Hunting Quest

"Ya. Tampaknya tim gabungan yang digagas oleh seorang Penyihir Agung berhasil menumbangkan beberapa Hydra di Danau Kegelapan—"

"Whoaa!! Maksudmu Hydra... monster berkepala naga yang itu?"

"Seperti itulah"

"Dari mana kau mendengarnya?"

"Tidak lama tadi ada seorang penjual koran membagi-bagikan informasi itu secara gratis"

"Wahahaha! Benar-benar orang yang baik"

"Lalu... apakah ada korban dalam pertempuran itu?"

"Hmm. Menurut informasi yang aku dapatkan, hanya sepertiga dari pasukan saja yang menjadi korbannya"

"Syukurlah. Jika bukan karena mereka, maka yang aku takutkan adalah monster itu bisa saja melibas kota ini"

"Ya, ya. Aku setuju dengan itu. Lagi pula yang aku dengar Hydra itu sedang mencari mangsa baru dan aku takut kota ini terkena imbasnya—"

Sepertinya beberapa saat yang lalu telah terjadi pertarungan besar antara sekelompok penjelajah dan juga seekor monster.

Hydra?

Setelah aku mendengarkan informasi gratis itu, aku pun kembali pada papan pengumuman di depan sana.

"Coba kita lihat."

Misi Spesial:

—Penumpasan Seekor Wyvern Salju.

Setelah aku mencoba membaca sesuatu yang berada di papan ini. Ada sesuatu yang benar-benar mengganjal dan anehnya aku baru menyadari hal tersebut ketika aku mendengar perbincangan beberapa orang sebelumnya.

Yaitu... mengapa aku mengerti dengan apa yang mereka bicarakan dan mengapa aku bisa membaca huruf maupun angka pada papan ini?

Untuk sesaat kedua tanganku benar-benar gemetar. Ini sangat menarik... benar-benar sangat menarik, siapa yang akan kegirangan hanya karena mengerti hal sesederhana seperti ini? Tentu saja orang itu adalah aku, siapa lagi?

Menghiraukan perasaan baru itu, aku pun terus membaca pengumuman yang tertera pada papan.

—Seekor Wyvern Salju terlihat melewati Lembah Arkan dan beberapa Penjelajah senior mendapati Wyvern tersebut sedang beristirahat di sekitar daerah Lembah Arkan tersebut. Kalahkan Wyvern tersebut sebelum mendekati kota ini, lalu ambil sisik dan taringnya. Setelah menyelesaikan misi tersebut bawa barang yang diminta menuju Karlan si Pengrajin Senjata.

Hadiah: 10 Keping Koin Emas dan barang ekstra apabila barang-barang yang diminta dalam keadaan utuh dan tidak rusak.

"10 keping koin emas? Itu bukanlah harga yang murah untuk kepala si Wyvern ini. Karlan? Apakah orang ini adalah

pengrajin senjata yang barus saja aku datangi?"

Walaupun aku tercekat dengan hadiah yang ditawarkan pengumuman ini. Namun, dengan pengalaman dan juga keahlianku yang masih jauh di bawah sekali. Mengambil misi ini adalah percobaan bunuh diri dan aku tidak ingin menyianyiakan kehidupanku di sini hanya karena hadiah imbalan yang diberikan.

Aku pun kembali mencari beberapa informasi tambahan lainnya. Hingga akhirnya aku menemukan misi yang mungkin saja bisa aku ambil.

Misi Perburuan:

—Kalahkan seekor Howling Wolf di Hutan Brimming Hood yang berada sebelah timur dari kota Seihzt. Informasi lanjut dapat ditanyakan kepada beberapa penjaga gerbang yang sedang berpatroli di sekitar kota bagian utara. Setelah mengalahkan monster tersebut bawa dua buah taringnya sebagai tanda bukti menuju Hilda sang Pengrajin Aksesoris.

Hadiah: 30 Keping Koin Perak.

"Hmmm... apakah aku bisa melakukannya? Dengan kemampuanku saat ini? Tetapi, kapan lagi aku mencobanya? Ini adalah pekerjaan di dunia ini dan terdengar cukup menegangkan."

Mau tidak mau aku pun mengambil misi itu dan segera pergi menuju sumber informan yang pengumuman ini berikan.

Beberapa saat setelah itu akhirnya aku tiba di bagian utara kota ini. Informan yang sedang aku cari adalah penjaga gerbang yang sedang berpatroli, itu artinya bisa siapa saja, dan sebuah kebetulan yang luar biasa aku sudah melihatnya tepat di depan sana.

