For New Journey

Setelah momen memalukan itu, kami berdua pergi keluar untuk melihat apakah ada pakaian yang lebih cocok untuk Val dan tidak membuatnya terlihat mencolok.

Namun, begitu kami menemukannya. Hal pertama yang ia tunjukan padaku adalah sebuah pakaian pelayan.

"Ughh... bukankah ini membuatmu lebih terlihat mencolok, Val?"

"Umm? Begitukah? Tapi, ini lebih cocok dari beberapa pakaian yang aku lihat sebelumnya," ucapnya sambil mengangkat bagian bawah dadanya ke atas.

"Kau kira aku seorang bangsawan yang memerlukan seorang pelayan?"

"Setelah ikrar itu kedudukanku lebih rendah—"

"Berhentilah mengatakan kata itu. Itu adalah salah satu dari sekian kata yang paling kubenci," potongku cepat lalu membuang napas. "Apa kau yakin dengan ini, Val?"

Ia pun mengangguk cepat dengan pipi yang merona.

"Setelah mendengar perkataanmu tadi aku jadi semakin yakin"

"Sebagai pelayan?"

"Ya! tepatnya sebagai pelayan kasih sayang, ahnn," jawabnya sambil berlagak seperti perempuan genit.

Aku pun menepuk jidatku sendiri dan berharap tidak terjadi masalah dikemudian hari. Setelah itu aku pergi ke meja kasir dan membayar pakaian Val. Selain pakaiannya, hari ini juga kami berbelanja beberapa kebutuhan lainnya.

Kebutuhan lain yang aku maksud adalah persediaan makanan. Setidaknya itu untuk berjaga-jaga dari penghuni tempat penginapanku berada ketika jamuan makan di adakan. Mereka semua tidak berperasaan karena menghabiskan jatah makanku juga yang seharusnya itu semua adalah milikku.

Sebelumnya aku juga bertanya-tanya tentang kemampuan apa saja yang ia miliki. Apa saja yang bisa ia lakukan selain menggunakan sihir.

"Serius?"

"Apakah aku tidak semeyakinkan itu di matamu, Raven?"

"Tidak. Maksudku ilmu bela diri jarak dekat? Itu masih membuatku terkejut. Coba lihat saja dirimu? Anggun, lengan yang ramping dan indah, bentuk tubuh bagus, wajah memukau... siapa yang akan percaya dengan penampilanmu seperti itu?"

"Ara~ hehehe. Terima kasih atas pujianmu itu," sahutnya sambil tersenyum genit.

"Ya, ya, ya. Apa kau bisa memperlihatkannya padaku?"

"Tentu saja. Apa yang tidak untukmu, Raven."

Saat ini kami berada di luar kota, tepatnya di sebuah lapangan luas yang dipenuhi oleh hamparan salju. Val pun mulai memeragakan beberapa teknik serangan jarak dekatnya.

Beberapa teknik yang ia perlihatkan memang cukup asing bagiku. Namun, jika aku telisik secara lebih dalam... semua gerakan itu mengarah pada CQC—Close Quarter Combat.

Bagaimana ia memainkan pergelangan tangannya untuk membalikkan keadaan, teknik kakinya yang bergerak lincah menyesuaikan kondisi, hingga beberapa pukulan dan tendangan rendah hingga menengah yang bisa saja menumbangkan lawannya dalam sekali serang.

"Wah... keren. Siapa yang akan menyangka ada seorang Vampir yang bisa melakukan hal ini"

"Apakah itu pujian?"

"Bukan, itu celaan"

"Dasar!"

"Mau dilihat dari sisi manapun, ini menandakan bahwa bagaimana mungkin seorang yang memiliki keahlian tinggi seperti dirimu menjadi pelayan seorang anak laki-laki yang baru saja ia temui dalam satu hari. Huhh... benar-benar aneh," tuturku sambil membuang napas.

"Semua karena kasih sayang," sahutnya lalu mendekat ke samping kiriku.

"Baiklah... bisakah kau mengajariku?"

Ia pun langsung mengangguk. Dimulailah saat ini pelatihan bagiku yang selama seumur hidupnya belum pernah bergelut di bidang ilmu bela diri. Ya... mungkin teknik membanting lawanmu dengan refleks cepat bisa di sebut salah satunya, tapi tidak sedalam apa yang Val kuasai.

Selama kurang lebih dua bulan aku belajar CQC bersamanya. Ia melatihku cukup keras mengingat itu adalah permintaanku. Selain melatih teknik bela diri, malamnya aku juga mencoba memahami fenomena aneh yang disebut sihir.

Dalam duniaku sihir adalah sesuatu yang tabu. Orang-orang sering menyebutnya sebagai ilmu hitam dan menyangkut pautkannya dengan mitos-mitos daerah. Namun, di dunia ini semua itu terdengar seperti dongeng kanak-kanak.

