NYARIS gila rasanya, ketika langkah terburu yang perlahan berubah menjadi lari kecil, tak lantas membuatku menemukan seseorang yang katanya tengah sekarat. Menyisakanku yang kembali berdecak, seraya mengedar pandang pada sepanjang koridor. Hingga presensi satu kepala yang tengah berjalan santai secara berlainan arah, tak pelak mendorong tungkaiku untuk segera menghadang ia yang langsung mencecar, "Jika kau mencari Jungkook, si mayat hidup—sekarang ini, ia tengah tertidur di ruang kelasnya." bahu Lee Hoseok menghendik sekilas, sebelum ditatapi jemarinya hingga kembali mengimbuh, "Kurasa, ada sesuatu yang telah menarik nyawanya. Sejak pagi tadi, ia murung sekali. Begitu berbeda dengan semalam. Ah, molla—biarkan saja ia mati. Bukan begitu, Jian-ssi?" enggan menanggapi, mendadak tubuhku kembali mengambil langkah dengan terburu. Sedikit terengah tatkala anakan tangga, dapat ku takhlukan hanya dalam hitungan menit. Menyisakan suara sepatu ku yang sempat berdecit, kini terhenti—tepat pada ambang pintu.
Cukup lama membuang waktu selepas ku dapati wajah damai Nam Jungkook yang tengah menelungkup pada permukaan meja, lantas kuseret langkah dengan perlahan. Serta merta memaku diri disisi pria, yang wajahnya kembali ku peta cukup lama. Tak pelak menghilangkan kewarasanku, yang lantas meringsak maju guna mengamati lebih dekat bibir merekahnya yang terlihat tak begitu terkatup sempurna.
Sepersekon selanjutnya, pun aku benar-benar memagut bibir Nam Jungkook dengan pergerakan lamban serta begitu hati-hati. Berharap pria itu tak akan membuka matanya barang beberapa detik, sekedar mengijinkanku untuk menikmati ciuman sepihak yang ku isi dengan sedikit emosi yang ku ketahui. Menjeda sekilas guna menormalkan degub abnormal, lantas ku beranikan diri untuk mengambil kesempatan kedua.
Hendak memagut material lembut nan lembab itu untuk kali kedua, sebelum sebuah suara menginterupsi, "Ada apa, sunbae?" seakan memaksaku, untuk mengumpulkan kesadaran. Hingga mendapati sepasang iris jelaganya, yang tengah menatap dingin.
Untuk pertama kali—Nam Jungkook menjauhkan wajahnya, melepas pagutanku, dan membuatku sedikit menelan rasa malu. Membuat nafasku terhela alot, meski masih terpaku pada posisi yang sama sejak kali terakhir keberanianku terkumpul untuk memagut bibir Nam Jungkook.
Raut dingin itu lekas mengulas tawa masam, seraya membenahi beberapa lembar kertas yang sebelumnya sempat menjadi bantalan untuk tidurnya. Hingga pergerakan cekatan yang diciptakan pria itu, lantas berhasil meringkas seluruhnya secara rapih untuk memenuhi ranselnya.
"Kau mengabaikan ku, Jung?" tandasku, membuatnya melirikku sekilas. Masih bertahan membisu, lantas lebih memilih untuk meraih sebuah kamera yang sempat ia simpan pada meja sebelahnya.
Tubuhnya bangkit, lekas mengambil langkah secara acuh hingga membuatku turut mengekorinya. "Nam Jungkook, kau keterlaluan." pekikku.
Mendadak langkah ku meringsak maju, guna mengambil satu langkah tepat di hadapan pria yang masih membuang wajahnya. Sebelum kembali ku cecar, "Kau tak ingat apa yang telah kita lakukan semalam, eoh? brengsek sialan.”
Nam Jungkook berdesis, menanggapi. Memiringkan kepalanya sekilas, bersama nafasnya yang terhela. Lantas mengambil satu langkah untuk mendekat, hingga suara baritonnya menelisik, "Bukankah hal seperti ini, yang sunbae inginkan? berpura-pura tak saling mengenal satu sama lain, dan kontak fisik dilakukan—hanya— ketika sunbae yang menginginkannya?"
Satu alis pria itu menukik. Membuat salivaku terteguk paksa, setelah menelan kebenaran dalam lontaran kalimatnya barusan. Menyisakan netraku yang kian bergerak gelisah, setelah mendapati Jungkook kembali merotasikan tubuh, hingga membuat kinerja otakku bergerak cekatan; untuk melesak masuk dalam tubuhnya.
Gigitan pada bibir bawahku, seakan menemani deru nafas yang terhembus begitu tak teratur. Merasakan desir aliran darah yang memompa jantung, agar degubnya kian bertambah menggila disetiap detiknya.
Jemariku yang saling menyatu, lantas membentuk sebuah pelukan paling erat pada pria yang mematung, tanpa pergerakan, "Aku harus memelukmu, karena siang tadi si sialan Park Yoongi, sempat memelukku." bohongku, kian menyembunyikan wajah pada dada bidang Jungkook.
