Border Control I

"Apa kalian sudah siap?" tanya Lukas memastikan.

Kini ia bersama dengan keempat lainnya sedang berada di luar rumah.

"Kau bisa memastikannya kalau aku selalu siap kapan pun, Lukas"

"Alice... "

"Tentu saja aku juga sama! Jika aku tidak salah ingat, sekarang kita akan pergi ke perbatasan, 'kan?" tanya Cordelia.

Lukas pun mengangguk, lalu memperbaiki posisi kacamatanya.

"Ya. Kau benar, kali ini kita akan pergi ke perbatasan. Kemarin setelah makan malam aku mendapatkan kabar baru dari Khol jika ada pergerakan aneh di sana"

"Tapi di mana burung gagak peliharaanmu itu saat ini?"

"Tenang saja. Aku telah menyuruhnya untuk mengintai tempat itu saat ini, Dazz"

"Hahahaha!! Ini akan menjadi semakin menarik. Aku jadi tak sabar untuk menghajar para pemberontak itu."

Lelaki berkacamata itu pun berdeham, "Kita belum tahu apakah mereka pemberontak ataupun bukan. Hanya saja Khol memberiku sedikit gambaran, tunggu sebentar," tuturnya lalu menutup mata kiri dengan jari telunjuk dan tengah.

Setelah beberapa kali anggukan dan juga konfirmasi, Lukas pun bernapas lega. Namun, dari ekspresi leganya itu tersimpan suatu rasa kekecewaan.

"Dazz, sepertinya kali ini aku bisa mengandalkanmu, 'kan?" tanyanya sambil menghela napas.

"Pasti! Serahkan saja padaku. Aku akan langsung menghajar mereka dengan kuat. Hahahahaha!!"

"Jadi apa yang kalu lihat di sana, Lukas?"

"Tidak seberapa kok, Alice. Hanya beberapa anjing liar yang mencoba menggigit tuannya dan beberapa burung lepas"

"Hehhh. Bolehkan aku menjinakkan mereka?" tanya Lily sambil mencondongkan tubuhnya.

"Hmm? Apakah sekarang sudah saatnya?"

Lily pun mengangguk, "Umm. Sepertinya Aster membutuhkan makanan baru"

"Memang benar peliharaanku tidak serakus milikmu karena siklus makannya teratur, tapi aku heran mengapa Sucubi sepertimu memelihara Tanaman Pemangsa Algae?"

"Hehehe. Karena aku menyukainya dan dia juga menyayangiku"

"Huhh. Kesampingkan hal itu terlebih dahulu. Sekarang aku akan memberikan penjelasan singkat secara mendetail."

Lalu semua pun mulai mendekati Lukas. Alice yang terlihat elegan, Dazz penuh akan rasa percaya diri, Cordelia yang tidak sabar, dan terakhir adalah Lily dengan ekspresi penuh antusias.

Mereka sebelumnya adalah orang-orang pernah melayani sang penguasa langit ketiga. Namun, karena alasan satu dan lainnya tuan mereka menghilang tanpa ada kejelasan pasti.

Kini bersama dengan peninggalan takhta yang kosong dan juga perintah terakhir mereka semua melindungi kediaman sang penguasa tersebut. Tugas mereka tanpa adanya sang penguasa kegelapan adalah menangani kejanggalan yang melanda tanah tersebut.

Namun, kali ini peliharaan milik Lukas berhasil menangkap kejanggalan itu sehingga membuat kewaspadaannya meningkat. Berkat titah terakhir sang penguasa pula kini ia dijadikan sebagai pemimpin bersama dengan Alice.

Sayangnya Alice sama sekali tidak tertarik dan lebih memilih untuk menjadi pelayan biasa. Pada akhirnya Lukas lah yang menjadi pemimpin di dalam kumpulan para pelayan tersebut.

Mereka yang terbuang dan tidak memiliki tujuan dalam hidup—Kesatria Orde Hitam Estarucia.

Sebelum mereka pergi meninggalkan kediaman, Alice, dan Lukas memperkuat penghalang yang melingkar di sekitar tempat itu. Saling bertukar pandang, mereka pun mengangguk tanda konfirmasi.

Setelah itu ketika Lukas memberikan aba-aba, mereka semua langsung bergegas pergi menuju perbatasan.

Alice, Lukas, dan Lily yang terbang menggunakan sayap hitam pekat. Sedangkan Dazz dan Cordelia menaiki pegasus hitam peliharaan Dazz.

Beberapa saat kemudian mereka pun tiba di tempat yang telah ditetapkan.

Perbatasan Elenoir—sebuah gurun hitam yang dipenuhi oleh pohon mati. Perbatasan yang memisahkan teritori langit kedua dan ketiga.

Lukas memberi tanda dengan tangan kanannya dan langsung saja semuanya mengangguk lalu berpisah berpencar ke tempat yang telah diberi tanda.

Sementara itu ia sendiri turun perlahan-lahan sambil mengamati sekitar. Begitu sepasang sayap hitamnya melebur menjadi gumpalan aura kelam, Khol pun muncul di pundak kirinya.

"Jadi sudah seberapa jauh yang kau amati, Khol?"

"Ka-Ka- hanya ada para anjing, hanya ada para anjing. Burung tak berguna, burung tak berguna. Ka-ka-"

"Hmm. Sepertinya tidak ada yang berubah dari laporanmu kemarin. Selain itu juga tempat ini memang seharusnya netral dan tidak ada pihak yang memperebutkannya. Sayangnya para pemberontak itu melakukan hal yang bodoh"

"Ka-ka- hal yang bodoh, hal yang bodoh"

"Bagaimana dengan kondisi di sekitar Tembok Pembatas Vhrajya?" tanya Lukas sambil bertopang dagu.

