Memory

Saat bersamamu, tidak ada lagi tempat lain yang lebih aku sukai.

Seorang gadis menemukan memori dalam kepalanya. Ya, memori yang telah lama terlupakan karena alasan yang tidak bisa dijelaskan. Sebuah nama yang entah milik siapa.

Hari ketika hujan deras adalah saat di mana kau ingin tetap berada di dalam rumah dan menghangatkan diri. Begitu juga dengan Eleena, wanita berdarah Jawa tulen ini. Menatap air langit yang jatuh ke tanah melalui jendela dengan selimut yang membungkus tubuhnya. Pikirannya melayang menembus tirai hujan di balik jendela, ia membayangkan seorang pemuda yang akhir-akhir ini hadir dalam hidupnya. Entah mengapa hanya dengan memikirkan dan memandang foto pemuda itu, Eleena merasa tenang pun gelisah. Sungguh perasaan yang membingungkan bagi seorang Eleena yang pendiam. Namun, bagaimanapun juga, hanya pemuda itulah yang dapat mengubah segalanya di dalam kehidupan Eleena yang terasa tak berarti untuk dijalani. Baginya, pemuda itu adalah sebuah hadiah yang turun dari langit untuk mengisi kekosongan di dalam hati Eleena, Tara namanya.

Kisah mereka berawal dari sebuah ingatan lama yang tiba-tiba muncul di kepala Eleena. Ya, Tara merupakan bagian dari masa lalu Eleena saat masih menuntut ilmu dulu. Mereka lantas kehilangan kontak untuk waktu yang cukup lama.

Saat itu Eleena tak sengaja mendengar sebuah nama dari percakapan orang yang lalu-lalang di jalanan. Awalnya ia mengabaikan, namun semakin diabaikan rasanya semakin melekat dalam kepala. Seperti dipaksa untuk mencari tahu, sebuah nama yang entah milik siapa. Eleena memang mempunyai ingatan yang buruk, baru beberapa tahun terpisah saja rasanya sudah seperti hilang ingatan. Bahkan rupa dan latar belakang Tara saja Eleena tidak ingat, atau memang tidak tahu? Dengan sisa-sisa ingatan yang ia punya, Eleena mencari jejak sang pemuda melalui sosial medianya. Memang tidak semudah bayangan namun akhirnya ia berhasil menemukan sebuah akun yang rasanya tidak asing. Setelah mengecek pesan yang tersimpan dengan akun tersebut, Eleena yakin bahwa itu adalah pemilik nama yang selama ini dicarinya, Tara. Tak disangka Tara membalas pesan dari Eleena dan cerita mereka terus berlanjut.

Awalnya mereka hanya menjadi teman biasa, namun lama-kelamaan rasanya Eleena tak lagi bisa memandang Tara dengan cara yang sama. Ya, seorang Eleena jatuh cinta dengan Tara. Padahal kalau dipikir kembali, rasanya aneh jatuh cinta dengan seseorang yang baru saja kembali dari masa lalu. Walaupun begitu, sejak awal memang Eleena merasa sangat dekat dengan Tara, seperti sudah lama bersama.

Semakin hari perasaan Eleena semakin menguat. Eleena tahu bahwa ia sudah tidak dapat lagi menahan perasaannya. Ia telah jatuh cinta sedalam-dalamnya kepada sang pemuda itu. Hanya dengan membayangkan pemuda itu saja Eleena merasakan jantungnya berdegup sangat cepat seakan-akan telah rusak oleh imaji yang dibuatnya mengenai pemuda itu. Ia harus mengatakannya. Walaupun itu berarti ia harus siap dengan segala kemungkinan, bahkan yang terburuk sekalipun; ia akan kehilangan Tara setelahnya. Tidak ada yang tahu sebelum Eleena mencobanya. Lagipula Eleena percaya bahwa dirinya dan Tara dapat membuat bintang lebih terang dan hari-hari lebih berwarna. Ia percaya bahwa mereka memang ditakdirkan untuk bersama, ia percaya bahwa takdir tersebut telah tertulis di langit dan tertutup oleh awan mendung.

