Ch. 11 "Danau"

Cahaya perak bersinar lembut untuk menemani makhluk-makhluk hidup yang tengah tidur saat ini. Tapi tampaknya hal tersebut sama sekali tidak berlaku untuk sosok yang berasal dari neraka.

Tampak surai putih pria tersebut bergerak pelan, manik merah darahnya melirik ke kanan dan ke kiri untuk memastikan aksinya ini tidak diketahui oleh siapapun. Langkah kakinya ia buat sangat ringan hingga tak menimbulkan bunyi yang dapat mengganggu tidur nyenyak.

Namun, seperti pria bersurai putih ini tidak mengetahui kalau tiga sosok pria yang tidur di tendanya juga pada saat itu ternyata tidak tidur sama sekali.

"Mau apa kau?" ucap Beelzebub dengan nada dingin dan tajamnya dengan kedua mata yang memincing.

Keringat dingin mengucur deras dari pelipis sang pelaku saat ini. Iris darahnya bergetar dan perlahan membalikkan kepalanya untuk menatap tiga sosok makhluk dibalik selimut yang sedang menatap tajam dirinya.

"Kau tahu, kami tidak pernah tidur," tambah Leviathan yang semakin memberikan tekanan pada pelaku saat ini. "Kembalilah tidur atau kau akan kami lempar kembali ke neraka!"

Lucifer menarik pelan selimutnya, menampilkan sepasang iris merah besar menyala yang seakan-akan kedua iris tersebut dapat meledak kapanpun karena melotot terlalu besar. "Asmodeus, kau kembali tidur atau sekarang detik ini juga ku bunuh kau!" ucapnya penuh penekanan pada setiap kata-kata yang diutarakannya.

Sang pelaku, Asmodeus, mengambil langkah ringan kembali ke tempat tidurnya dan tanpa mengucapkan apapun langsung menarik selimutnya, dari dalam hati dirinya entah mengapa merasa lega dapat kembali berbaring di tempatnya tanpa satu lukapun walau ia gagal dalam misi menyelinap ke dalam tenda Artemisnya.

Suasana kembali tenang tanpa usaha penyelinapan apapun. Kelima makhluk di tenda Belphegor dan keempat makhluk di tenda Asmodeus terlelap nyenyak di dalam mimpi yang entah indah atau tidaknya. Dan seperti yang seharusnya, matahari kembali terbit menggantikan rembulan dan menyebarkan cipratan cahaya terang ke seluruh daerah wilayahnya saat ini.

Bunyi burung hantu dan kelelawar yang beraktivitas di malam hari perlahan menghilang, dan burung-burung di pagi hari menggantikan suara mereka.

Tetapi terdapat sebuah suara asing yang sedari tadi sangat mendominasi hutan perkemahan Artemis dan kedelapan makhluk neraka saat ini. Suara nyaring yang terbentuk dari benturan dua buah benda besi menggelegar keseluruh penjuru hutan.

"Siapa yang pagi-pagi gini berisik sih?" teriak Satan yang langsung berteriak setelah ia tersadar dari tidurnya. Keempat makhluk yang tidur di sebelahnya tentu saja secara tiba-tiba terlompat dari tidur masing-masing karena suara Satan tersebut.

"Apa kau gila teriak sekencang itu di pagi buta ini, aku bahkan masih sangat mengantuk dan membutuhkan istirahat lebih?" kesal Belphegor.

"Salahkan orang yang berisik di luar tenda kita!" teriak Satan dengan jari telunjuk yang menunjuk langsung ke arah pintu tenda. Mereka semua sontak langsung menoleh ke arah pintu yang dibuka dengan resleting tersebut.

Satu persatu dari mereka mulai meninggalkan tenda untuk melihat sosok jahanam apa yang berani-beraninya membangunkan mereka di pagi buta ini.

"Hei! Ada apa kau berisik di pa-!" Teriakan kemarahan Satan langsung berkurang ketika melihat sosok yang berdiri di dekat tebing dengan sebuah cangkir berisi cokelat panas ditangannya. "Ah, Lucifer maafkan aku," lanjutnya spontan.

