Bos(shit)

"Tolong jangan mempermainkan perasaan ku semudah itu. Kamu tidak tahu bagaimana sakitnya hati ini saat kamu berbohong padaku.

Kau kejam tapi aku selalu luluh padamu"

Chaira Dilara Adlillah

Seorang wanita yang memiliki rambut panjang sampai pinggang, paras wajah asia dengan hidung mancung dan pipi yang chabby, postur yang sedikit berisi dengan tinggi 150cm sedang mengetik di depan komputer nya. Sesekali wanita itu mengeluh frustasi dengan hasil pekerjaannya yang belum beres setelah 2 jam berlalu.

Wanita itu mengikat rambutnya dengan cepat lalu melanjutkan pekerjaannya dengan serius.

"Pengen pindah job aja kalo gini. Kesel banget gue punya ketua tim ga ada kerjanya sama sekali" Keluh wanita itu menatap ketua team nya yang sedang ber telepon ria dengan sang pujaan hati.

"GENGS" Teriak laki-laki yang berada di depan pintu

Semua menatap ke arah laki-laki itu dengan waspada.

"Pak Rais udah datang bersama direktur baru. Cepat bersiap-siap" Beritahu laki-laki itu dengan panik.

Wanita itu mendumel dengan kesal lalu merapihkan rambutnya dengan memakai tangan. Dengan cepat wanita iu berjalan ke depan pintu dan berdiri sejajar dengan karyawan yang lainnya.

Terlihat seorang laki-laki paruh bawa memasuki ruangan departemen marketing bersama seorang laki-laki tampan dan tinggi yang berada di sebelah nya. Mereka berhenti di depan karyawannya yang saat ini sedang berdiri menyambut kedatangan direktur.

"Pagi semuanya" Sapa Pak Rais

"Pagi, Pak" Jawab mereka bersamaan

"Hari ini saya datang bersama anak saya yaitu Edzard Faresta Athalillah yang akan menggantikan saya sebagai direktur di perusahaan Athalillah Group. Nah ini adalah Pak Edzard direktur baru kalian hari ini" Pa Rais menunjuk laki-laki yang ada di sebelah kanannya dengan tersenyum wibawa.

"Pagi semua. Perkenalkan nama saya Edzard Faresta Athalillah bisa kalian panggil Pak Edzard yang akan menjadi direktur kalian hari ini. Terima kasih" Sapa Edzard dengan raut wajah datar dan dingin.

"Selamat pagi juga, Pak" Sapa balik seluruh karyawan departemen marketing

"Cha" Panggil Pak Rais

Wanita yang bernama Chaira Dilara Adlillah sedang menundukkan kepalanya mendongkak mendengar namanya di panggil.

"Ya, Pak?" Tanya Chaira sopan

"Kamu sudah mandi kan?" Tanya Pak Rais dengan nada bercanda

"Sudah, Pak"

"Kok itu masih berantakan?" Pak Rais menunjuk muka Chaira

Chaira memegang wajahnya dengan panik "akh ini, Pak. Itu saya lupa tidak memakai make up" Jawab Chaira dengan gugup

"Yah, biasa Pak. Chaira kan ga pernah pake make up kalo kerjaannya banyak" Saut Tino ikut menimpali.

"Hahaha, saya tahu. Makanya saya tidak aneh kalau melihat Chaira tidak memakai make up. Tapi, Chaira tetap cantik kok" Puji Pak Rais yang membuat Chaira tersipu malu.

"Baiklah, semangat semuanya untuk hari ini. Saya mau mengantarkan anak saya ke ruangan direktur. Permisi" Pamit Pak Rais dengan ramah

"Hati-hati, Pak" Ucap karyawan departemen marketing dengan kompak.

Masing-masing kembali ketempat kerjanya untuk meneruskan pekerjaannya yang belum selesai. Tak terasa jam istirahat sudah tiba, seluruh karyawan Athalillah sedang beristirahat, ada yang sedang makan siang di kantin perusahaan, jajan di luar ataupun berada di atap perusahaan untuk menyegarkan pikiran.

Berbeda dengan Chaira yang saat ini sedang duduk di taman belakang perusahaan sambil membawa kotak nasi yang berada di pangkuannya. Chaira menikmati kesendiriannya sambil bersenandung senang.

