Jalan

Pagi itu, Hardi mendatangi galeri Disty dan memperhatikan lukisan-lukisan abstrak yang ada di sana. Atau lebih tepatnya, pura-pura memperhatikan. Kali ini ia punya agenda lain, mumpung Disty belum datang.

Ia menempelkan telapak tangannya ke salah satu dinding, berdekatan dengan lukisan abstrak penuh coretan biru. Ia berusaha agar tubuhnya rileks. Bisa celaka kalau kamera CCTV merekamnya melakukan kegiatan mencurigakan.

Tak melihat daun pintu yang terbentuk di dinding itu, ia sedikit mengalirkan kekuatannya. Ia sudah hampir berjengit saat mendapati sedikit retakan yang muncul langsung menghilang, mirip sekali dengan apa yang terjadi di baju logam si cakram merah. Itu tandanya ia tak bisa membuka pintu itu dengan kekuatannya.

Mau bagaimana lagi, ia memang tak berharap semuanya berjalan mudah. Disty pasti sudah mengantisipasi semuanya, termasuk melindungi dinding yang menyembunyikan pintu lift ini dari kekuatannya.

“Hardi, kamu ngapain di sini?”