Merelakanmu

"Selama kamu menjaga janjiku untuk membahagiakannya. Aku ikhlas. Aku rela kau bersama sahabat ku.

Karena bagiku.... Cinta seorang sahabat jauh lebih berharga daripada cinta seorang laki-laki"

Tiauri Anindya El-Laili

Seorang wanita sedang duduk di sebuah caffe dengan sebuah laptop yang di berada di depannya. Jari jemari yang lentik itu mengetik di keyboard laptop dengan lincah. Sesekali wanita itu terdiam memikirkan kata apa yang akan di ketiknya untuk selanjutnya sambil menatap ke arah luar jendela caffe. Wanita itu tidak memperdulikan caffe yang semakin ramai dikunjungi. Kebanyakan dari mereka yang mengunjungi caffe bersama teman-temannya, sahabatnya atau kekasihnya. Berbeda sekali dengan wanita itu, dia hayo seorang diri. Ya, seorang diri hanya di temani sebuah laptop dan segelas Thai Tea minuman kesukaannya.

Tiauri Anindya El-Laili, biasa di panggil Uri. Seorang penulis cerita dewasa dan romantis yang disukai oleh kalangan remaja maupun dewasa. Seorang penulis yang memiliki banyak cerita di Aplikasi Story Night dengan followers yang banyak diikuti.

Uri, seorang wanita dewasa yang berusia 21 tahun. Bekerja di salah satu perusahaan Jakarta sebagai Copy Writing. Memiliki postur tubuh yang tinggi dan sedikit berisi, rambut ikal panjang, hidung mancung serta bibir yang kecil. Bisa di bilang dia sempurna dari segi fisik. Woww sekali.

Tapi, Uri hanya seorang wanita yang sedikit sekali berbicara. Pendiam itu kata tepat yang cocok untuk mendeskripsikan sifatnya.

"URI" Teriak seseorang dari arah pintu.

Uri yang merasa dirinya terpanggil menengon ke arah pintu tersebut. Uri melihat seorang wanita tengah berlari ke arahnya. Dia adalah sahabat kecilnya yaitu Rayna Adnania. Sahabat satu-satunya yang mengerti dirinya dan sangat disayangi oleh Uri.

"Hosh hosh hosh" Rayna membungkuk menarik nafasnya dalam-dalam.

Uri menyerahkan minumannya kepada Rayna. Rayna tersenyum sambil mengambil minuman Uri dengan cepat.

"Thanks, Ri" Ucap Rayna berterima kasih kepada sahabatnya. Sedangkan Uri hanya menganggukkan kepalanya.

Rayna duduk di hadapan Uri, menemani Uri yang sedang mengerjakan ceritanya sampai selesai.

"Ri, deadline tulisan kamu kapan?" Tanya Rayna penasaran.

"Besok" Jawab Uri singkat dengan matanya yang masih fokus pada laptopnya.

"Kok cepat banget sih?"

"Biasa"

Rayna hanya menganggukkan kepalanya, mengerti apa maksud dari jawaban Uri.

Hanya keheningan yang ada diantara mereka. Uri sibuk mengetik karena sedang dikejar deadline. Sedangkan, Rayna hanya menenamai sahabatnya, sesekali Rayna memainkan ponselnya untuk menghilangkan kejenuhan.

"Uri" Panggil Rayna hati-hati.

"Hm?" Gumam Uri menjawab panggilan Rayna.

"Sampai sekarang aku penasaran, siapa laki-laki yang kamu sukai?" Tanya Rayna pelan.

Jari jemari yang tadinya sedang mengetik terhenti setelah mendengar pertanyaan dari Rayna. Uri menatap Rayna.

"Kenapa?"

"Hmmm, ngga aku hanya penasaran aja. Habisnya, selama ini kamu ga pernah cerita sama aku. Terutama masalah cinta" Jawab Rayna sambil cemberut.

Uri menopang wajahnya dengan tangan "hmmm, aku belum menyukai seseorang saat ini"

"Jadi, kamu dulu pernah suka sama seseorang? Siapa?" Tanya Rayna dengan semangat.

"Akh? Ngga. Dulu pun aku tidak suka sama siapapun" Jawab Uri kelabakan.

Rayna menatap Uri dengan tajam "bohong"

"Ekh, serius" Uri mencoba meyakinkan Rayna.