"Tunggu...," ujarku sambil berusaha mengejar dua orang penjaga yang sedang berpatroli.

Berlari di cuaca seperti ini benar-benar menguras stamina cepat sekali. Bukan saja memulihkan stamina, tetapi juga menghangatkan tubuhku sehingga aku memerlukan tenaga ekstra untuk melakukannya.

"Ya? Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang perempuan.

Ia memiliki rambut panjang cokelat yang tergerai lurus hingga sepinggang. Poni kirinya rata sehingga menutupi sebelah matanya. Pada bagian kanan rambutnya terdapat sebuah pin berbentuk labu oren.

Tingginya tidak lebih dari seleherku. Kulitnya putih bagaikan salju. Ia juga menggunakan sebuah topi tapi tidak seruncing seperti beberapa orang yang mirip dengan atribut pakaiannya. Hanya berwarna hitam dengan lingkaran pita berwarna cokelat dan hijau pada bagian bawahnya.

Penampilannya berbeda dibandingkan dengan beberapa penjaga yang sebelumnya pernah aku jumpai. Untuk pakaiannya sendiri adalah sebuah kemeja putih dengan kancing hitam yang terlihat rapi, jubah panjang hingga sepaha, dan rok hitam pendek.

Terakhir adalah sepasang sepatu cokelat yang menutupi kaki mulusnya hingga lutut bagian atas. Ia juga membawa tongkat kayu panjang yang atasnya menyerupai bulan sabit dengan gantelan kristal hijau.

"Apakah kau penjaga salah satu penjaga gerbang yang sedang berpatroli?"

"Ya. Itu benar, apakah ada yang saya dapat bantu?"

"Emm. Aku dengar ada misi perburuan serigala, apakah kau bisa menjelaskannya secara detail?"

Dua orang yang aku anggap sebagai penjaga ini saling bertukar pandang. Jika dilihat dari dekat mereka ini lebih mirip seperti seorang penjelajah kalau dibandingkan dengan penjaga gerbang.

Pasalnya yang satu adalah seorang perempuan dengan atribut pakaian seperti Mage? Apakah itu sebutan yang pas untuk tipe pekerjaan perempuan ini? entah. Satunya lagi adalah seorang kesatria dengan baju zirah, aku juga bisa melihat sebuah pedang tersabuk pada bagian pinggang kirinya.

"Apakah kau pendatang baru di sini?"

Aku pun mengangguk, tetapi setelah itu mengambil napas perlahan-lahan.

"Tenanglah. Lagi pula misi yang kau tanyakan itu adalah sebuah misi umum. Kau bisa menanyakan pada konter penjagaan di setiap gerbang. Mungkin mereka belum mengganti pengumumannya"

"Namun, karena kau sudah berusaha mengejar kami untuk mendapatkan informasi ini. Aku akan dengan senang menjelaskannya," tutur penjaga perempuan.

Setelah itu kami pun menyisih ke pinggir jalan. Ia mulai menjelaskannya dengan perlahan-lahan agar aku dapat memahaminya dengan sangat baik.

Hal pertama yang harus aku lakukan adalah mengikuti jalan dari sini hingga menuju hutan di depan sana. Setelah menemukan sebuah sungai yang mengalir tidak jauh dari sana, aku harus kembali pergi berlawanan arah dari arus sungai itu untuk mencapai Hutan Brimming Hood.

Setelah itu aku mengucapkan terima kasih kepada mereka dan segera berangkat untuk memangkas waktu yang ada.

Beberapa saat kemudian aku pun tiba di sungai itu. Seingatku setelah ini aku harus berjalan melawan arus sungai untuk mencapai Hutan Brimming Hood.

"Ini cukup melelahkan juga...."

Rintik-rintik salju yang mengambang di antara semilir angin dingin dan gemersik daun pohon terasa hidup. Tumpukan salju yang memapar sejauh mata memandang, terlihat seperti selimut yang hangat, tapi penuh kejutan.

Aku tidak tahu karena sebab apa pepohonan di sekitar sini terlihat subur dan penuh dengan dedaunan eksotis. Namun, apa yang membuatku paling terkejut di antara semua hal yang terjadi hari ini maupun kemarin adalah mengetahui seekor hewan dapat berbicara. Ya, makhluk kerdil tak tahu malu itu adalah Vice.

Kakiku masih melangkah pelan menelusuri hutan bersalju ini dengan kewaspadaan. Hingga akhirnya aku tiba di sebuah tempat yang mungkin dapat aku katakan adalah jalan buntu.

"Tebing? Apakah aku salah jalan?"