"DOR" Teriak seseorang yang berada di belakangnya

"Huk huk huk" Chaira terbatuk-batu sambil memukuli dadanya dengan cepat lalu meminum air botolnya perlahan

"Ahhh" Chaira berbalik menatap seseorang yang berada di belakangnya "YAK, KAU INGIN MEMBUATKU MATI TERSEDAK?" Teriak Chaira marah.

"Yah, maaf hehe. Jangan marah donk, aku bawa donat lho buat kamu" Tawar seseorang itu dengan wajah bersalah.

"Aku kesel tahu" Chaira memalingkan wajahnya

"Hehe yah maaf. Sini sini kita ama kamu donat" Seseorang itu yang bernama Resta menarik tangan Chaira untuk duduk disebelahnya.

Chaira mengambil donat rasa vanilla lalu memakannya dengan perlahan.

"Ekh, Cha. Tahu ga?" Resta memulai percakapannya "katanya direktur baru kita lagi nyari sekretaris baru lho. Kira-kira aku di promosi ga yah?" Tanya Resta dengan penuh harap.

"Idih, ngimpi" Sarkas Chaira kejam

"Ikh, Cha ga boleh gitu sama aku. Siapa tahu kan aku jadi sekretaris nya, aku kan selama ini belum dipromosiin sama perusahaan terus kan lumayan juga aku bisa lihat wajah Pak Edzard tiap hari. Vitamin lho".

"Lah mengambil kesempatan dalam kesempitan" Komen Chaira menggelengkan kepalanya.

"Hehehee, aminin donk, Cha" Ucap Resta dengan kesal.

"Iyaiya, aamiin" Balas Chaira dengan muka melas.

Tak terasa 30 menit telah berlalu. Seluruh karyawan kembali ke departemen masing-masing dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

Chaira yang baru saja mau duduk di kursinya dipanggil oleh ketua teamnya yaitu Pak Ello.

"Iya, Pak? Ada apa? " Tanya Chaira

"Kamu di pangil keruangan direktur" Jawab Pak Ello

"Akh? Keruangan direktur? Ngapain, Pak?"

"Lah, mana saya tahu. Yang pasti kamu dipanggil keruangan beliau sekarang. Cepat sana pergi" Usir Pak Ello dengan kesal.

Chaira masih termenung di tempat nya. Lalu mulai berjalan menuju lift tersebut dimana lift itu akan berhenti di lantai 15 ruangan Pak Edzard direktur baru itu berada.

Sesudah sampai dilantai 15. Chairan berjalan menuju ruang direktur dengan gugup. Dengan ragu Chaira mengetuk pintu itu dengan tangan gemetar.

"Masuk" Ucap Pak Edzard yang berada di dalam ruangannya.

Chaira membuka pintu dan menutup pintunya perlahan lalu berjalan menuju meja direktur dengan hati-hati.

"Permisi, Pak. Ada apa bapak memanggil saya?" Tanya Chaira sopan

Edzard menghentikan pekerjaannya lalu menatap Chaira seksama "besok kamu mulai bekerja jadi sekretaris dan asisten pribadi saya" Jawab Edzard tegas

Chaira menatap Edzard dengan bingung

"Sekretaris?"

"Asisten pribadi?"

"Maksudnya aku yang jadi sekretaris dan asisten pribadinya?" Tanya Chaira pada diri sendiri.

"Maaf, Pak. Maksudnya, saya jadi sekretaris bapak?" Tanya Chaira untuk memastikan kembali ucapan Edzard.

"Iya, kamu memangnya siapa lagi yang ada diruang saya sekarang?" Tanya balik Edzard

"Tapi, Pak. Yang saya dengar hanya menjadi sekretaris saja tidak jadi asisten pribadi" Chaira menatap Edzard bingung

"Emangnya anda kira saya pembantu?" Tanya Chaira di dalam hati

"Itu kan hanya rumor yang belum pasti. Jadi kamu mau jadi sekretaris saya atau tidak?"