[Sejauh ini tidak ada yang aneh, tapi aku perlu memastikannya sekali lagi]

"Ka-ka- Ortuos, Ortuos"

"Hmm?"

Lukas pun langsung menutup mata kirinya. Sementara Khol terbang tinggi dan menjadi mata langit milik tuannya.

Dari jarak pandangnya di langit, ia bisa melihat beberapa Ortuos sedang membangun sesuatu di sisi kiri Tembok

Vhrajya, beberapa Halving terbang di sebelah baratnya, dan juga beberapa Hound raksasa yang ikatannya terlepas sedang menuju ke arahnya.

[Aku bisa menyerahkan masalah Halving itu kepada Alice dan untuk Ortuos mungkin Dazz akan menyukainya. Sisanya biar aku yang mengurusnya]

"Khol!"

Burung gagak yang sebelumnya terbang itu langsung menukik ke arah Lukas. Begitu lelaki berkacamata itu menjentikkan jarinya, Khol pun berubah menjadi sepasang sarung tangan hitam.

Tanah pun bergetar dan badai gurun hitam membesar seiring pasukan Hound mendekat. Bahkan Lukas pun bisa mendengar lolongan mereka dari tempatnya.

Langit yang kelam meski pagi hari, udara yang berat dengan harap menjadi lebih baik, dan situasi mencekam itu memperlihatkan sosok Lukas yang tak gentar. Berdiri sendiri di antara ketiadaan di sekitarnya.

Di dalam suasana yang akan menjadi menegangkan itu ia terlihat tenang. Tatapannya dingin. Posturnya tegap layaknya penguasa di mana aura hitam di sekitarnya keluar perlahan-lahan. Merangkak dari dasar kakinya menuju kebebasan di luar.

Ketika salah satu Hound datang dan langsung menerjangnya, ia pun mengelak. Di sisi lain hanya dengan sentilan pelan darinya, Hound itu pun terpental jauh berkat letupan gelombang kegelapan.

Suara berdebum hebat dan lolongan kembali terdengar.

Para anjing kematian itu menggeram begitu melihat sosok yang berusaha mereka terkam.

"Kau... pengkhianat... hanya... mereka... yang berkuasa... yang berhak... mengusik kami!!!"

"Hanya sebatas anjing buangan. Enyahlah dari hadapanku, ini bukan tempat bagi kalian untuk meminta belas kasihan."

Geraman terdengar seirama dari sembilan Hound yang kini dihadapi oleh Lukas. Namun, ia masih mempertahankan tatapan dingin tenangnya tersebut dengan sempurna.

"Musnahlah... pengkhianat!!!"

Begitu para Hound itu menembakkan bola api ke arahnya. Lukas menyeringai dan ia menepis semua bola api besar itu seperti balon rapuh. Meledak bertubi-tubi dan suara remeh terdengar dari arahnya.

"Hmph. Kalian menyebut ini serangan?"

Ketika semua ledakan bola api itu telah menghilang, para Hound pun tanpa ragu langsung menerjang Lukas secepat mungkin. Namun, dari balik ekspresi datarnya itu sebuah seringai meremehkan merekah.

Lengan kanannya terangkat pelan sebelum akhirnya menepis terkaman para Hound dalam hitungan detik.

"Selamat malam," ucapnya datar.

Lukas pun menjentikkan jarinya untuk kedua kali. Sebuah gelombang bulan sabit hitam meluap cepat dan langsung membelah semua Hound yang menyerangnya dalam sekejap mata.

Seringai tipis terlihat di wajahnya yang datar. Senyum penuh misteri itu membuatnya bagai iblis dalam kostum kebaikan.

"Upss. Hampir saja aku kelepasan," tuturnya lalu menutup mulut. "Jika mendiang tuanku melihat ini, bisa-bisa aku akan dimarahi," lanjutnya sambil menghela napas.

Beberapa mayat Hound terlihat masih ada yang bergerak, tetapi Lukas dengan cepat membakarnya dengan api hitam.

Api menggebu-gebu, melahap mereka secara perlahan-lahan hingga tak menyisakan apapun.

"Tugasku di sini telah selesai. Sebaiknya aku memeriksa keadaan mereka," gumamnya sambil menyentuh telinga kiri.

"Lukas, apa kau bisa mendengarku?"

"Ahh. Alice, apa kau menemukan sesuatu di sana?"

"Kau bisa menganggapnya positif, 'kan?"

"Terdengar meyakinkan, apakah mereka para Ortuos?"

"Begitulah. Sepertinya mereka sedang membangun sebuah pelontar raksasa dan juga berusaha membangunkan sesuatu"

"Baiklah, aku mengerti situasinya. Bisakah aku menyerahkan bagian itu kepadamu?"

"Tentu saja. Kau bisa mengandalkanku, ketua."

Lukas pun menghela napasnya, "Hentikan itu... jika kau telah selesai di sana, aku juga akan mengabarkan titik kumpul selanjutnya kepada yang lain."

Tepat sebelum itu Lukas memberikan lokasi tempat selanjutnya kepada Lily, Cordelia, dan Dazz melalui telepati. Di sisi lain Alice perlahan-lahan mendarat di atas Tembok Pembatas Vhrajya tepat di atas sekumpulan Ortuos tanpa mereka sadari.

[Sepertinya aku bisa bersenang-senang]

"Fufufufu. Ini akan semakin menarik," gumamnya.