Menyadari pria itu tak bergeming, lekas kudongakkan wajah guna menilik ekspresinya kali ini, "Park Yoongi juga mengecup bibirku, Jung!" tambahku lagi, setelah mendapat raut datarnya—menatapku, "Maksudnya, kau harus membersihkan bekasnya. Jungkook, cium aku!" lagi-lagi, aku membual.
"Bohong." singkatnya, menanggapi. Lantas mengatur jarak, hingga tautan jemariku yang melingkar pada pinggangnya terlepas begitu saja.
Sumpah serapah yang telah kukumpulkan, seolah begitu siap untuk mencecar Nam Jungkook, sampai habis. Namun mulutku kembali tertahan, oleh pergerakan cekatan Jungkook yang lekas meraih sebuah kamera DSLR miliknya, "Kemarilah, sunbae." ajak pria itu, seraya meraih satu pergelangan tanganku; untuk mengikutinya.
Sejemang mengamati pria yang lekas menarik kursi dengan enteng, hingga menempatkan diri bersama tubuhku yang turut terjerembab di atas pangkuan Jungkook. Lantas membuatku tergagap, "Aku bisa duduk sendiri Jung—"
"Tidak, sunbae. Kau tak boleh jauh-jauh dariku." potong Jungkook cepat. Tak pelak membuat sepasang alisku tertaut, diikuti seulas senyum simpul selepas menyadari sikap pria itu telah kembali.
"Tak mengabaikan ku lagi?" tanyaku.
Raut malu itu ditampilkan, sebagai respon. Pun nyatanya hal tersebut begitu mampu untuk melumpuhkan pertahanan dinding yang kubuat dengan kokoh, "Ketika sunbae merasa cemas karena tak mendapati kabarku, atau memiliki keinginan untuk melihat dan menyentuh ku—artinya, kau merindukanku. Itu adalah emosi, yang mungkin saja telah sunbae rasakan sekarang ini."
Belum sempat kutanggapi pernyataannya, Nam Jungkook pun kembali menambah, "Berkencanlah denganku, sunbae." tak pelak membuat irisku seketika membola, sebab kalimatnya terdengar begitu menggelitik. Bahkan dalam perjanjian yang kubuat, di sana tertera—jika kami hanya sebatas melakukan kontak fisik, dan tak akan terjalin dalam satu ikatan.
"Jangan bercanda." tanggapku cekatan, bersama tubuh ku yang lekas bangkit hingga nyaris meraih knop pintu, sebelum punggungku kembali berotasi, "Katakan, apa kau benar-benar berkelahi dengan Park Yoongi?" tanyaku, memastikan.
Airmuka pria itu berubah, dalam detik terakhir kalimatku terlontar. Menyisakan kerutan pada dahinya yang terlihat jelas, sebelum menyamankan punggungnya untuk bersandar pada sisi kursi seraya bergumam, "Aku tak suka Yoongi hyung yang mendekati noona.”
Alisku mengernyit, tatkala mendapati satu tangannya lantas merogoh saku guna mengeluarkan satu puntung rokok dari dalamnya. Jika penglihatanku masih bekerja dengan normal, aku yakin Nam Jungkook tengah menarik pemantik untuk menyulut satu puntung rokok, hingga membuat tubuhku bereaksi. Menderapkan langkah tergesa, hingga menyerobot ujung rokok yang hampir mengenai bibir Nam Jungkook secara cuma-cuma.
Bodohnya, lantas kugantikan sesapan rokok itu dengan pagutanku; yang melumat bibirnya dalam sekali gerakan, "Di bandingkan menyesap nikotin, lebih baik kau mencium ku, Jung. Aku tak suka aroma mint ditubuhmu lantas berganti menjadi aroma nikotin. Itu.. mengingatkanku dengan Park Yoongi." jelasku.
Pria itu mengerjab beberapa saat, sebelum tawa miring ditampilkannya tanpa alih-alih, "Ah, sayangnya aku masih memiliki satu bungkus rokok, sunbae." terangnya, lekas kembali merogoh saku, "Dan ketika kau menghentikanku, lalu menyingkirkan puntung rokok ku ini—tandanya kau bersedia untuk berkencan denganku." Ucapnya, enteng. Kembali menyelipkan batang rokok pada sela bibir, hingga bersiap untuk menarik pemantik agar apinya segera menyulut rokok itu dengan sempurna.
Sudut matanya, tampak melirikku sekilas. Bersiap menyesap puntung rokok yang telah tersulut, namun kembali digagalkan oleh pergerakanku yang kembali merebut rokoknya dalam sekali sentak.
Menyisakan iris yang membola, selepas tubuhku limbung oleh sebuah tarikan kuat—hingga mendarat sempurna di atas pangkuan pria, yang kini mengulas senyum di atas permukaan bibirku,
"Noona harus mengikuti aturan yang kubuat. Jadi mulai sekarang, kita adalah pasangan kekasih—Jian noona." lirih Nam Jungkook, disela-sela pagutan yang dengan sengaja ia jeda. []
--o0o--