Rayna membuang mukanya dengan kesal. Rayna kesal Uri tidak jujur padanya. Bahkan Rayna tahu, bagaimana ketika Uri berkata jujur atau berkata bohong. Saat ini, Uri sedang berbohong padanya karena bertingkah gelisah ketika di tanya menyukai seseorang atau tidak.

Uri yang melihat Rayna sedang kesal padanya menarik nafas dalam. Lalu, menatap Rayna tersenyum lembut.

"Iya iya aku cerita" Ucap Uri dengan pasrah terhadap situasi sekarang.

Rayna yang tadinya kesal langsung menatap Uri dengan tertarik.

"Jadi, aku pernah suka sama seseorang. Menurut aku, dia ini berbeda dari yang lain. Tidak tampan tapi manis. Baik dan tahu cara memperlakukan ku dengan hangat. Sampai, sahabat ku pun menyukainya"

"Akh? Kamu punya sahabat selain aku?" Tanya Rayna bingung karena tidak tahu.

"Iya, ada dia teman masa kecilku"

"Ikhh kamu ga pernah cerita sama aku" Ucap Rayna kesal.

"Mau dilanjut atau ngga?" Tanya Uri berusaha mengalihkan pembicaraan yang satu ini.

"Hehee lanjutkan"

"Aku memperkenalkan mereka sebagai sahabat ku dan teman masa kecilku. Seiring berjalannya waktu, kita sering jalan bareng, makan bareng. Pokoknya apapun yang kami lakukan selalu bersama-sama. Sampai, laki-laki yang aku suka menyukai teman masa kecilku. Begitupun dengan teman masa kecilku. Mereka saling menyukai satu sama lain.

Awalnya aku ingin marah sekali, tidak terima dengan fakta yang aku ketahui. Aku tahu, teman masa kecilku ini dia istimewa sekali, jangankan orang lain yang cepat merasa nyaman akupun merasa nyaman  jika berada di dekatnya. Aku tidak bisa marah pada dia. Karena aku tahu, dia selalu sabar menghadapi sifat ku yang seperti ini.

Berbeda sekali dengan aku yang pendiam, pemalu dan suka menyendiri. Mungkin itu sebabnya, laki-laki yang aku suka menyukainya teman masa kecilku" Cerita Uri sambil menatap Rayna dengan ekspresi wajah yang tidak dapat dibaca oleh Rayna.

"Hmmm, apakah kamu pernah bilang sama laki-laki itu kalo kamu suka sama dia?" Tanya Rayna menatap Uri dengan sedih.

"Hey, jangan menatap ku dengannya kasian seperti itu" Uri mengibaskan tangannya di depan Rayna.

"Habisnya aku sedih mendengarkan cerita mu" Rayna mengusap wajahnya dengan cepat.

Uri hanya tersenyum melihat apa yang dilakukan Rayna "aku sudah pernah mengatakan padanya bahwa aku menyukainya" Uri menatap ke arah lain.

"Lalu, tanggapannya seperti apa?"

"Dia tidak menyukai ku sama sekali. Dia hanya menganggap ku seorang adik yang selalu membutuhkan seorang kakak yang bisa dimengerti"

"Jahatnya" Ucap Rayna tidak menyukai respon laki-laki itu.

"Memang. Tapi, aku tahu. Dari dulu bahkan sampai sekarang dia hanya menganggap ku adik. Mungkin hanya aku yang terlalu baper jika bersamanya kalau itu.

Ketika aku tahu dia menyukai teman masa kecilku. Aku berpesan padanya, tolong jaga dia dengan baik-baik, jangan buat dia menangis hanya karena masalah sepele, dan jangan pernah menyakiti nya. Jika memang suatu saat dia tidak menyukai teman masa kecilku ini, kembalikan padaku tanpa air mata. Dia pernah rapuh dan aku tidak mau mengulangi penderitaan yang pernah dia lalui. Sedangkan dia hanya mengiyakan permintaan ku" Jelas Uri sambil menatap laptopnya.

"Apakah teman masa kecilmu tahu dia menyukai laki-laki itu?"

Uri terdiam sesaat, ragu untuk menjawab pertanyaan dari Uri. Lalu, menatap Rayna dengan ekpresi yang susah di tebak.

"Tidak, dia tidak tahu sama sekali"

Rayna terkejut "kenapa?"

"Aku hanya ingin menjaga perasaannya saja. Aku tahu jika aku berkata jujur dia akan berusaha menjauhiku dan mendekat laki-laki itu kepadaku"

Rayna tersentuh dengan ucapan dan perbuatan Uri.

