Unexpected Sight

"Lumayan juga. Apakah dengan ini semuanya telah selesai?"

Tidak lama setelah itu Lukas kembali menghubunginya melalui telepati dan meminta semua orang berkumpul di titik yang telah ditentukan jika misinya telah selesai.

Mengetahui itu Alice menjentikkan jarinya dan sang Ortuos raksasa langsung terkubur hidup-hidup jauh di dalam tanah.

Sementara ia sendiri kembali mengepakkan sayapnya dan pergi meninggalkan tempat itu.

Perbatasan Arteness , Pinggiran Hutan Glusomk.

"Hmm. Sepertinya kalian telah berburu sesuatu yang unik, ya?" tanya Lukas.

Dazz dan Cordelia hanya tersenyum lebar ketika mendengarnya. Wajah keduanya pun berbinar seakan-akan telah melakukan sesuatu yang sangat menyenangkan.

"Ya! itu benar-benar mengasikan!" jawab Cordelia.

"Hoo. Jadi apa yang sebenarnya kalian lakukan di sana selain berburu para anjing liar?"

"Selain Anjing, kami juga berhasil mendapatkan jackpot. Setidaknya empat kali lipat lebih banyak dari sebelumnya."

Dazz pun menimpalinya sambil tersenyum sombong, tetapi Lukas tahu ia hanya ingin berkompetisi untuk siapa yang paling banyak mengalahkan para pemberontak itu. Karena itulah ia hanya menanggapinya dengan ekspresi datar.

"Aku heran mengapa kau tidak bereaksi dengan perkataanku tadi?"

"Ya... karena aku sudah biasa mendengarnya dan berkat itu sekarang aku sudah kebal dengan nada bicaramu itu, Dazz," jawab Lukas lalu menghela napas.

"Ahahahahaha!!"

"Hei, hei. Apakah Lily belum datang? Bukannya yang biasa datang pertama itu dia, 'kan?"

"Sabarlah. Seharusnya kau sudah tahu apa yang dilakukan wanita penggila monster itu, Cor"

"Tapi Dazz, tidak biasanya Lily akan memakan waktu selama ini—"

"Seperti yang dikatakan Dazz. Jika kalian berhasil menumpas empat kali lipat lebih banyak, maka bukankah wajar kalau saja ia sendiri akan melakukan hal yang sama?" potong Lukas sambil berdeham, lalu lirik matanya beralih ke langit.

"Lihat siapa yang datang, sungguh kebetulan yang luar biasa. Baru saja dibicarakan, orangnya sudah datang, dan kau juga membawa barang tak berguna itu kemari, Lily."

Tepat di atas mereka Lily datang sambil membawa beragam jenis monster yang mengejar dirinya. Namun, semua monster itu terlihat tunduk kepadanya, bahkan mereka semua membuat dua barisan rapi ke belakang.

"Ehehehe. Aku terlalu keasyikan, sehingga tidak sadar kalau sudah sebanyak ini monster yang tunduk padaku"

"Karena itulah tuan kita menyegel sebagian kekuatanmu itu untuk kebaikan kita bersama, Lily."

Tiba-tiba saja sekumpulan aura hitam berputar di samping Lily. Begitu kumpulan aura itu melebur mengeluarkan roh,

Alice pun muncul dengan gaya yang sangat elegan.

"Alice!" celetuk Lily kaget.

"Sepertinya semua telah datang, baiklah... sebelumnya maafkan aku, Lily. Sayangnya mereka tidak bisa ikut dengan kita," tutur Lukas dengan senyum usil sebelum akhirnya ia menjentikkan jari.

Semua monster yang telah ditaklukkan oleh Lily pun lenyap ditelan oleh sebuah mulut lebar dari dalam tanah. Melahap mereka semua dalam sekali santap tanpa tersisa satu pun.

"T-tunggu sebentar... uuuu. Kau jahat sekali, Lukas!" rutuk Lily sambil merengek.

"Tugas adalah tugas dan hobimu itu bisa kau lakukan lain kali saja"

"Baiklah... "

"Tenang saja, Lily. Kau pasti menemukan sesuatu yang lebih baik dari mereka, aku yakin itu," ucap Cordelia sambil memberikan semangat.

"Aku tidak tahu dari mana kau bisa mendapatkan pemikiran positif itu, tapi terima kasih"

"Ahahahaha!! Itu baru semangat, jangan mudah menyerah!"

Setelah itu Alice mengayunkan lengan kanannya dan lima buah lingkaran Rune muncul di bawah mereka dalam sekejap. Sebuah kursi hitam pun muncul perlahan-lahan dan mereka langsung duduk di atasnya.

Namun, kali ini giliran Lukas yang unjuk diri. Begitu ia menepuk tangannya satu kali, sebuah meja bundar muncul lengkap bersama dengan satu set alat minum teh, dan satu roll set kue mangkuk.

Cordelia langsung menyoraki Lukas, Lily yang masih bersedih kini matanya berbinar mengeluarkan aura ketertarikan, sementara Dazz tertawa lepas setelah menyaksikan keajaiban di depannya.

