau kemana?" Tanya Aira sambil bersandar di tempat tidur
"Pusing ga? " Tanya Arta perhatian
"Ngga. Kamu kemana?" Tanya Aira sekali lagi
"Mau bunuh si brengsek itu" Jawab Arta kesal
Aira terkejut "Kau gila? Jangan nekat"
"Aku ga gila. Aku hanya marah karena dia telah menyakiti mu" Teriak Arta di depan Aira
"Tapi jangan sampai membunuh nya"
"Kamu tau aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, Aira"
"Aku mohon. Jangan sampai membunuh nya" Aira memohon sambil memegang tangan Arta
"Kau masih mencintai nya? " Teriak Arta
"Bukan begitu, Arta. Aku mohon, jangan perpanjangan masalah ini. Aku tidak apa-apa" Ucap Aira meyakinkan Arta
"Tidak apa-apa kata mu? Kamu menangis, Aira. Minggir, aku akan pergi" Arta berusaha melepaskan tangan Aira
"Ga mau. Tolong dengarkan penjelasan aku dulu, Arta. Pleasee" Aira memohon sambil menahan isak tangisnya
Arta menghembuskan napasnya dengan kesal "Baiklah. Cepat jelaskan"
Aira menatap Arta dengan lembut "Dari awal, aku berpacaran dengannya, aku tidak menyukainya Arta. Dia yang memaksa untuk aku menjadi pacar nya. Aku menyetujuinya, yah karena aku juga ingin melupakan seseorang yang aku harapkan sejak dulu. Tapi, aku takut dia tidak menyukai ku dan rasa yang aku miliki hanya cinta bertepuk sebelah tangan. Itu lebih menyakitkan"
"3 bulan kami pacaran, aku tidak sengaja melihat dia bersama wanita lain di cafe. Awalnya, aku mengira wanita itu sepupunya. Aku positif thinking, tapi yang menjadi awal curiga aku itu dia selalu menolak ajakan aku. Sekalinya, dia menerima pasti selalu terlambat. Aku baru mengetahui nya semalam, dia membatalkan janji denganku. Tapi, jalan bersama wanita yang aku kira itu sepupunya, nyatanya dia tunangan Ello yang di jodohkan kedua orang tuanya " Aira menjelaskan dengan menahan air matanya
Arta menganggukkan kepalanya "Lalu, laki-laki yang ingin kamu lupakan siapa? " Tanya Arta penasaran
Aira memutuskan pandangan nya dengan menengok ke arah lain "kamu tidak perlu tau"
"Aku harus tahu, Aira. Siapa? " Tanya Arta dengan menekan ucapannya
"Ga tau"
"Jangan bohong, Aira" Arta menarik dagu Aira agar bertatapan dengannya
"Kau tau? Aku tidak pantas bersanding dengannya. Dia sempurna walau terkesan dingin, tampan, mandiri, bisa masak dan dia laki-laki idaman semua wanita. Sedangkan aku? Hanya wanita biasa yang selalu menangis, terlalu cemburu dan kekanak-kanakan"
"Siapa?" Tanya Arta lagi
Aira terdiam menundukkan kepalanya
"Siapa, Aira?" Tanya Arta menahan kekesalannya
Aira masih terdiam
"AKU TANYA. SIAPA, AIRA? " Teriak Arta kesal
Aira terkejut, lalu meneteskan air matanya
Arta menjambak rambut nya dengan frustasi "Akun hanya bertanya, Siapa. Kenapa kamu menangis? Astaga, Aira" Ucap Arta sambil memeluk Aira
"Kamu" Ucap Aira pelan
"Apa?" Tanya Arta bingung sambil melepaskan pelukannya
Aira menunduk "Kamu. Orang itu kamu, Arta"
Arta terdiam memandang Aira terkejut. Arta menarik dagu Aira, melihat Aira dengan seksama, mencari kebohongan di mata Aira tentang perasaannya itu. Tapi, Arta tidak menemukan kebohongan itu. Seketika, debaran Arta membuncah seperti sesuatu menggelitik perutnya
"Sial. Kenapa kau baru mengatakannya sekarang, hah?" Teriak Arta membuat Aira menundukkan kepalanya "kau tidak pantas untukku? Persepsi darimana itu? Justru yang ku inginkan itu diri mu, Aira"
"Aku mencintaimu, Aira" Ucap Arta menggenggam tangan Aira lembut
Aira terkejut sambil menatap Arta tidak percaya atas ucapannya
"Bohong" Ucap Aira
"Selama tiga tahun, perasaan ini masih sama, Aira. Aku tidak berbohong. Aku mencintaimu"
Aira menangis sambil memukul dada bidang Arta dengan kesal "Jahat. Aku benci kamu"
"Iya iya. Aku tau. Aku juga mencintaimu" Arta memeluk Aira dengan erat
"Aku sudah tidak mencintaimu lagi"
"Yakin? " Tanya Arta menahan senyum nya dengan menarikan sebelah alisnya
"Yakin" Ucap Aira sambil memandang kearah lain
"Ck, dasar pembohong" Cibir Arta
Aira hanya cemberut mendengar perkataan Arta. Tiba-tiba, Arta menarik tangannya berjalan meninggalkan kamar itu sambil tangannya menelpon seseorang
"Hallo, Pah. Malam ini papah sama mamah kerumah Aira"
".... "
"Aku akan melamar Aira, pah"
"Kau gila" Ucap Aira terkejut
".... "
"Aku tidak mau kehilangan wanita ku lagi, Pah" Ucap Arta sambil menatap Aira dengan tersenyum
".... "
"Oke thanks, Pah"
Arta masih melanjutkan jalannya menuju mobil yang terparkir di halaman cafe. Aira berhenti berjalan, Arta menengok ke arah Aira yang berhenti di samping nya
"Kenapa?" Tanya Arta
"Kamu becanda kan? Mengenai lamaran itu?" Tanya Aira sambil memainkan jarinya dengan gugup
"Aku serius, Aira Sholihah"
"Tapi, aku selalu ngerepotin kamu"
"No problem" Ucap Arta dengan mudah
"Aku cengeng"
"Aku tahu"
" Aku ceroboh "
"Aku tahu" Arta menganggukkan kepalanya
Aira melihat ke arah lain menghindari tatapan Arta "Aku cemburuan"
"Aku tahu" Arta menahan senyum nya
Tiba-tiba, Aira memeluk Arta dengan cepat.
"Aku mencintaimu, Arta" Ucap Aira menyembunyikan wajahnya di dada bidang Arta
"Haha, aku tahu. Aku lebih mencintaimu, Aira" Jawab Arta sambil memeluk Aira lalu mengecup keningnya dengan lembut
"Terima kasih. Kamu hadir di hidupku"
Arta dan Aira menyatukan keningnya sambil tersenyum satu sama lain