—Mereka bangun lebih pagi dari biasanya. Sepertinya ada sesuatu, mungkin sesuatu yang menarik sehingga mereka bangun sepagi ini.
Aku pun menepuk jidat sambil menyumpah serapah mereka. Tadi malam mereka membuat keributan dan sekarang mereka menyikat habis semua makanan tanpa pandang dulu.
"Sialnya mengapa aku harus mendapatkan penginapan ini...," gumamku sambil menghela napas.
Mungkinkah mereka sedang mencari sesuatu sepagi itu? Dan itu adalah sebuah informasi di papan sana? bisa saja, tapi sebelum aku memeriksanya, aku harus segera pergi ke toko senjata untuk membeli beberapa barang yang kuperlukan.
Akhirnya aku pun tiba di toko senjata itu. Lalu kubuka pintunya dan mendapati sebuah ruangan yang di penuhi oleh berbagai senjata.
"Selamat datang, ada yang saya bisa bantu," sambut seorang laki-laki paruh baya yang menggunakan atribut cukup lengkap.
Ia memiliki perawakan layaknya seorang laki-laki dewasa dengan tubuh yang cukup bersisi. Menggunakan sebuah celemek kulit cokelat di mana aku bisa melihat beberapa alat mencuat dari saku tengahnya.
Ia menggunakan sebuah kaca mata khusus. Aku tidak tahu jenis kaca mata itu, tetapi mungkin kaca mata itu khusus digunakan untuk melindungi mata.
Bagian bawahnya dari mulai sepatu cokelat yang terlihat lusuh dengan berbagai macam jenis noda hitam. Kulihat celananya pun ada beberapa bagian yang robek dan dipenuhi oleh jaitan di berbagai sisi.
Ruangan ini di hiasi oleh berbagai senjata. Mereka semua di gantung pada dinding dengan sangat rapi, untuk bagian etalasenya kulihat dibagi menjadi beberapa bagian.
Pada bagian samping kiri terlihat beberapa busur dan anak panah, bagian tengah berupa senjata-senjata yang cukup kecil, dan bagian kanan adalah jenis-jenis pedang yang terlihat cukup mengagumkan.
Di pojok kanan aku melihat sebuah tong kayu yang dipenuhi oleh senjata juga, mungkin itu adalah senjata yang gagal? Atau senjata yang dijual murah? Entah itu hanya tebakanku saja.
Hampir seluruh ruangan ini di dominasi oleh warna cokelat. Baik lantai dan langit-langitnya pun sama, sedangkan pada beberapa bagian dindingnya di lapisi oleh baja yang terlihat awet.
"Ohh. Apakah ada senjata yang cocok untuk digunakan seorang pemula?"
"Ahh... apakah Anda seorang penjelajah baru? Kalau begitu pilihan senjata ini mungkin cocok dengan Anda," ucapnya lalu menunjuk beberapa senjata yang ada di dinding.
Senjata itu berupa beberapa belati dan juga pedang dengan ukuran sedang. Ada juga tombak serta beberapa Crossbow berwarna hitam.
"Coba kita lihat, bagaimana dengan ini," lanjutnya sambil memperlihatkan sebuah pedang berukuran sedang.
"Bisakah aku memegangnya?" tanyaku sambil memperhatikan.
"Tidak masalah. Silakan."
Ukurannya memang tidak sebesar milik kesatria waktu itu. Baik berat dan bentuknya juga lumayan, tetapi dengan pengalamanku yang sedikit, dan juga kemampuanku yang kurasa belum memadai. Tampaknya pedang ini terlalu awal bagiku.
"Sepertinya ini terlalu awal bagiku. Apakah ada yang lain?"
"Hmm. Jika seperti itu, apakah tuan memiliki referensi senjata yang diinginkan?" tanyanya sambil menggaruk dagu.
"Referensi ya? Mungkin yang mudah di bawa dan praktis untuk digunakan dalam jarak dekat"
"Jarak dekat? Coba saya lihat dulu sebentar."
Ia pun mulai pergi ke ruang di belakangnya dan menghilang dari pandanganku setelah melewati pembatas kain pada bagian atas pintunya.
Tidak lama kemudian ia kembali sambil membawa sesuatu yang dibungkus oleh kain.
"Ini adalah senjata yang baru saya buat tidak lama ini. Mungkin tidak memiliki atribut tambahan ataupun penguat lainnya. Namun, setidaknya referensi yang Anda katakan tadi pas sekali dengan kriteria senjata ini," tuturnya lalu membuka kain itu.
"Sebuah belati?"
"Ya. Ini adalah belati. Belati ini cukup berbeda dengan belati lainnya. Jika Anda tidak percaya, maka Anda bisa membandingkannya dengan yang ini."
Setelah itu ia memberiku belati lain yang berbeda. Mungkin dari bentuk dan juga tekstur sedikit mirip. Namun....
"Beratnya?"