Kekuatan yang dapat memanipulasi aura alam, itulah yang mereka sebut sebagai sihir di sini. Sepertinya ada beberapa jenis dan tipe sihir yang ada di dunia ini. Semua itu menyesuaikan diri dengan keadaan dan kondisi sang pengguna.

Jika aku mendapatkan aura es, apakah itu artinya kondisiku sedang buruk?

Lagi pula aku mendapatkannya dari monster bola salju. Kristal yang masuk ke dalam senjataku dan itu membuat tubuhku seperti direkonstruksi ulang menyesuaikan jenis sihirnya. Karena itulah saat ini aku mendapatkan kekuatan baru yang cukup bermanfaat, yaitu aku tidak mudah kedinginan.

Mungkin tingkat imunitasku terhadap suhu dingin bertambah. Di sisi lain ketika Val mengajariku beberapa teknik di tempat salju ini, ia selalu menggunakan mantel berbulu. Aku jadi tidak enak jika selalu harus membuatnya kedinginan hanya karena keegoisanku.

Setelah dua bulan masa pelatihan dan juga pemahamanku. Dua bulan selanjutnya adalah melatih diriku untuk membiasakan diri dengan kemampuan baruku. Mungkin lebih tepat bagaimana cara yang lebih efektif dan efisien dalam menggunakannya, serta mengontrol dan menyetabilkannya agar tubuhku tidak terlalu terbebani dengan kekuatan ini.

Empat bulan berlalu dengan cepat dan bulan kelima lebih tepatnya 12 hari setelah bulan keempat, kami berdua menjalankan misi setelah sebelumnya hanya fokus pada pelatihanku saja. Di sini aku mencoba menggunakannya sebaik mungkin dan melatihnya agar aku bisa terbiasa.

Hingga memasuki hari ke 20 saat itulah hari yang tepat aku meninggalkan kota ini dan pergi menjelajahi tempat baru yang sedang menantiku.

"Apakah kau sudah siap, Val?"

"Ya. Aku sudah membereskannya dengan rapi. Tidak ada barang yang tertinggal dan juga yang terlupakan, semuanya sudah siap, Raven," jawabnya.

"Maksudku adalah...." aku pun mengambil napas dan mencoba membuat ekspresi senatural mungkin, "Apakah kau siap untuk pergi berpetualang bersamaku?" tanyaku dengan senyum tipis.

"Ya! ke mana pun kau pergi, di situlah tempatku kembali," jawabnya lagi dengan senyum mengembang dan pipi yang merona.

Aku pun mengangguk pelan, "Baiklah...."

Untuk beberapa saat aku pun melihat kamar tempatku menginap. Meskipun kecil dan hanya cukup untuk satu orang, tapi tempat ini adalah salah satu pin poinku. Tidak peduli seperti apa bentuk dan luasnya, tempat inilah yang mengajarkanku beberapa hal.

Ketika aku menoleh, kulihat ia telah siap untuk berangkat. Seperti biasa, ia sama sekali tidak ingin mengganti pakaiannya itu meskipun sudah berapa kali aku ingatkan. Namun, ia bersikeras untuk menggunakannya, karena itulah tugasnya sebagai pelayanku.

Aku pun hanya bisa pasrah pada saat itu dan menerima tatapan tidak tenak dari orang-orang di kota ini. Mungkin lebih

tepatnya adalah tatapan dari para lelaki yang bisa saja iri karena melihatku memiliki seorang pelayan perempuan secantik dirinya.

Saat ini pun sama, perempuan yang aku lihat adalah seorang pelayan. Ia sedang menggenggam sebuah koper cokelat dengan kedua tangannya. Persis seperti apa yang diinginkannya selama ini. Aku saja tidak tahu bahwa kasta tertinggi dalam artian maksudnya adalah seorang mantan permaisuri.

Setelah dua bulan kami berlatih. Saat itulah ia menceritakan semuanya padaku, siapa sebenarnya perempuan yang bernama Valeria Kriez Hart ini, apa yang diinginkannya, bagaimana dirinya bisa berada di lapisan dunia Vytair, hingga alasannya hidup saat ini.

Benar-benar sebuah perjalanan rolercoaster. Perasaanku di bawa naik-turun karena kisahnya. Begitu rumit dan kompleks, aku sampai membayangkan seperti apa hidupnya menjadi seorang permaisuri yang dikhianati oleh anggota keluarganya sendiri.

Mengingat semua itu saja sudah membuatku yakin jika Val memanglah seorang perempuan yang baik dan tulus.

Meskipun semua itu telah menimpanya, tetapi ia tidak menyimpan dendam kepada keluarganya sendiri.