"Cih, dia tahu yang ngelakuin Lucifer langsung tidak berisik dia," ucap Belphegor mendecih pelan.

"Kenapa dia langsung begitu setelah tahu yang ngelakuin si Lucifer?" tanya Artemis sambil menatap heran Satan.

"Buat Satan, Lucifer itu sudah seperti ayahnya, Satan yang paling kecil diantara ketujuh penguasa neraka, dulu waktu kita masih di pelatihan dan belum benar-benar menjadi perwakilan. Satan selalu diremehkan karena dialah yang paling kecil, tapi Lucifer selalu membantunya, ya walaupun dimataku Lucifer bukan membantu dia tapi malah lebih ke arah memamerkan kekuatannya sih, tapi entah apa yang dipikirkan anak kecil itu hingga membuat Lucifer menjadi sosok yang ia kagumi hingga sekarang ini," ucap Belphegor.

Artemis menganggukkan kepalanya pelan. "Rupanya di neraka ada pelatihan untuk mewakili dosa besar ya," ucap Artemis.

"Kalau kau ingin melihatnya boleh saja kok!" Artemis terkejut dan menoleh ke arah sumber suara, Leviathan. "Tentu saja kami dengan senang hati membiarkan kau melihat para calon-calon pewakil dosa besar di masa depan nanti," lanjutnya.

"Yap, mungkin kita belum bisa mengatakannya sebagai pengganti." Kali ini giliran Asmodeus yang berucap, entah sejak kapan pria tersebut berada di luar tenda. "Penguasa neraka hanya dapat diganti apabila penguasa pendahulu sudah mati oleh peperangan atau mengundurkan diri. Oleh karena itu, selama kita masih baik-baik disini tentu saja mereka masih belum dapat menjadi penguasa. Mungkin kau harus melihat-lihat neraka suatu saat nanti," lanjut Asmodeus.

Artemis bergidik ngeri, siapa yang tidak takut jika dikatakan untuk mengunjungi neraka. Mungkin dirinya akan bahagia apabila disuruh untuk mengunjungi surga, bahkan tanpa disuruh pun dirinya ingin ke surga.

"Kalian semua sudah bangun, ambil cangkir berisi coklat panas ini kemudian minumlah sambil menikmati terbitnya matahari," ucap Lucifer sembari menunjuk kearah sebuah meja kecil dengan begitu banyak gelas berisi coklat panas di atasnya.

Kedelapan sosok yang mendengar ucapan dari Lucifer sontak saja langsung terdiam, dan entah mengapa di mata masing-masing mereka seperti terdapat kilatan cahaya semangat.

Tak lama setelah itu, mereka berdelapan menatap satu sama lain dan berulang kali melihat cangkir-cangkir di atas meja kecil tersebut, sekelebat ide licik timbul di pikiran mereka sebelum ucapan Lucifer menghancurkan niatan buruknya.

"Masing-masing satu gelas, ada yang ingin merebut milik orang lain, maka akan kurebut pula nyawa kalian kelak."

Artemis menelan ludahnya dengan susah payah begitu mendengar ucapan sinis Lucifer, ia menghancurkan niatannya untuk mengambil gelas milik Mammon dan Apolion. Dengan lesu, sepasang tangannya meraih hanya secangkir coklat panas untuk diminum di pagi hari ini.

Yap, hal yang sama juga berlaku pada makhluk-makhluk neraka lainnya yang mendengar ancaman mengerikan tersebut.

===

"Kyaaaa!"

Suara pekikan dari arah danau membuat ketujuh pria yang sedang fokus merapikan barang-barangnya di perkemahan tersebut langsung terkaget, sebab berdasarkan suara pekiknya tampak jelas kalau yang berteriak adalah seorang gadis, bukan? Dan satu-satunya gadis diantara mereka adalah Artemis.