"Yayy!! Aku bisa melihat pertunjukan sihir ini lagi"

"Baik, aku akan memaafkanmu untuk yang tadi—"

"Tunggu sebentar," potong Lukas cepat lalu memutarkan jari telunjuknya.

Tiba-tiba saja angin berputar di sekitar mereka sebelum akhirnya berpencar membentuk pelindung.

"Dengan ini semua persiapannya telah selesai. Mari... silakan dinikmati kuenya"

"Pelindung anti-magi, eh? Aku mungkin tidak bisa melakukan hal seperti ini karena dasar kekuatanku hanya untuk menghancurkan. Meskipun aku telah melihatnya berulang kali, tapi tetap saja ini membuatku takjub"

"Hmm? Terima kasih atas pujiannya, Dazz. Aku sangat tersanjung"

"Sepertinya selera tuan kita memang unik. Selain aku yang seorang mantan dewa jatuh, kau yang seorang pahlawan terbuang, Alice si penyihir terkutuk, Lily si hibrida Sucubi dan Vampire, dan Cor adalah seorang Esper gagal... seperti yang diharapkan darinya, mengumpulkan orang-orang seperti kita pasti membuatnya frustasi," tuturnya dengan tawa terbahak-bahak.

"Ya. Setidaknya aku lebih mudah untuk dibujuk dibandingkan orang bar-bar seperti dirimu, Dazz," celetuk Alice.

"Ahahahaha. Benar-benar sekelompok orang-orang yang hidup."

Lukas pun memperbaiki kacamatanya dengan jari telunjuk, lalu menyentuh bahu kirinya. Khol pun tiba-tiba saja muncul sambil berkoak memanggil nama seseorang.

"Ka-ka- Master! Master! Master! Ka-kak-"

"Hmm? Tidak biasanya kau berkata seperti itu, tunggu sebentar biar kuperiksa."

Khol langsung menghindari sentuhan Lukas dan terbang ke atas meja sontak membuatnya keheranan. Bahkan Alice langsung menyinggung lelaki penuh martabat itu karena tidak bisa mendisiplinkan peliharaannya sendiri.

Namun, Lukas sama sekali tidak menganggapnya serius, dan ia pun hanya tertawa kecil sambil tersenyum kecil ke arah Alice.

"Ada apa, Khol? Tidak biasanya kau tidak patuh seperti ini?"

"Ka-ka- Master! Master! Master! Ka-kak-"

Khol yang mengepakkan sayapnya tiba-tiba saja melebur menjadi sekumpulan bulu hitam yang membentuk sebuah cermin air.

Begitu cermin itu menampilkan sesuatu, Lukas pun bahkan tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Alice yang tadi masih dalam keadaan tenang menjadi histeris, tawa Dazz pun terhenti, kue mangkuk yang dimakan oleh Lily terjatuh, dan Cordelia menunjuk cermin di depannya dengan mulut menganga.

Apa yang mereka lihat di cermin itu tidak lain dan tidak bukan adalah sosok Raven yang merangkak dari atas bukit bersalju. Tubuhnya dipenuhi oleh darah dan luka-luka—sayatan, lebam, serta luka robek terlihat menghiasi wajahnya.

"MASTER?!"

"TUAN?!"

"MASTER?!

"I-i-itu tidak mungkin, 'kan?"

Namun, Alice yang melihatnya sekali pun tidak percaya dan langsung menutup mulutnya. Matanya berkaca-kaca dan tidak lama setelah itu air mata pun jatuh mengalir di pipinya.

Suasana di sana pun menjadi tegang. Lukas yang sedari tadi mencoba menenangkan dirinya dengan mencengkeram pegangan kursi tidak bisa lagi menahannya dan alhasil kursi yang ia duduki hancur seketika.

"Khol?! Apa maksudnya ini?"

Burung gagak itu pun kembali ke bentuk aslinya dan terbang tinggi tanpa memberikan penjelasan apapun.

"I-i-itu tidak mungkin," gumam Lily dengan mulut yang gemetar. "B-b-b-bukankah Master... "

"Ya. Aku juga melihatnya sendiri, kau tidak perlu mengingatkanku lagi, Lily," timpal Dazz dengan kepala yang menunduk.

"L-Lukas! Lukas! Khol tidak bohongkan kepada kita?" tanya Cordelia.

Namun, lelaki berkacamata itu terdiam. Ekspresinya terlihat begitu kompleks dan tidak bisa dideskripsikan hanya dengan kata-kata biasa.

Lalu ia pun mengambil napas dan mengeluarkannya berulang kali, mencoba untuk menenangkan diri, dan mencari penjelasan masuk akal atas gambaran yang baru saja ia lihat. Begitu ketenangannya kembali, ia pun memperlihatkan raut tegar.

"Aku tahu apa yang kalian pikirkan saat ini, tapi sebelum itu... aku tidak mengerti mengapa Master bisa berada di Dimensi Vytair dengan luka separah itu?" tanyanya.