"Hm.. Tapi, Pak" Jawab Chaira ragu

"Kalo kamu nolak jadi sekretaris saya kamu harus mengundurkan diri besok" Ancam Edzard menatap Chaira tajam

Chaira kaget mendengar ucapan itu "Akh? Mengundurkan diri? Masa saya hanya menolak menjadi sekretaris bapak, saya harus mengundurkan diri. Jangan gila, Pak" Bela Chaira dengan kesal

"Kamu ngatain saya gila?" Tanya Edzard kesal

"Iya bapak gila. Seenaknya saja menyuruh karyawan yang tidak mematuhi perintah atasannya mengundurkan diri, padahal saya memiliki kinerja bagus di departemen marketing. Ga mungkin juga saya merelakan semudah itu" Jelas Chaira emosi

Edzard menarik napas dalam-dalam "makanya dari itu, karena kamu memiliki kinerja bagus, saya merekrut mu sebagai sekretaris dan asisten pribadi saya, Chaira"

Chaira terdiam mendengar penjelasan Edzard

"Memangnya kamu masih mau kerja dibawah pimpinan ketua tim kamu ini? Pa Ello?"

Chaira merenung memikirkan perkataan atasannya itu, lalu Chaira menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tidak mau bekerja di bawah ketua tim yang seenaknya dan emosi tidak dapat dikontrol dimana Chaira yang selalu menjadi target sasarannya jika melakukan kesalahan.

"Maka dari itu saya rekrut kamu sebagai sekretaris dan asisten pribadi saya. Jadi, kamu mau atau tidak?"

"Baik, Pak. Saya bersedia menjadi sekretaris dan asisten pribadi bapak" Jawab Chaira yakin

Edzard tersenyum tipis mendengar Chaira yang menerima tawarannya itu.

"Oke, kamu boleh kembali. Besok kamu sudah ada di ruangan saya jam 8" Usir Edzard dengan halus

"Baik, Pak. Terima kasih untuk semuanya. Saya permisi" Chaira pamit meninggalkan ruangan direktur dengan gugup dan perasaan senang.

Akhirnya, Chaira merasakan kebebasan pekerjaan yang menguras tenaga dan emosinya dari ketua tim yang otoriter. Tapi, Chaira tidak tahu bahwa pekerjaan yang membebaskannya itu belum sepenuhnya berakhir, malah makin membuat nya frustasi dengan atasan yang lebih keras dan perfeksionis.

"EDZARD SIALAN" Teriak Chaira mengumpat nama Edzard dengan penuh amarah.

Ya, sudah seminggu Chaira menjadi sekretaris dan asisten pribadi Edzard, seorang laki-laki yang keras, otoriter, perfeksionis dan tidak boleh membuat kesalahan sedikit saja. Selama seminggu itu, Chaira bagaikan di neraka dan menjadi babu nya Edzard.

Jika Edzard lembur maka Chaira pun harus lembur, selalu membatalkan jadwal yang sudah ditentukan, selalu menemani kemanapun Edzard pergi, disuruh membuat kopi dan membeli makanan yang diinginkannya dan mungkin yang lebih parahnya lagi disuruh datang ke apartemen nya hanya untuk mengantarkan berkas yang tertinggal di kantornya.

Saat ini Chaira sedang duduk di taman sambil memijat keningnya dan menarik rambutnya dengan frustasi.

"Tau gitu gue kerja sama Pak Ello aja daripada sama si Edzard sialan itu. Hidup gue ga tenang semenjak jadi sekretaris dan asisten pribadi nya" Keluh Chaira menggerakkan kakinya dengan kesal.

Setelah melampiaskan kekesalannya Chaira kembali ke meja sekretaris nya yang berada di ruangan direktur.

Saat ini, Chaira duduk di depan mejanya sambil memijit keningnya yang pening lalu Chaira meminum obat yang dibawanya dengan cepat.

Edzard berdiri di depan Chaira menatap nya dengan seksama.

"Kamu sakit?" Tanya Edzard datar

Chaira mendongakkan kepalanya "akh? Ngga, Pak. Saya hanya sedikit pusing, tapi udah ga papa kok" Jawab Chaira dengan memaksa senyuman nya.

"Oh. Oke. Saya ada meeting sampai jam 8 malam. Jangan dulu pulang dan tunggu saya" Perintah Edzard sambil berlalu pergi

"Baik, Pak" Chaira hanya menganggukkan kepalanya dengan patuh atas perintah Edzard.

Sambil menunggu Edzard selesai meeting, Chaira tertidur dengan pulas di atas meja kerjanya dengan melipat tangannya sebagai bantalan.

Perlahan-lahan, Chaira membuka matanya menatap sekeliling nya dengan bingung. Chaira bangun dari tidurnya dengan cepat mendapati dirinya saat ini tidur di atas kasur dan di sebuah kamar dengan nuansa klasik yang dia tidak tahu saat ini berada dirumah siapa.