"Artemis!" gumam Beelzebub. Ia bergegas berlari menuju danau, namun langkah kakinya langsung berhenti dalam sekejap ketika melihat sosok Artemis yang baru saja keluar dari hutan dengan tampang bingung karena sedang dilihat secara intens oleh tujuh pasang mata. "Kalau kau berada di sini, lalu pekikan itu suara siapa?"

Artemis menggidikkan bahunya. "Aku pun mendengar karena itu aku cepat-cepat kemari untuk melihat. Apa sebaiknya kita lihat siapa yang berada di danau," ucapnya yang disetujui oleh ketujuh makhluk neraka lainnya.

Hutan adalah satu-satunya akses menuju danau. Mereka melewati hutan dan melihat sebuah danau cukup besar dengan air yang begitu jernih, tidak seperti danau-danau biasanya.

Di danau tersebut, terlihat sosok kecil bersurai hitam. Pantulan sang mentari di atas air tersebut membuat mereka kesulitan untuk melihat. Secara perlahan kedelapan makhluk ini mendekat kearah anak bersurai hitam tersebut.

"Satan?!" kaget Mammon.

Satan menoleh dengan raut wajahnya yang benar-benar pucat pasi. Bibirnya membiru dan sepasang manik hijau mint-nya membulat, jika orang melihat kondisinya saat ini mungkin orang akan langsung menganggap kalau Satan mati mengenaskan dengan mata yang terbuka di sebuah danau.

Kedelapan orang tersebut menatap Satan dengan raut wajah bingung. Tentu saja kata 'mati' berada dalam pertimbangan di otak masing-masing mereka saat ini.

"Apa dia mati?" tanya Apolion.

Pertanyaan pria tersebut tak memperoleh jawaban sama sekali. Mereka kebingungan dengan kondisi Satan saat ini. Mammon yang merasa tidak mungkin bagi sosok Satan untuk mati semudah itu langsung mencari cara untuk menyadarkan anak pemarah tersebut.

Ia melirik kearah ketiak Satan dan menggelitikinya, namun tiada respon. Masih belum menyerah, Mammon memukul kepala Satan hingga darah segar mengalir dari pelipisnya, tiada pula respon dari Satan. Mammon masih belum menyerah pula, ia meninju wajah Satan hingga kali ini darah keluar melalui hidung anak tersebut.

Ketujuh lainnya yang menonton aksi Mammon mengernyit heran, otak mereka memikirkan hal yang serentak saat melihat sikap Mammon pada Satan.

'Dia ingin menyelamatkan Satan atau mau membunuhnya?'

Artemis berdeham pelan sebelum Satan benar-benar mati oleh ulah Mammon. Gadis tersebut menyuruh Mammon untuk berhenti dan memegang pundak Satan. Bibirnya mendekati telinga pemuda tersebut dan berkata,

"SATAN ADA LINTAH RAKSASA!"

Satan langsung terkejut, mungkin jantungnya terpacu oleh suara luar biasa Artemis hingga membuatnya kembali berdetak. Bahkan, ketujuh orang yang mendengarkan teriakan Artemis mungkin juga akan mendapat serangan jantung.

"Tuh kan, kalau aku yang melakukannya dia pasti akan langsung tersadar," ucap Artemis dengan senyum bangganya.

"Sudahlah, ayo kita cepat-cepat meninggalkan tempat ini!" ucap Satan dengan raut wajah ketakutannya. Apolion menatap heran sobat karibnya Satan, tidak biasanya anak pemarah seperti Satan dapat semudah itu takut pada sesuatu, kecuali apabila makhluk tersebut benar-benar mengerikan.

"Ada apa memangnya?" tanya Apolion. Satan hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat dan bergegas keluar dari danau dibantu dengan Apolion.

Satan menoleh kearah tujuh makhluk yang berada di depannya saat ini. Mereka bertujuh tampak menatap ke atas entah kemana, Satan pun mengikuti arah pandangan mereka bertujuh dan tekerjut melihat sosok makhluk raksasa di danau.

"Dia datang," gumam Satan. "Makhluk yang membuatku ketakutan."