"Kamu baik" Uri hanya tersenyum memdengar komentar Rayna tentang dirinya.

"Sudah mending jangan bahas itu. Aku tidak mau melihatmu menangis" Rayna mengalihkan pembicaraan.

"Oh iya, Ri. Aku tidak menemanimu lebih lama lagi, tak apa? Aku dan Kak Zay mau main ke taman Pelangi"

"Tak apa. Kamu main aja sama Kak Zay, aku masih mau disini"

"Maaf yah, aku jadi tetap meninggalkan mu sendiri" Rayna menatap Uri sedih

"Ga papa. Pergilah. Titipkan salam kepada Kak Zay dari aku yah"

Rayna mengangguk berdiri dari duduknya, lalu berjalan meninggalkan caffe itu dengan cepat.

"Berbahagialah, Ray. Aku akan bahagia melihatmu juga bahagia. Aku tahu Kamu Ray sangat menyayangimu" Gumam Uri menatap kepergian Rayna.

Flashback

"Maaf, Ri. Aku tidak menyukaimu sama sekali. Aku hanya menganggap kamu sebagai sahabat dan adikku saja" Ucap laki-laki itu menundukkan kepalanya. Tidak berani untuk menatap Uri karena telah menolaknya.

Uri terdiam. Sakit ketika kamu ditolak oleh seseorang yang kamu suka sedangkan dia menyukai sahabat kecilmu.

"Aku menyukai Rayna. Maaf" Ucap laki-laki itu selanjutnya.

Pikiran Uri berkecambuk antara marah, sedih dan kecewa menjadi satu. Untuk marah buat apa? Sedih? Uri tidak sebodoh itu mengeluarkan air mata untuk laki-laki yang tidak menyukainya. Kecewa? Yah jelas, Uri hanya kecewa pada dirinya sendiri. Yang sudah tahu kenyataannya tapi tetap mengungkapkan rasa itu.

"Tak apa. Aku minta maaf karena sudah mengungkapkan perasaan ku" Uri memainkan jari tangannya dengan gelisah.

"Kamu tidak perlu meminta maaf. Aku yang harus minta maaf karena telah menyakiti hatimu" Laki-laki itu menatap Uri dengan sedih.

Uri tersenyum "tidak apa-apa. Teruslah bersama Rayna. Buatlah dia selalu bahagia, jangan membuatnya menangis. Aku akan menonjokmu saat itu jika kamu berani menyakitinya" Pesan Uri kepada laki-laki itu dengan canda untuk meringankan hawa berat dari keduanya.

Laki-laki itu tersenyum kecil "tenang saja. Aku akan selalu mengingat pesan mu dan akan membahagiakannya lebih dari yang kamu bayangkan"

Hah

Uri bernafas dengan lega mendengar ucapan laki-laki itu. Uri tahu dia laki-laki baik bahkan lebih. Dia bukan orang yang menyimpan dendam atau bahkan amarah hanya karena masalah ini.

"Pulang yuk?" Ajak laki-laki itu.

Uri menyetujui ajakannya untuk pulang dari taman komplek.

"Apakah aku harus cerita kepada Rayna tentang hal ini?" Tanyanya sambil masih tetap berjalan berdampingan dengan Uri.

"Jangan, Kak Zay. Aku tidak mau dia bersedih. Aku yakin kalo Kakak cerita sama dia. Pasti dia akan menjauhi aku dan kakak" Tolak Uri sambilan memikirkan kemungkinan terjadi.

"Baiklah. Semoga kamu mendapatkan seseorang yang lebih baik dari aku" Zay mendoakan Uri sambil mengusap kepalanya.

Uri menanggahkan tangannya "aamiin" Lalu mengusap tangannya kepada wajahnya.

Ya, Zay lah laki-laki yang disukai oleh Uri. Laki-laki yang memberinya warna hidup. Bagi Uri, Zay memang berharga. Tapi, yang lebih berharga adalah persahabatan dirinya dengan Rayna. Dia tidak bermaksud untuk berbohong hanya saja dia tahu mana yang terbaik untuk persahabatan mereka.

Uri hanya berharap. Semoga suatu saat nanti, datang seorang laki-laki yang dapat mengubah hidupnya menjadi indah, berwarna dan manis seperti madu. Uri menantikan hal itu dengan menyiapkan hati pada dia yang sangat mencintai dirinya.