Sebelum aku membuka pintu, aku pun berbalik.

"Apa ada yang ketinggalan?" tanyanya lalu melirik ke segala arah.

Dasar, benar-benar perempuan yang aneh....

Setelah itu aku pun mengelus kepalanya, "Terima kasih," tuturku lembut.

Wajahnya pun membeku dengan tubuh membeku seperti terkena sebuah kejutan yang keras. Dari dalam hatiku aku hanya bisa tertawa dan berterima kasih secara bersamaan. Tanpa dirinya mungkin aku tidak akan bisa sampai di titik ini.

Ia pun melepaskan kopernya, "Seharusnya yang kau elus itu adalah ini," sahutnya lalu memindahkan telapak tanganku menuju pipinya, "hangatnya," lanjutnya lalu menahannya selama beberapa detik.

Sebuah momen yang cukup langka bagiku. Terutama saat ini kewaspadaanku terhadapnya telah menghilang dan mungkin kami juga sudah mengetahui siapa identitas kami masing-masing. Baik Val yang menceritakan kisah masa lalunya dan diriku yang menceritakan semuanya.

Kemudian setelah itu kami berdua pergi meninggalkan kamar. Di mana ketika aku menoleh, ternyata sang pemilik penginapan sedang berjalan ke arahku membawa sebuah nampan kayu bersama sepiring irisan jeruk.

Ia hanya tersenyum melihatku dan mempersilahkanku pergi melewatinya. Begitu menuju meja depan resepsionis, kali ini si Nenek yang tersenyum.

"Apa kau akan pergi, bocah? Hooo... melihat wajah penuh kepercayaan dirimu itu tampaknya kau telah memantapkan diri. Tetaplah hidup...," ucapnya sambil melambaikan tangan.

Aku pun terus berjalan dan akhirnya membuka pintu depan. Kembali melihat salju yang sama dan pemandangan yang sama. Orang-orang berlalu lalang tanpa menyadari keindahan langit dan hanya berjalan pelan bersama orang-orang yang mereka kenal.

Uap hangat keluar ketika aku meniup angin. Aku yang berdiri di depan penginapan ini kembali mengingat hari demi hari, mereka ulang setiap kejadiannya di kepalaku. Lalu setelah itu pergi meninggalkan tempat penginapan.

Tak lama kemudian aku sudah mengenakan pakaian kasualku kembali dan tampaknya Val juga sudah menggunakan gaunnya yang anggun.

Sebelum persiapan ini, baik aku dan Val telah mempersiapkan segala keperluan yang ada jauh-jauh hari. Seperti informasi, tempat-tempat selanjutnya yang akan kami datangi, atau beberapa hal seperti trivia kecil mengenai beberapa mitos yang menarik.

Hal yang paling menarik adalah aku menemukan sebuah informasi mengenai keberadaan salah satu makhluk legendaris, yaitu seekor naga kegelapan. Aku tidak tahu seperti apa jelasnya, tapi ini mengusik rasa penasaranku, dan setelah menggali lebih dalam informasi itu... ternyata hanya beberapa orang saja yang pernah melihatnya melintasi sebuah kerajaan di selatan sana.

Sisanya mungkin adalah persediaan uangku. Jika melihat semua perlengkapan yang aku beli dan perbaiki, tampaknya uang yang masih aku miliki masih cukup.

"Kau tahu, Raven? Aku dengar beberapa orang sedang membicarakan The Duke's"

"The Duke's?"

"Ya. Kau bisa mengatakannya sebagai seseorang yang memegang gelar tinggi. Namun, orang ini menyebabkan beberapa masalah di berbagai tempat dan hasilnya rumor ini tersebar begitu cepat"

"Hmm. Mengurusi masalah orang lain bukanlah urusanku, kecuali jika orang itu membuat masalah denganku."

Tidak lama setelah itu kami tiba di gerbang utara kota. Beberapa pos penjagaan tampaknya terlihat sepi.

Apakah mereka masih tidur? Atau karena aku terlalu kepagian?

Kami pun berjalan pergi ke luar gerbang, meninggalkan kota yang selama ini menjadi rumah sementara kami. Melihat ke belakang, aku merasa berat untuk meninggalkan kota ini apalagi karena atmosfernya yang nyaman, dan juga orang-orangnya yang ramah.

Beberapa hal remeh seperti itu adalah sesuatu yang sangat jarang sekali bisa ditemukan, apalagi di dunia asing seperti ini.

Belum lama kami pergi meninggalkan kota, tiba-tiba saja ada sesuatu yang terbang, dan langsung menempel tepat di wajahku.

"M-Master!!! Aku sudah lama mencarimu!!"

"Huh?"