"Benar. Jenis logam yang saya gunakan untuk membuat belati ini cukup ringan, tetapi baik ketajaman, dan fungsinya tidak kalah dengan jenis belati lainnya. Mungkin ini terdengar sederhana, tetapi jika saat ini kita berada di medan pertempuran, maka kedua faktor tersebut akan sangat berpengaruh pada hasil pertarungan tersebut," jelasnya sambil memoles belati itu.
"Terdengar meyakinkan. Namun, mengapa Anda merekomendasikan belati itu?"
"Intuisi"
"Intuisi?"
"Ya. Intuisi saya selama ini tidak pernah salah. Anda mungkin terlihat seperti seorang pemuda biasa, tetapi entah kenapa saya merasa jika itu hanya penyamaran Anda saja. Hahahaha... ini terdengar aneh, tapi sebagai pengrajin senjata hal seperti ini selalu membuat saya semangat"
"Tidak. Aku sudah sering mendengar hal seperti itu, tetapi kalau memang itu adalah intuisi Anda. Mungkin saja benar, ya...
mungkin saja aku terlihat seperti itu. Namun, aku yakin bisa menjadi sesuatu yang spesial seperti apa yang Anda harapkan"
"Ahahahaha! Tenang saja. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing dan bagi seorang pemula seperti dirimu itu adalah hal yang wajar. Bagaimana? Apakah kau akan mengambil taruhan ini atau tidak?" tanyanya seperti mengharapkan sesuatu dariku.
Untuk beberapa saat aku terdiam memikirkan tawaran itu. Sejujurnya aku tidak terlalu tahu-menahu tentang senjata atau hal-hal seperti ini. Namun, jika hal seperti itu adalah perkataan seorang ahlu, maka mungkin aku akan mengambil taruhan itu.
Taruhan yang ia maksud bukanlah tentang sesuatu yang tabu, tetapi melainkan lebih mengarah kepada potensi. Aku juga tidak tahu sejauh mana potensiku akan berkembang, tetapi berpikir hal seperti ini sangat jarang terjadi. Aku akan mengambilnya....
"Baiklah. Aku akan mengambilnya," ucapku penuh keyakinan.
"Mata yang bagus, saya suka tatapan itu. Ambillah belati ini, saya harap belati ini bisa menjadi rekan Anda dalam mencari potensi itu," tuturnya dengan senyum lebar.
"Berapa harga yang harus aku bayar?"
"Anda bisa mengambilnya dengan setengah harga"
"Wah?! Yang benar?"
"Tentu saja saya tidak berbohong. Anggaplah sebagai hadiah pertama Anda sebagai seorang penjelajah"
"Apanya yang hadiah, ini lebih mirip seperti memorial," balasku dengan senyum tipis.
"Ahahahaha! Pengamatan yang bagus. Semua menjadi lima koin perak."
Aku pun memberinya lima koin perak. Setelah beranjak pergi dari toko dengan perasaan lega. Sang pemilik toko pun terlihat senang, ia seperti mendoakanku agar tetap selamat.
Benar-benar orang yang unik. Aku akan mengambil kebaikanmu ini untuk perjalananku nanti... terima kasih.
Setelah itu kembali pergi menuju papan pengumuman sebelumnya. Aku harap masih bisa melihat informasi seperti apa yang membuat orang-orang tertarik berkumpul di sana.
Jika tidak salah papan pengumuman itu berada di dekat alun-alun kota. Aku pun segera pergi ke sana dengan berjalan pelan sambil menikmati suasana pagi hari di kota ini.
Angin berhembus pelan, begitu dingin nan sejuk, tetapi itu tidak mematahkan semangat orang-orang yang berlari dengan wajah ceria. Mungkin dingin dan penuh dengan nuansa putih, sayangnya itu bukanlah gulungan permen kapas yang dapat dimakan.
Beberapa orang terlihat sedang berkumpul di Stand makanan. Di atas mejanya terlihat beberapa gelas kayu yang mengeluarkan uap. Mereka berbincang-bincang tentang sesuatu dengan semangatnya.
Pagi yang indah dan suasana penuh keharmonisan. Tanpa adanya perselisihan ataupun pertikaian. Orang-orang tersenyum menyambut hari ini dan anak-anak berlarian saling mengejar satu sama lain.
Benar-benar pemandangan tiada tara. Di mana lagi aku bisa melihat hal seperti ini? di Bandung saja terkadang aku melihat beberapa pertengkaran karena hal yang sepele, tapi di sini semua itu tampaknya tidak ada. Syukurlah... karena hal seperti itu bisa membuat perasaanku jadi aneh.
Akhirnya aku pun sampai di papan pengumuman itu. Waktu benar-benar tidak terasa karena aku berjalan sambil menghayati suasana kota ini.
Begitu aku sampai banyak sekali orang-orang sedang berkumpul. Mereka membuat kelompoknya masing-masing dan terlihat sedang membicarakan sesuatu.
Namun ketika aku pergi mendekat, entah mengapa ada beberapa orang mungkin saja seorang penjelajah sepertiku yang sedang membicarakan sesuatu.
"Apa kau dengar tentang kabar itu?"
"Kabar?"