Ketika Alma membuka mata, ia hanya melihat sekumpulan siluet hitam yang sesekali bergerak pelan. Bila ia memejamkan matanya kembali, ia dapat mendengar jangkrik-jangkrik yang terus menjerit, suara angin yang menyibak dedaunan, dan sesekali suara burung hantu dari kejauhan. Ia tidak tahu apakah suara burung hantu itu yang membuat tubuhnya merinding, ataukah angin dingin yang kini menggerogoti tubuhnya.
Ia mencoba bangkit, tapi tubuhnya tertahan. Saat ini ia duduk bersandar pada sebuah batang pohon, tubuh dan kedua tangannya ditarik ke belakang dan diikat menggunakan tambang. Sementara itu, kedua kakinya dirapatkan dan diikat pada bagian pergelangannya.
Setiap kali ia menggunakan sisa-sisa tenaganya untuk mencoba melepaskan diri, ia malah merasakan sakit pada pergelangan tangan dan punggungnya, dan itu membuat ia mengerang. Setidaknya, erangan itu membuat ia sadar bahwa mulutnya sedang tidak disumpal.
“Tolong! Toloong!” teriak Alma.