***

Eleena mengajak Tara untuk menikmati senja bersamanya di pinggir pantai yang sunyi. Angin berhembus sangat lembut membuat kesunyian di antara mereka terasa tak canggung. Namun Eleena memutuskan untuk segera memecahkan kesunyian itu.

"Tara ... " Panggil Eleena sembari memandang lekat wajah Tara yang sedang menikmati pemandangan. Hembusan angin dengan lembut menggoyangkan rambut Tara.

"Hmm?" Tara mengalihkan pandangannya ke arah Eleena. Mata mereka bertatapan. Sontak pipi Eleena terlihat memerah namun ia segera menyembunyikannya dengan sebuah senyuman.

"Apakah kamu berpikir bahwa cinta dapat mengubah bintang-bintang di langit menjadi lebih terang?" Tanya Eleena. Sebuah pertanyaan yang konyol, namun Eleena ingin mendengarkan jawaban dari Tara itu.

"Apa maksudmu?" Tara menghela nafas dalam. Ia telah terbiasa mendapat banyak pertanyaan dari Eleena, namun pertanyaan ini terlalu konyol untuk ia jawab. Eleena membalasnya dengan tawa kecil.

"Aku rasa kita bisa mencobanya.. " Ucap Eleena dengan polos berharap Tara mengerti apa yang ia bicarakan.

"Hah?" Hanya itu yang menjadi jawaban Tara. Awalnya ia hanya terdiam, namun tak lama kemudian ia tahu apa yang dimaksud oleh Eleena. Wajahnya lalu memerah dan ia segera membuang mukanya dari Eleena.

"Aku tahu ini rasanya aneh.. " Eleena belum menyelesaikan ucapannya namun Tara segera memotong.

"Aku mencintaimu, Eleena." ucap Tara menatap dalam mata Eleena. Pipinya memerah, hatinya terasa akan pecah namun merasa lega karena ia telah berhasil mengatakannya.

"Tara ... Aku.. " Eleena tidak dapat lagi melanjutkan ucapannya. Ia hanya dapat menatap mata Tara dengan tajam. Sepertinya kata-kata tidak dapat lagi menjelaskan perasaannya saat ini.

"Tidak apa-apa jika kau tidak ingin menjawabnya." Tara menggelengkan kepala. Ia berpikir rasanya tidak mungkin Eleena membalas perasaannya.

"Tara, Aku pun sama." Ucap Eleena malu.

Eleena benar, cinta mereka memang ditakdirkan untuk menjadi satu seperti yang telah tertulis di langit dan tersembunyi di antara awan yang mendung. Kini bintang bersinar lebih terang dari sebelumnya karena awan mendung telah pudar. Mereka saling bertatap dan tersenyum.

"Ayo pulang." Ajak Eleena yang melihat matahari mulai surut.

"Bukankah kau pecinta langit senja?" Ujar Tara penasaran, dengan menatap wajah Eleena.

"Iya.. namun kini hari mulai gelap dan aku takut hantu." Jawab Eleena dengan tertawa lebar.

"Dasar.. " Balas Tara meledek Eleena. Sore itu pun berakhir dengan sangat hangat.

***

"Eleena.. Eleena.. masakan sudah matang, apa kau mau makan bersamaku?" Teriakan Dayana dari balik pintu kamar membuyarkan lamunan Eleena.

"Tunggu aku!" Pinta Eleena. Ia menyingkirkan selimut dari tubuhnya, segera bangkit dan beranjak keluar kamar untuk makan siang bersama Dayana.

Eleena mendengar suara dari gawai miliknya dan segera melihat. Ada sebuah pesan dari Tara.

"Jangan lupa sholat dan dahar¹ ya."

"Nggeh²."

Sebelum menyantap makanannya, Eleena menyempatkan diri untuk mengirim update di Jwitter. Kemudian ia meletakkan gawainya kembali sembari tersenyum tipis.                

¹Dahar dalam Bahasa Jawa memiliki makna Makan.

²Nggeh adalah Bahasa Jawa, kata yang bermakna menyetujui; Iya.