Chaira bangun dari atas kasur lalu berjalan mengelilingi kamar itu memperhatikan setiap sudut benda yang ada diruangan itu. Langkah Chaira berhenti di depan sebuah bingkai yang mendapati poto seorang laki-laki yang sedang tersenyum lembut. Chaira mulai menyadari bahwa saat ini dirinya berada di rumah direktur barunya, Edzard.

"Cute" Komentar Chaira setelah melihat foto Edzard yang masih muda.

Pandangannya terhenti pada sebuah foto menampakkan wanita cantik dengan rambut pendek memakai bando kelinci yang imut. Chaira menyipitkan matanya melihat kembali dengan seksama foto itu.

"Aku? " Chaira mengambil bingkai itu dengan bingung "sejak kapan Pa Edzard memiliki foto aku yang masih muda? Apakah memang sebelumnya aku pernah bertemu beliau? Tapi dimana? " Chaira bertanya pada dirinya sendiri.

Chaira memperhatikan kembali foto dirinya yang masih muda usia 18 tahun dan foto Edzard dengan seksama mengingat kembali suatu kenangan yang mungkin dia lupakan.

Sekilas Chaira mengingat suatu memon yang mempertemukannya dengan seorang laki-laki yang bernama Edzard di Bandung.

"Kak Ed?" Gumam Chaira sambil mengambil foto Edzard dengan gemetar.

Ya, Ed adalah panggil spesial Chaira untuk Edzard kala itu ketika dirinya berada di rumah kakek dan neneknya di Bandung selama sebulan. Edzard yang selalu menemani nya bermain dan bersenang-senang selama masa liburan itu. Yah mungkin saja pertemuan itu membuat Chaira menyukai Edzard sebagai seorang laki-laki bukan seorang kakak yang menjaga adiknya dengan baik.

Mengingat kembali kenangan itu, Chaira meneteskan air matanya tanpa suara.

"Chaira, sedang apa disana?" Tanya Edzard yang tiba-tiba masuk kamar sambil membawa bubur dan susu untuk Chaira

Chaira masih terdiam ditempatnya sambil memeluk bingkai itu

"Chaira" Panggil Edzard dengan tegas

Chaira masih tidak bergeming mendengar panggilan Edzard

Edzard menghelas napasnya perlahan lalu meletakkan makanan itu di meja dan berjalan menuju Chaira.

"Chaira" Panggil Edzard lembut

Chaira berbalik ke arah Edzard sambil memperlihatkan kedua bingkai itu bersamaan dengan wajah tertunduk. Edzard yang melihat foto bingkai itu terdiam. Edzard menghela napas memperhatikan Chaira dengan lembut.

"Sudah ingat?" Tanya Edzard hati-hati

Chaira mengangguk kepalanya

"Kamu marah sama aku?" Tanya Edzard lembut

Chaira mengangguk kepalanya sekali lagi

Edzard menyentuh wajah Chaira dengan lembut dan mengangkat wajah Chaira agar menatap nya detik itu juga.

"Kamu kangen aku ga?" Tanya Edzard sarkastis dengan menahan senyum nya

Chaira menggelengkan kepalanya

Edzard tertawa lembut melihat jawaban Chaira yang menurutnya lucu sekali. Edzard menghapus air mata Chaira lalu mengelus rambutnya naik turun dengan lembut.

"Masih sama seperti dulu imut dan cantik"

Chaira menunduk malu mendengar ucapan  Edzard. Edzard mendorong Chaira ke dalam pelukannya yang hangat.

"Aku merindukanmu, Chara" Ungkapan hati Edzard dengan memanggil nama spesial nya.

"And then, i love u more, Chara" Perlahan Chaira meneteskan air matanya setelah mendengar ucapan Edzard

Edzard mengelus kembali rambut Chaira dengan lembut "kamu tidak perlu menjawabnya karena aku sudah tahu jawabanmu. Bukannya begitu, Chara? " Edzard bertanya kepada Chaira memastikan apa maksud tadi perkataannya itu.

Chaira terdiam.

Tak lama, Chaira menganggukkan kepalanya dan menangis di dalam pelukan Edzard, mengeratkan pelukan itu.

Edzard hanya tersenyum mengetahui jawaban  Chaira "Terima kasih, Chara" Sambil mencium keningnya lembut

"Terima kasih telah kembali dan aku mencintaimu, Ka Ed" Ucap Chaira di dalam hati.

By Ainun Solihat